Wednesday, April 16, 2014

Bersabarlah di Jalan Dakwah


“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa . Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku” (Q.S. An-Nur: 55)

Jalan dakwah yang penuh aral melintang serta onak duri senantiasa digaungkan, lantas mungkin pertanyaaan kita apakah menjadi seorang yang memilih jalan dakwah sebagai tujuan hidupnya akan terus menghadapi pukulan dan merasakan penyiksaan tanpa mengadakan perlawanan ?
Ada baiknya kita membuka kembali lembar Sirah Nabawiyah. Rasulullah SAW dan kaum Muslimin yang menyertainya pernah mengalami penyiksaan dan gangguan yang menyakitkan dari kaum Musyrikin di Makkah. Pada suatu hari Rasulullah SAW melewati keluarga Yasir yang sedang berjuang menghadapi pedihnya penyiksaan, kemudian Rasulullah SAW berpesan kepada mereka :
“ Bersabarlah, wahai keluarga Yasir! Sesungguhnya janjimu adalah sorga”
(Diriwayatkan oleh Al-Hakim)

Mereka telah bersabar sehingga Yasir dan istrinya Sumaiyah, syahid di bawah cambukan penyiksaan.
Rasulullah SAW, belum pernah memerintahkan kepada seorangpun dari kaum Muslimin agar membalas penyiksaan dengan kekuatan yang ada saat itu. Sebab, usaha apa pun yang serupa dengan perlakuan tersebut tidak dapat menghentikan permusuhan, bahkan akan menambah kekejamannya dan membuat mereka semakin garang dalam memusnahkan kaum Muslimin yang masih sedikit.

Dan ketika penyiksaan dirasakan teramat memberatkan sebagian kaum Muslimin, maka salah seorang dari mereka berkata kepada Rasulullah SAW : “Tidakkah engkau sudi memintakan pertolongan untuk kami? “ Maka wajah Rasulullah SAW senantiasa berubah menahan kemarahan, seraya bersabda : “Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu ada yang dimasukan ke dalam lubang lalu dibelah dengan gergaji, sehingga terkelupaslah daging dan tulangnya. Semua itu tidak memalingkan mereka dari agama mereka.” Kemudian Rasulullah SAW memberikan berita gembira kepada mereka bahwa pada akhirrnya Islamlah yang akan menang, lalu Rasulullah SAW bersabda : “Tetapi kalian tergesa-gesa”.

Sesudah hijrah dan pada awal terbentuknya basis dakwah bagi kaum Muslimin, kita dapati bahwa Rasulullah SAW tidak pernah berpikir untuk menghadapi kaum Musyrikin dengan kekuatan. Ketika keluar ke Badar, yang dituju Rasulullah SAW adalah kafilah perdagangan; bukan perang. Tetapi Allah menghendaki terjadinya peperangan dengan pengetahuan dan Taqdir-Nya. Maka serta merta Rasulullah berdiri di bawah kendaraannya seraya memanjatkan do’a kepada Rabb-nya sampai selendangnya terjatuh dari kedua pundaknya :

“ Ya Allah, jika jama’ah ini kalah maka Engkau tidak akan lagi disembah di muka bumi.”

Do’a ini berarti bahwa Rasulullah SAW, sesuai dengan perhitungannya sebagai manusia masih mengkhawatirkan kekalahan kaum Mukminin yang masih sedikit di dalam peperangan itu, sehingga dapat menggakibatkan terhentinya perjalanan dakwah. Tetapi dalam perhitungan Allah justru mengakibatkan kemenangan bagi kaum Mukminin dan kekalahan yang memalukan bagi musuh-musuh Allah.

Fitnah dan Tuduhan Palsu Musuh-musuh Allah

Para musuh Allah, dalam memerangi dakwah Allah, pasti akan menyuguhkan tuduhan-tuduhan palsu kepada masyarakat atau opini umum. Tuduhan-tuduhan ini biasanya dilontarkan oleh sistem yang sedang berkuasa di suatu negeri dan kroni-kroni yang berusaha menghancurkan pergerakan Islam. Tuduhan ini yang akan terus dijadikan dalih dihadapan rakyat untuk memukul dan menghancurkan mereka dengan tuduhan yang diulang-ulang.

“Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (Ar-Ra’d : 17)

Jika seorang yang telah menceburkan diri di jalan dakwah ini memiliki ambisi duniawi dan menjadikan agama sebagai kedok memenangkan tujuan politik semata, lalu mengapa mereka tetap bertahan berjalan di atas jalan ini kendatipun harus menghadapi berbagai penderitaan dalam bentuk fitnah, pemenjaraan, penyiksaan, pengusiran, perampasan, bahkan pembunuhan, dan lain sebagainya.

Belumkah mereka tersadar bahwa cara mereka itu (menjadikan agama sebagai tameng untuk tujuan duniawi) tidak mendatangkan keuntungan duniawi, tetapi justru menghadapkan mereka pada berbagai ujian, penderitaan, dan kerugian duniawi ? Jika memang demikian, maka mereka harus menempuh cara dan jalan lain, yaitu jalan orang-orang yang telah berhasil mendapatkan keuntungan duniawi dengan mudah tanpa menghadapi rintangan yang pernah dihadapi orang-orang terdahulu sebagaiman dilakukan oleh partai-partai politik sekuler.

Ini tidak berarti bahwa para penggiat dakwah adalah orang-orang yang terbebas (ma’shum) dari kesalahan. Tetapi harus dibedakan kesalahan yang bersifat individual yang tidak dapat dihindari terjadinya oleh Jama’ah atau gerakan manapun, bahkan Jama’ah pertama dimasa Rasulullah SAW. Sebagian orang yang tidak segan-segan, menuding qiyadah sebagai biang terjadinya tribulasi dan pukulan akibat kesalahan-kesalahan yang dilakukannya. Padahal pandangan yang seperti demikian adalah amat keliru dan tidak dapat diterima.

“Sifat keberanian tidak akan muncul kecuali dengan kesabaran, ketekunan, kesungguhan, dan amal usaha yang terus menerus. Barangsiapa diantara kalian yang ingin cepat memetik buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum waktunya, maka aku tidak bersamanya sama sekali dan sebaiknya ia meninggalkan dakwah ini. Barangsiapa bersabar bersamaku, hingga benih itu berkembang tumbuh menjadi pohon yang besar, berbuah sampai tiba saatnya untuk dipetik, maka ganjarannya terserah pada Allah semata. Kita dan dia tidak akan terlepas dari dua kebaikan ini, menang dan berkuasa atau mati syahid dan kebahagiaan.

Sesungguhnya jika kamu mencari ridho Allah dan ganjaran dari-Nya pasti kamu dapatkan selama kamu ikhlas. Allah tidak akan membebani kamu untuk memetik buah amal usaha. Tetapi, Dia membebani kebenaran niat dan kebaikan persiapan (usaha). Mungkin kita salah. Lalu, mendapat ganjaran sebagai orang yang beramal dan berijtihad. Atau kita benar, lalu mendapatkan ganjaran orang-orang yang memperoleh kemenangan dan kebenaran.“ (Syahid Hasan Al-Banna)

Tidak ada pilihan lain, kecuali tetap bekerja, tetap melakukan yang terbaik, tetap melayani, tetap mengajarkan, tetap berkonsisten pada karya untuk amal-amal terbaik ini. Hingga kemenangan dan ambisi untuk mendapatkan ridha Allah, ni’mat Allah, sorga Allah, ampunan Allah, rahmat Allah dan keselamatan dari api neraka yang hanya menjadi cita-cita bagi orang-orang yang menyambut seruan Allah dalam kondisi berdiri, berbaring, maupun terpejam sekalipun. WaAllahualam

*dari berbagai sumber

Comments System

Disqus Shortname