Selamat
datang di ‘Dunia’ The Raid, the world that full of blood, violent and
obviously... fight!. Setidaknya itu yang saya dengar dari seseorang di bangku
bioskop seperlemparan batu dari tepat saya duduk. Sebagai penikmat film yang
mengikuti cerita ini dari seri pertamanya saya tidak kaget lagi dengan
muncratan darah, bunyi tulang yang bergeser bahkan patah di film ini. Maka
tanpa banyak kalam saya akan paparkan apa yang saya lihat dan perbandingannya
dengan film pertama.
Gareth Evans sang sutradara agaknya masih ingin
mengetengahkan aksi laga yang panjang dan beruntun daripada berdialog-ria penuh
makna. Ini terlihat sekali dari percakapan para pemainnya yang terkesan
buru-buru, mungkin dia bermaksud untuk mevisualisasikan situasi genting dan
berpacu dengan waktu sehingga kadang seseorang akan berbicara sekenanya tanpa
memperhatikan ejaan yang benar.
Cerita berselang dua jam setelah peristiwa di
The Raid 1, dimana Rama (Iko Uwais) kembali dihadapkan dengan pilihan sulit dan
‘Mission Impossible’ yang harus dilakoninya untuk menumpas kejahatan di Kota
‘Ini’ (which is Jakarta, in my opinion). Twist semakin kompleks
dan banyak terjadi perluasan karakter dan intrik, nilai tambah juga muncul dari
Arifin Putra yang tampil brilian memerankan sosok anak mafia bernama Uco,
salahsatu alasan mengapa penonton wanita masih rela duduk di bangku bioskop
jika saya boleh berpendapat, kemunculan comical Villains semacam Hammer
Girl (Julia Estelle), The Assasin (Cecep Arif Rahman) serta Baseball
Bat man (Very Tri Yulisman) mengingatkan kita akan film Kill Bill yang
dibintangi oleh Emma Thurman beberapa tahun silam.
Ini film sadis? Tunggu dulu,
jangan terlalu cepat menilai sebuah film itu sadis hanya karena di dalam film
itu ada adegan bunuh-bunuhan. It’s just a movie for god sake! sudah
menonton seri pertamanya? Yang kita lihat bukan hanya sekedar pukul-pukulan,
ada pencak silat... ya! salahsatu dari beragam seni bela diri khas indonesia
yang dibawa dan diperkenalkan kepada dunia, cina boleh bangga dengan
kungfu-nya, tahiland boleh unjuk gigi dengan muai-thai, dan kita sudah pasti
boleh berbangga dengan diminatinya film khas indonesia dalam skala
internasional. Sebagai catatan bahwa saat film ini rilis, di London Inggris
antrian penonton mengular untuk menonton film ini. (Source: kapanlagi.com)
THE
RAID 2: BERANDAL dan juga para pendahulunya yang berhasil membangkitkan
perfilman indonesia dari mati surinya patut mendapat apresiasi lebih, karena
boleh dibilang sekarang adalah era film. Semua orang menonton film. Bukan hanya
sekedar hobi tapi juga telah menjadi lifestyle yang berefek domino bagi yang
lain. Sebagai bocoran, akan ada sekuel ketiga dari installment ini, tepatnya di
film ketiga nanti adalah selang dua jam setelah film keduanya. Selamat menonton
dan mengapresiasi perfilman indonesia! (Gilang Julfikar)