Tidak
adanya Kartu Keluarga (KK) dan Akte Kelahiran, menyebabkan mereka tidak
mendapatkan haknya sebagai warga negara seperti pendidikan yang layak dan
bantuan warga kurang mampu. “tapi itu
tidak adil bagi saya, iya nggak? Karena apa? Ya pasal 31 ayat 1 dong, semua
warga berhak mendapatkan pendidikan, tapi mana?” ujar Arif salah satu
penggerak SB.
Peran
SB disini untuk memperjuangkan hak-hak yang belum mereka dapatkan. “minimal mereka nggak ditipu saat besar, itu
aja deh minimal jangan ditipu, kalo mereka bisa baca bisa tulis itu udah modal
awal” ujarnya lagi. Harapan para penggerak SB ini ialah nantinya Sekolah
Bersama bisa menjadi sebuah yayasan yang legal dan mendapat pengakuan dari
pemerintah.
Keadaan
SB yang memperihatinkan mendorong banyak pihak yang ingin membantu tak
terkecuali anggota SEMA BSI Pemuda yang begitu antusias menyumbangkan buku-buku
sumbangan dari para mahasiswa BSI Pemuda. Kegiatan itu pun disambut baik oleh
ketua SB dan adik-adik yang belajar di SB tersebut, mereka sangat senang dengan
kehadiran anggota SEMA Pemuda yang perduli dengan keadaan mereka.
“Dengan
niat kakak-kakak datang kesini saja sudah menjadi amalan yang baik, apalagi
sampai datang dan membawa oleh-oleh yang bermanfaat untuk adik-adik,kita senang
dan bangga dengan kegiatan baik kakak-kakak dari SEMA Pemuda” ujar salah
satu penggerak SB. “Ya tujuan kita datang
kesini ingin melihat langsung bagaimana adik-adik yang ada disini” ujar fendi
ketua SEMA Pemuda. Tak hanya itu, SEMA Pemuda pun ingin memberikan sumbangan
buku-buku dari mahasiswa BSI Pemuda.“semoga buku-buku ini dapat bermanfaat bagi
adik-adik yang ada disini” ujarnya lagi. (Novia)