Sandiaga Salahuddin Uno
pengusaha muda Indonesia berbagi cerita mengenai pendidikan di salah salah satu
kantornya Recapital kepada akademisi BSI. Bagi pria kelahiran Pekan Baru, 28
Juni 1969 ini pendidikan menurutnya adalah yang terpenting dalam pembangunan
karakter bangsa, karena dari pendidikan itu melahirkan para pemuda sebagai Change
Of Agent. Didalam dirinya memang sudah ditanamkan sebuah kedisiplinan yang
kemudian membangun keseriusan dan memberikan effort yang maksimal
didalam segala hal yang dijalani hingga saat ini.
Bagaimana Kronologi Perjalanan Pendidikan anda ?
Sebetulnya
Sandiaga.S.Uno sejak awal tidak dicetak menjadi seorang entrepreneurship, menjadi pengusaha yang terlahir pada kondisi krisis dan pengangguran saat perusahaan
yang memperkerjakannya mengalami kebangkrutan. Karena hal itu membuat saya
tertempa untuk menjalankan usaha dengan sistem profesionalisme, dan kemudian
menggeluti dunia keuangan dan investasi yang merupakan basic awal yang
dipelajari. “Jika diberikan kesempatan tentang apa yang bisa dilakukan saat
ini saya ingin terus banyak sharing kepada kaum muda. Untuk melihat
bahwa jangan mudah putus asa. Dan
kegagalan itu sebagai awal dari kesuksesan. Ada 4 etosnya, yakni kerja keras,
kerja cerdas, kerja tuntas, kerja ikhlas,” ungkap orang yang masuk dalam daftar
orang terkaya Indonesia.
Pandangan Pendidikan Menurut anda ?
Pendidikan di Indonesia ini banyak PR sekali, meski dunia pendidikan
sudah mengalami reformasi. Nyatanya aplikasi dan penerapannya belum maksimal
dijalankannya apalagi jika kita lihat di dunia usaha. Tantangan yang terbesar
adalah apakah lulusan dari institusi pendidikan sudah mampu menyiapkan
lulusannya yang siap pakai dalam bidang industri.
Kita lihat ada sesuatu
diskoneksi, kita berharap para lulusan dari institusi seperti BSI ini mampu
menghasilkan SDM yang siap pakai untuk menghasilkan banyak pendobrak-pendobrak
baru. Solusinya adalah back to basic, perlu menyiapkan softwarenya
bagaimana guru itu adalah perjuangan dan menjadi guru itu adalah pengabdian,
menjadi guru itu adalah obor mercusuar, disitu ada pembangun karakter. Yang
kedua adalah kultur dimana mindset yang dilaksanakan hanya dengan satu
arah sehingga yang terjadi hanyalah dogma-dogma, dan tidak berdaya untuk
menghasilkan ilmu yang aplikatif, karena ilmu yang didapat bukanlah hasil dari
riset yang mendalam. Banyak lulusan yang pintar namun tidak mampu menghasilkan
kegiatan aplikasi dalam menggunakan ilmunya.