Sunday, April 6, 2014

THE RAID 2: BERANDAL

Selamat datang di ‘Dunia’ The Raid, the world that full of blood, violent and obviously... fight!. Setidaknya itu yang saya dengar dari seseorang di bangku bioskop seperlemparan batu dari tepat saya duduk. Sebagai penikmat film yang mengikuti cerita ini dari seri pertamanya saya tidak kaget lagi dengan muncratan darah, bunyi tulang yang bergeser bahkan patah di film ini. Maka tanpa banyak kalam saya akan paparkan apa yang saya lihat dan perbandingannya dengan film pertama. 

Gareth Evans sang sutradara agaknya masih ingin mengetengahkan aksi laga yang panjang dan beruntun daripada berdialog-ria penuh makna. Ini terlihat sekali dari percakapan para pemainnya yang terkesan buru-buru, mungkin dia bermaksud untuk mevisualisasikan situasi genting dan berpacu dengan waktu sehingga kadang seseorang akan berbicara sekenanya tanpa memperhatikan ejaan yang benar. 
Cerita berselang dua jam setelah peristiwa di The Raid 1, dimana Rama (Iko Uwais) kembali dihadapkan dengan pilihan sulit dan ‘Mission Impossible’ yang harus dilakoninya untuk menumpas kejahatan di Kota ‘Ini’ (which is Jakarta, in my opinion). Twist semakin kompleks dan banyak terjadi perluasan karakter dan intrik, nilai tambah juga muncul dari Arifin Putra yang tampil brilian memerankan sosok anak mafia bernama Uco, salahsatu alasan mengapa penonton wanita masih rela duduk di bangku bioskop jika saya boleh berpendapat, kemunculan comical Villains semacam Hammer Girl (Julia Estelle), The Assasin (Cecep Arif Rahman) serta Baseball Bat man (Very Tri Yulisman) mengingatkan kita akan film Kill Bill yang dibintangi oleh Emma Thurman beberapa tahun silam.

Ini film sadis? Tunggu dulu, jangan terlalu cepat menilai sebuah film itu sadis hanya karena di dalam film itu ada adegan bunuh-bunuhan. It’s just a movie for god sake! sudah menonton seri pertamanya? Yang kita lihat bukan hanya sekedar pukul-pukulan, ada pencak silat... ya! salahsatu dari beragam seni bela diri khas indonesia yang dibawa dan diperkenalkan kepada dunia, cina boleh bangga dengan kungfu-nya, tahiland boleh unjuk gigi dengan muai-thai, dan kita sudah pasti boleh berbangga dengan diminatinya film khas indonesia dalam skala internasional. Sebagai catatan bahwa saat film ini rilis, di London Inggris antrian penonton mengular untuk menonton film ini. (Source: kapanlagi.com)

THE RAID 2: BERANDAL dan juga para pendahulunya yang berhasil membangkitkan perfilman indonesia dari mati surinya patut mendapat apresiasi lebih, karena boleh dibilang sekarang adalah era film. Semua orang menonton film. Bukan hanya sekedar hobi tapi juga telah menjadi lifestyle yang berefek domino bagi yang lain. Sebagai bocoran, akan ada sekuel ketiga dari installment ini, tepatnya di film ketiga nanti adalah selang dua jam setelah film keduanya. Selamat menonton dan mengapresiasi perfilman indonesia! (Gilang Julfikar)

Comments System

Disqus Shortname