Tuesday, April 8, 2014

Cinta, Pondasi, dan Kekuatan Membangun Keluarga Muslim

www.google.com
“Cinta adalah makhluk yang paling lemah sekaligus paling kuat. Cinta bersembunyi dibalik kilas pandang mata yang cukup menggoda, saat terjadi getaran ringan karena nyanyian yang cukup menggelora. Pada saat sebuah senyuman mengembang peunuh pesona dari balik bibir yang indah. Kemudian ia menampakkan dirinya dalam keadaan telah besar dan berkuasa. Ia bisa membangun kehidupan, sekaligus bisa menghancurkannya.”

Bagi banyak orang, cinta bukan untuk dipikirkan tapi untuk diselami dengan cara yang sederhana. Cinta adalah hal termudah dalam kehidupan dunia ini. Anda tidak perlu belajar cinta, cukup jatuh cinta saja begitu cukup. Cinta tidak butuh instruktur. Bila anda sudah bisa berjalan di atas konsep yang benar dan memainkannya secara tepat, anda akan bisa menikmati keindahan cinta.

Islam mengajak kita untuk bisa menikmati kehidupan duniawi seluas-luasnya. Melakukan apa yang menjadi kesenangan kita. Namun, semua dilakukan sesuai tatanan dan konsep yang direkomendasikan oleh syariat Islam. Cinta sejati sesungguhnya sebuah penghargaan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang berhasil melewati perangkap-perangkap kemaksiatan dan kenistaan dengan kedok cinta. Adapun orang-orang yang lalai dan terpedaya – baik sadar atau tidak – akan masuk dalam ruang cinta dan berusaha untuk mendapatkan kenikmatan yang tidak halal, dengan mengatasnamakan cinta. 

Sungguh Allah telah menciptakan jiwa kita dalam keadaan suci, bebas dari noda. Hingga tiba pada suatu saat kita melakukan perbuatan dosa dan masuk dalam lubang kenistaan. Sayap-sayap cinta itu pun akhirnya tidak cukup kuat untuk membawa kita kembali naik ke atas. Maka yang terjadi selanjutnya adalah hati kita terkungkung dalam penjara indrawi dan kenikmatan sesaat. Tidak bisa menikmati keindahan cinta sejati yang membebaskan. Cinta terkendali adalah yang mampu kita beri batasan langkahnya, bukannya cinta yang membawa diri kita bagaikan binatang menuju ke dalam jurang kenistaan.

Bagi orang-orang yang hanya mengejar kenikmatan seksual dan hawa nafsunya, tak ada yang lebih dirindukan selain terpenuhinya kepentingan diri sendiri. Mereka hidup dengan mengagung-agungkan nafsu syahwat. Sedang kekasih mereka, tak lebih dari sekedar alat dan sarana pemenuhan nafsu saja. Tak ada gunanya bicara soal cinta dengan mereka, karena mereka cuma memperturutkan diri dan kesenangan seksual semata. Kesenangan yang selalu hadir dalam khayalan mereka, dengan mengatasnamakan cinta.

Seorang aktivis dakwah pernah mengatakan “ Cinta adalah makhluk yang paling lemah sekaligus paling kuat. Cinta bersembunyi dibalik kilas pandang mata yang cukup menggoda, saat terjadi getaran ringan karena nyanyian yang cukup menggelora. Pada saat sebuah senyuman mengembang peunuh pesona dari balik bibir yang indah. Kemudian ia menampakkan dirinya dalam keadaan telah besar dan berkuasa. Ia bisa membangun kehidupan, sekaligus bisa menghancurkannya.”

Boleh jadi, pembahasan cinta dengan nasehat adalah sebuah perintah untuk menjaga kehormatan. Sedang kaum muda sekarang jarang sekali mau mendengarkan, karena kita tidak bisa belajar menjaga kehormatan dengan hanya mendengarkan ceramah. Kita tidak akan menjadi orang yang mulia dan bermoral, hanya dengan berbicara tentang kemuliaan dan moralitas. Pengetahuan yang dilandasi oleh kesadaran, pengertian, dan pemahaman terhadap teori serta merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari, akan mampu memberi perlawanan dan perlindungan terhadap jeratan fitnah. Selain itu juga akan membawa kita jauh dari siksa dan murka Allah, menuju kenikmatan ridha-Nya serta cinta-Nya. 

Dengan demikian, cinta akan menjadi sebuah latihan bersama dalam menjaga kehormatan diri. Pelaksanaannya, adalah menjalankan hak dan kewajiban masing-masing serta menyadari adanya bahaya yang mengancam para pemuda dan pemudi. Seluruh masyarakatdengan elemen strata sosialnya punya tanggung jawab besar, yang mengharuskan mereka segera membuka pintu kehalalan lebar-lebar. Ini bisa dilakukan dengan cara meninggalkan segala macam konsep dan jeratan materi, yang meninabobokan kehidupan kaum muda kita. Sampai akhirnya semua itu menghalangi mereka untuk melangkah menuju pernikahan.

Dengan Cinta Membangun Keluarga Muslim

 “Diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya. Dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum : 21)

Setiap makhluk ciptaan Allah cenderung saling mencintai lawan jenisnya. Wanita membutuhkan pria dan sebaliknya. Masing-masing diperlukan untuk mencurahkan segala cita-cita, harapan, ketenangan, cinta kasih, dan sebagainya. Hubungan yang kuat antara wanita dan pria sulit diungkapkan namun AL-Qur’an telah mengungkapkan dengan indahnya : “..mereka itu adalah pakaian bagimu. Sebaliknya kamu pun adalah pakaian bagi mereka..”(QS. Al-Baqarah : 187)

Pakaian adalah penutup dan pelindung tubuh. Dengan demikian pula hubungan suami-istri yang harus saling melindungi, menjadi bagian dari masing-masing pihak, pancaran dan prinsip pembentukan manusia sekaligus pembentukan alam semesta ini. 

“Mahasuci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan diri mereka, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS. Yasin: 36)

Investasi memilih pasangan yang baik yakni akhlaq dan agamanya yang utama. “Ketahuilah, bahwa yang seburuk-buruk pergaulan adalah bergaul dengan orang yang tak percaya kepada yaumil hisab. Dan sejahat-jahatnya akhlaq adalah bertakaburan sifatnya Iblis, hawa nafsu Adam, dan kedengkian Kabil. Yang demikian adalah pokok dari maksiat.”

Perhatikanlah tatkala lukman berkata kepada anaknya yang sedang Ia beri didikan. “Hai, anakku janganlah engkau menyekutukan Tuhan. Sesungguhnya syirik itu ialah sebesar-besarnya kezhaliman.”

“Dan kami wasiatkan kepada manusia yang dikandung oleh ibunya dengan menderita kepayahan yang sangat sambil memelihara serta melatihnya dalam masa dua tahun. Berhubung dengan kewajiban terhadap ibu dan bapaknya itu. Bersyukurlah kepadaku dan kepada kedua ibu dan bapakmu.”

Jika ada yang bertanya, apakah dasar untuk pendidikan terbaik yang harus diberikan? Maka sudahkah tentu jawabannya adalah dasar pendidikan yang harus menjadi pondasi yakni ilmu Tauhid, yang tersimpul dalam dua kalimat syahadat. Tauhid yang menjadi pokok dari kemerdekaan, karena tujuan pendidikan adalah mendidik anak-anak agar tersimpan dalam kalam Allah. Supaya anak-anak kami itu dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang perlu mencapai tingkat hamba Allah, yakni setinggi-tinggi derajat yang menjadi tujuan bagi tiap-tiap manusia yang menjadi hamba.

“Tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”.

Dengan tetap memperhatikan tujuan-tujuan keluarga muslim yang berpengaruh pada majunya sebuah peradaban. Yakni mendidik generasi yang memiliki karakter islam, menjaga adab islam dalam keluarga, mendorong anak yang telah dibekali dengan akhlak islam untuk aktif dalam kegiatan masyarakat, mengarahkan anak untuk dapat berprestasi, mengarahkan anak untuk dapat berdakwah kepada Allah SWT, membina hubungan baik antar keluarga muslim. Agar tetap tertanam dan menguatkan pancangannya sebagai keluarga yang akan menjadi pilar kokoh tumpuan berdirinya bangsa yang berperadaban. WaAllahu'alam (Dz)

*dari berbagai sumber

Comments System

Disqus Shortname