Inspirasi – Dr. Abdullah Anshari Ritonga, SE,
SH, MH. Kini menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Pengawas Perpajakan. Lelaki
kelahiran Sipirok, 30 September 1943 yang sudah hampir 50tahun lebih berkarir
sebagai Pegawai Negeri Sipil/ Pejabat Negara ini begitu ramah dan memiliki ketegasan dan kekuatan daya pikir
serta wawasan yang luar biasa, beliau tak sungkan pula untuk membagi pengalaman
dan motivasinya kepada tim Inspirasi di gedung Dirjen Perpajakan.
“Untuk
menumbuhkan prinsip kemandirian, saya pernah menjadi penarik becak semasa
pendidikan”, kenang Pak Anshari. Ada suatu peristiwa yang tidak dapat dilupakan
oleh Pak Anshari, kisah tempo dulu yang berkesan saat menjadi penarik becak.
Ketika sedang menarik becak ada dua orang gadis yang menyetop becak Pak Anshari
di Jalan Sei Kera. Kedua wanita itu tidak tahu siapa yang mengayuh becak,
karena Pak Anshari mengenakan topi terbuat dari rumbai-rumbai yang menutupi
wajah si tukang becak. Ketika ditanya berapa sewanya, Pak Anshari hanya menjawab
“Biasa!” agar tak diketahui suaranya. Kedua gadis yang menyewa itu adalah kawan
sekuliah Pak Anshari. Mereka tentu tidak mengenal Anshari, karena tidak menduga
bahwa pimpinan grup diskusi mereka, yang menjadi bintang kelas seangkatannya,
yang mereka ketahui sudah bekerja di salah satu instansi, tidak terfikir menjadi
tukang becak. Sampai ditempat tujuan Anshari mendapat bayar yang jauh lebih
banyak dari tarif yang seharusnya.
Anshari tetap
ingin mandiri dan memilih untuk mencari penghasilan sendiri guna membiayai
semua keperluan pendidikannya. “Menjadi tukang becak itu menguras tenaga
sehingga mengganggu konsentrasi kuliah saya, karena tenaga terlalu banyak
terkuras sehingga sangat capek sekali.” Ungkap Pak Anshari. Oleh karena itu,
Anshari berupaya menggeluti usaha lain bersama dua orang saudaranya yakni
sebagai penguasa warung Bengkok, akan tetapi ketiga bersaudara itu sama-sama
mahasiswa yang tidak memiliki modal uang. Modal yang mereka miliki hanya
kemauan, kepercayaan, kejujuran, dan ketekunan. Beberapa orang yang mengenal
ketiga pemuda ini ada yang bersedia membantu menitipkan barang dagangan di
warung bengkok ini. Setelah menyetor hasil penjualan itu kepada pemilik barang,
sisa keuntungan menjadi milik ketiga bersaudara itu. Warung bengkok sangat
ramai pembeli. “Yang mau saya katakan adalah, tidak setuju atas prinsip yang
mengatakan kalau tidak ada modal, maka oran tidak bisa berbuat apa-apa.
Ketiadaan modal tidak boleh menjadi penghalang untuk berusaha. Inilah yang
selalu saya kritik. Yang penting ada kemauan maka disitu ada jalan,” kenang Pak
Anshari.
Menyelesaikan
pendidikan tingkat dasar di Sipirok, kemudian Sarjana Ekonomi Inti
(Econometric) dari Universitas HKBP Nomensen Medan, Sarjana Hukum di
Universitas Ibnu Chaldun (UIC), Doktor Ilmu Hukum di Universitas Padjadjaran
Bandung serta beberapa jabatan yang pernah dirangkap serta menjabat sebagai
komisariat dibeberapa BUMN menguatkan karakter pribadi Anshari Ritonga. “Tidak semua
kekayaan yang dikuasai Negara dimiliki Negara. Tidak semua kekayaan milik
Negara dimanfaatkan Negara, dan tidak semua kekayaan yang dimanfaatkan Negara
milik Negara. Karena kekayaan, utang-piutang dan kerugian BUMN bukan sebagai
kekayaan, utang-piutang dan kerugian Kuangan Negara.” Dalil Pak Anshari.
"Tidak perlu anak itu belajar keluar negeri, cukup saja di dalam negeri dengan moral dan akhlak yang baik yang ditumbuhkan dan dikuatkan untuk membentuk kepribadiannya yang baik. Jadi jika alasan pergi keluar negeri agar tingkat pengetahuan dan keilmuannya bertambah tapi tidak diseimbangkan dengan penyempurnaan akhlak sehingga semakin bobrok maka tidak dapat dikatakan sukses orang tersebut, "jelas Pak Anshari. Dengan
pemikiran konfensionalnya tersebut, Pak Anshari menambahkan tak perlu memberontak pada
sistem yang salah dan tak beraturan langkah dan tujuannya. Keadilan berdasarkan hukum yang sebaiknya berlaku
adalah penegakan hukum dengan mengesampingkan hukum karena penegakan hukum
memberikan kepastian hukum bagi semua pihak dan keadilan untuk semua golongan.
Dan yang terakhir yakni Siapa yang mengenal dirinya, adalah dia yang mampu
mengenal TuhanNya. (DZ)