Belajar dan mengenal sejarah
bangsa ini dengan metode bisa seperti mendengarkan guru berserita di depan
kelas merupakan hal yang sangat konvensional dan banyak murid yang tidak
menyukai sejarah karena cara pengajarannya tersebut. Saat ini untuk belajar
sejarah bukan hanya dengan cara-cara lama seperti disekolah dan sejarah bukan
hanya dapat dipelajari di sekolah. Saat ini banyak sekali intasi pendidikan
sejarah dan seni yang mengadakan pameran – pameraan sebagai ajang
memperkenalkan sejarah Indonesia kepada generasi-generasi muda.
Seperti yang dilakukan oleh
teman-teman dari Goethe Institut Indonesia yang membuat pameran yang
membangkitkan kembali ingatan kita akan sosok Pangeran Diponegoro. Pameran ini
mengusung tema “Aku Diponegoro : Sang pangeran dalam Ingatan Bangsa dari Raden
Saleh hingga Kini ”. Pameran ini digelar mulai tanggal 6 February – 8 Maret
2015 di Galeri Nasional Indonesia. Selama ini Sebagian besar masyarakat Indonesia mengenang Pangeran Diponegoro
sebagai pahlawan perjuangan awal abad kedelapan belas yang memimpin perlawanan
Jawa terhadap Belanda dalam pertarungan yang dikenal sebagai Perang Diponegoro
(1825-1830). Selain dari itu, mungkin banyak juga yang mengenali figur
Diponegoro dari lukisan-lukisan yang terpampang di ruang-ruang kelas seluruh
pelosok Indonesia.
Pameran
ini bertujuan untuk menarik generasi-generasi muda untuk tau sebagian kecil
dari perjalan panjang bangsa ini “ Kita
itu jangan hanya tahu super hero yang terkenal jaman sekarang kami ingin
menunjukan bahwakita itu memiliki pejuang yang bernama pangeran diponegoro
dengan beitu generasi-genari Indonesia semakin cinta dengan bangsanya karena
bangsa ini memiliki sejarah yang luarbiasa “ tutur Derina koordinator
Volunteer.
Pameran
Aku Diponegoro ini memamerkan kurang lebih 120 Lukisan dan artefak. Terdapat 5
lokisan penting karya Raden Saleh, Basuki Abdulah, Sujono Abdullah dan Sujoyono
yang dipinjam dari Istana Negara. Lukisan –lukisan yang lain didapatkan dari
koleksipara pelukis . Animo dari masyarakat sendiri sangat luarbiasa Seperti
penuturan Derina “ saya sangat senang
karena animo masyarakat akan acara ini luarbiasa untuk weekdays kiasaran
visitornya mencapai 300 – 600 orang dan itu lebih ramai jika menjelang weekend
“.Semoga
akan banyak acara-acara seperti ini sebagai metode belajar yang menarik dan
menyenangkan.(Meyra Sugandi)