Wednesday, December 31, 2014

2015 Islam Melawan Arus Labeling Terorisme

Oleh : Min Syahril
Ketua Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Inspirasi BSI 2013-2014

Media massa yaitu saluran sebagai alat atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunkasi massa. Media massa secara pasti memengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Budaya, sosial, politik dipengaruhi oleh media (Agee dalam Ardianto, 2007 : 58). Media massa dikatakan sebagai kebudayaan yang bercerita. Media membentuk opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan. Media massa (mass media) oleh Dennis McQuail terdiri dari dua kata, yakni “media” dan “massa” yang mana pengertiannya lebih kepada pemahaman arti kata dalam masyarakat, bukan dari sisi etimologis, karena pengertian media dari waktu ke waktu terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi, sosial politik, dan persepsi masyarakat terhadap media (Dennis McQuail, 2000; 10). Kata media juga lebih dekat dengan ‘medium’ yang mengindikasikan bahwa media bergerak pada tataran menengah, sehingga menjadi penengah dari dua sisi yang berbeda. Sementara itu massa (dalam kerangka media massa) terkait erat dengan keberadaan publik.

 Dalam komunitas sosial terdapat sejumlah peraturan yang berfungsi sebagai alat kontrol sosial, kontrol sosial ini dimaksudkan untuk menciptakan keteraturan sosial. Salah satu contoh bentuk kontrol sosial adalah dengan memeberikan cap/label/julukan terhadap kelompok atau perseorangan yang melakukan pelanggaran didalam suatu komunitas. Menurut  sosiolog Bryan S. Turner media massa adalah salah satu kekuatan social dan menjadi  alat  kontrol ditengah-tengah masyarakat. Namun sepertinya Bryan lupa bahwa saat ini Media bukanlah ranah netral yang menyamakan berbagai kepentingan dan pemaknaan dari berbagai kelompok. Media justru menjadi subjek yang mengonstruksi realitas berdasarkan penafsiran dan definisinya sendiri untuk disebarkan kepada khalayak.  Dan akhirnya labeling (pelabelan) yang justru seringkali dipicu oleh karakter pemberitaan jurnalistik media massa itu sendiri.

Teroris yang meledakkan WTC adalah para Militan Islam, demikian kata Bush Jr. yang merupakan Presiden yang suka berperang sama seperti bapaknya (George Bush / Bush Senior). Saat itu Bush Jr. berpidato dan mengkampanyekan sebuah Proyek besar yang bernama War Against Terrorisme, With Them (Teroris) or with us (Amerika). Pasca kejadian tersebut  terorisme kemudian menjadi isu mondial, dengan penamaan dan labeling yang seragam dan dapat diaplikasikan di seluruh dunia. Al-Qaedah dan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) adalah dua nama dan contoh bagaimana proses pelabelan itu terjadi secara massif.

Masih ingatkah densus 88 yang banyak menangkap “terduga” teroris, .belum lagi korban salah tembak. Sayangnya mereka sudah terlanjur diberitakan di media massa padahal semua  yang ditangkap, dieksekusi, baru \terduga\ tanpa melalui pembuktian yang sah dan pihak terduga tidak diberi kesempatan melakukan pembelaan di pengadilan. Lalu dimana peran media massa jika ia sendiri mudah terpeleset ?

Sederet pegalaran teater telah menunjukan perlawan terhadap arus labeling, film-film yang bertemakan Islam semakin banyak, serta teknologi yang memudahkan banyak orang memahami Islam dengan mudah. Banyak pilihan untuk memulai hal tersebut dari semua alat media yang ada. Namun perlu digaris bawahi bahwa mendidik umat secara benar adalah lebih penting ketimbang kita sibuk memikirkan cara lain untuk melawan itu semua.

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

Saat itu media massa dengan massif mengkampanyekan bahwa Islam identik dengan teroris, efeknya tentu ada. Namun kenyataanya pada tahun 2014 penduduk Kristen sekitar 2,01 miliar dan sementara Muslim 2,08 miliar data (http://www.religiouspopulation.com/) . Dilihat per benua, menurut data UN (2012), sejak tahun 1989 sampai tahun 2012, perkembangan jumlah pemeluk agama Islam yang paling cepat terjadi di Australia dan Oceania/Pacific 257.01%; kemudian berturut-turut diikuti oleh Eropa 142.35%; Amerika 25%; Asia 12.57%; Afrika 2.15%; dan Amerika Latin 4.73% (www.30-days.net).

Pada sejumlah kasus teori labeling justru mengalami perubahan fungsi. Teori labeling menguraikan bahwa pemberian sanksi atau label yang dimaksudkan untuk mengontrol penyimpangan justru malah menghasilkan sebaliknya . Kasus pemboman WTC pada 2011 tidak terlalu berpengaruh terlalu besar. Berkaca pada kejadian diatas, harus kita akui bahwa peran ulama memberikan pemahaman Islam kepada setiap orang di Dunia berperan cukup signifikan. Hal itu terlepas budaya,teknologi,ekonomi dan politik yang ikut mempengaruhinya. Dan menjadi tantangan untuk diri kita pada 2015 mau menjadi pemain dari bagian melawan arus labeling atau tetap sebagai penonton melihat ketidakadilan ini. Karena issue ISIS dan Teroris akan terus diperdagangkan oleh mereka yang tidak senang dengan eksistensi Islam di Dunia ini.

Sumber :
Buku Crime and the comunity dari Frank Tannenbaun (1938).
Makalah Labeling dan Sobural
Dennis McQuail, 2000; 10
Agee dalam Ardianto, 2007 : 58
http://www.religiouspopulation.com/
http://musyafucino.wordpress.com
http://www.kompasiana.com/muhammadyulius
http://www.google.com
https://cerdasmedia.wordpress.com/

Comments System

Disqus Shortname