Friday, August 29, 2014

Generasi Anti Kritik

Oleh: Sofistika Carevy Ediwindra

Anda tidak suka dikritik? Benci dan gerah dengan kritik ataupun para pengkritik? Atau Anda termasuk pihak yang gemar mengkritik? Wajar.

Dalam KBBI online disebutkan bahwa kritik yakni kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dsb. Apakah ada tujuan dari kritik? Tentu. Kritik bisa merujuk ke banyak saluran tujuan. Bagi pengkritik, apa yang menjadi ‘uneg-uneg’, kegerahan, persepsi berbeda, saran, itu semua dapat tersampaikan. Bagi pihak yang dikritik, pertimbangan baik buruk itulah merupakan kebutuhan tak terelakkan untuknya. Kritik menjadi bahan ampuh perubahan dan perbaikan.

Bagaimana jika ada manusia atau generasi anti kritik? Berbahaya, jelas. Manusia anti kritik hanya justru akan menyulut aksi yang lebih dahsyat dari kritik yang kebanyakan muncul lewat kata atau tulisan. Bisa jadi pengekangan terhadap kritik berbuah penggulingan, penjatuhan paksa, dan lain-lain.

Jika ada elemen manusia yang wajar banyak menuai kritik adalah pemimpin. Kenapa? Pemimpin, ada padanya harapan rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin menjadi tumpuan kepercayaan, bahwa ia dinilai bisa dan harus bisa menyejahterakan dan ‘mengemong’ elemen yang dipimpinnya itu. Ini merupakan konsekuensi logis pemimpin. Jika tidak siap memenuhi kewajiban sebagai pemimpin, tak siap dikrtitik maka usahlah mencalon. Demikian terminologi yang fair.

Kritik muncul dari adanya disparitas antara harapan yang diinginkan dan kenyataan yang didapat. Kritik bisa ditransformasikan dalam beragam varian bentuk. Yang keren, di era orde baru kita kenal Widji Tukul, seorang kritikus keras yang menyampaikan kritiknya dalam bentuk puisi. Kritik-krtitik yang dituainya keras meskipun melalui sebuah puisi yang sarat nilai sastra. Kritik yang sarkas untuk pemerintah ia dedikasikan dalam sebuah karya sastra yang harum hingga kini. Maka kritik itu lebih memiliki nyawa dan kekuatan pendobrak dan pengobar.

Mungkin sebagian orang sangat membenci para pengkritik. Dibilangnya itu adalah langkah destruktif. Dikatanya itu semacam ‘omdo’, omong doang., nihil aksi dan hasil. Tapi jangan pernah lupa bahwa kritik jua merupakan sebuah aksi. Bahwa sejarah bangsa ini juga tidak lepas dari gerakan perlawanan lewat kritik. Bagaimana pemimpin diktator negeri ini jatuh, itu pun tak lepas dari kritik. Semakin keraspush dan diktatorianisme yang diberikan oleh pemimpin maka semakin keras dan panas pulalah kritik yang akan muncul.

Ada pula mereka yang mengambil jalan memutar. Memilih untuk tidak melepaskan diri dari comfort zone-nya. Memilih untuk menjauh dari kritikus yang siap menusukkan panah-panah kritik. Maka ia hanya diam pada status quonya. Diam, dan entah tenggelam atau mati dari peradaban.

Sebagian lagi mungkin terlalu banyak mengkritik. Tak lepasnya hari demi harinya ia habiskan untuk mencari inspirasi agar memunculkan ide kritikan yang bernafas panjang. Berita-berita miring ditelannya mentah untuk melancarkan serangan kritik. Kritiknya membabi buta hingga membuat pengritik lupa daratan tujuan, lupa awwalu niatnya.

Bagaimana dengan kita? Semoga kita menjadi yang seimbang. Tidak anti kritik, tidak pula hanya mengritik. Generasi yang memasang antibodi terhadap kritik justru hanya akan membuahkan kehancuran padanya. Ia tidak pernah akan dewasa oleh tempaan, tidak pernah matang dengan pemikiran untuk perbaikan.

SAJAK SUARA

sesungguhnya suara itu tak bisa diredam

mulut bisa dibungkam

namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang

dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku



suara-suara itu tak bisa dipenjarakan

di sana bersemayam kemerdekaan

apabila engkau memaksa diam

aku siapkan untukmu : pemberontakan!



sesungguhnya suara itu bukan perampok

yang merayakan hartamu

ia ingin bicara

mengapa kaukokang senjata

dan gemetar ketika suara-suara itu

menuntut keadilan?



sesungguhnya suara itu akan menjadi kata

ia yang mengajari aku untuk bertanya

dan pada akhirnya tidak bisa tidak

engkau harus menjawabnya

apabila engkau tetap bertahan

aku akan memburumu seperti kutukan

(Wiji Thukul)

Comments System

Disqus Shortname