Friday, May 2, 2014

Pendidikan Sukses dengan Empat Etos Kerja


Sandiaga Salahuddin Uno pengusaha muda Indonesia berbagi cerita mengenai pendidikan di salah salah satu kantornya Recapital kepada akademisi BSI. Bagi pria kelahiran Pekan Baru, 28 Juni 1969 ini pendidikan menurutnya adalah yang terpenting dalam pembangunan karakter bangsa, karena dari pendidikan itu melahirkan para pemuda sebagai Change Of Agent. Didalam dirinya memang sudah ditanamkan sebuah kedisiplinan yang kemudian membangun keseriusan dan memberikan effort yang maksimal didalam segala hal yang dijalani hingga saat ini.

Bagaimana Kronologi Perjalanan Pendidikan anda ?

Sebetulnya Sandiaga.S.Uno sejak awal tidak dicetak menjadi seorang  entrepreneurship, menjadi pengusaha yang terlahir pada kondisi krisis dan pengangguran saat perusahaan yang memperkerjakannya mengalami kebangkrutan. Karena hal itu membuat saya tertempa untuk menjalankan usaha dengan sistem profesionalisme, dan kemudian menggeluti dunia keuangan dan investasi yang merupakan basic awal yang dipelajari. “Jika diberikan kesempatan tentang apa yang bisa dilakukan saat ini saya ingin terus banyak sharing kepada kaum muda. Untuk melihat bahwa jangan mudah putus asa.  Dan kegagalan itu sebagai awal dari kesuksesan. Ada 4 etosnya, yakni kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, kerja ikhlas,” ungkap orang yang masuk dalam daftar orang terkaya Indonesia.

Pandangan Pendidikan Menurut anda ?

Pendidikan di Indonesia ini banyak PR sekali, meski dunia pendidikan sudah mengalami reformasi. Nyatanya aplikasi dan penerapannya belum maksimal dijalankannya apalagi jika kita lihat di dunia usaha. Tantangan yang terbesar adalah apakah lulusan dari institusi pendidikan sudah mampu menyiapkan lulusannya yang siap pakai dalam bidang industri.

Kita lihat ada sesuatu diskoneksi, kita berharap para lulusan dari institusi seperti BSI ini mampu menghasilkan SDM yang siap pakai untuk menghasilkan banyak pendobrak-pendobrak baru. Solusinya adalah back to basic, perlu menyiapkan softwarenya bagaimana guru itu adalah perjuangan dan menjadi guru itu adalah pengabdian, menjadi guru itu adalah obor mercusuar, disitu ada pembangun karakter. Yang kedua adalah kultur dimana mindset yang dilaksanakan hanya dengan satu arah sehingga yang terjadi hanyalah dogma-dogma, dan tidak berdaya untuk menghasilkan ilmu yang aplikatif, karena ilmu yang didapat bukanlah hasil dari riset yang mendalam. Banyak lulusan yang pintar namun tidak mampu menghasilkan kegiatan aplikasi dalam menggunakan ilmunya.

Dengan sekolah kita berharap bagaimana mengutamakan diskusi, bagaimana dengan problem solving mahasiswa dituntunt untuk menyelesaikan persoalan hidup.  Sehingga bagaimana siswa itu dilatih untuk menyelesaikan masalahnya dengan win-win solution. Guru-guru kita harus betul-betul siap oleh manajement usaha untuk menghasilkan insan-insan yang siap pakai.

Comments System

Disqus Shortname