Wednesday, February 27, 2013

Bang Yos, Pendidikan adalah Sektor paling Strategis


Inspirasi – Letnan Jendral (Purn) Dr. (HC) H.Sutiyoso yang akrab disapa Bang Yos. Terlahir di Semarang, 6 Desember 1944 dan dikaruniai dua orang putri. Orang politik, dan mantan tokoh militer Indonesia berbintang tiga. Mantan gubernur DKI Jakarta selama dua priode. Kini menduduki ketua umum partai politik PKP Indonesia dan mendeklarasikan diri sebagai calon presiden Republik Indonesia.

Bagaimana kronologi perjalanan pendidikan Bang Yos ?

Sebetulnya saya itu adalah orang yang pernah gagal dalam waktu yang panjang saat kecil. Perlu anda ketahui bahwa saya itu lahir di desa daerah Semarang, saudara saya banyak dan ayah saya hanya seorang guru. Ada kelas satu, dua, tiga, dan empat dan semua yang mengajar adalah ayah saya. Saya tidak punya buku, tidak ada buku dan jika menulis itu pakai sabak. Bahan berwarna hitam dengan alat tulis khusus, jika ada yang salah dihapus menggunakan tangan.

Ketika lulus kelas empat pertanyaannya adalah kemana lagi mau melanjutkan sekolah, karena rumah kami itu yang dibuat menjadi sekolah. Ilmu yang diajarkan menulis, membaca, menghitung, mencongak. Kemudian ada orang-orang yang diajak ayah saya untuk mengajar kelas lima dan enam, kalau zaman sekarang mungkin namanya guru honorer. Untuk membeli kapur juga menggunakan uang gaji ayah saya.

Kemudian saya belajar ke kota, dari desa saya itu berjalan setiap hari sekitar 4 km, bolak-balik 8 km. Sampai sekolah sudah lelah, haus. Tidak membawa minum, kalau haus minum air sungai di jalan. Oleh karena itu saya bukanlah orang berprestasi kala itu. Perjalanan saya berat. Setelah pulang sekolah saya memelihara kambing, membantu di sawah untuk menjaga burung yang memakan padi.

SMA sudah agak lebih baik, menggunakan celana yang bagus dari kakak-kakak saya. Kelas tiga saya diungsikan ke Pontianak. Setelah itu saya dipaksa untuk kuliah, padahal hati saya ingin menjadi tentara. Permasalahannya ibu saya sudah trauma anaknya yang pertama jadi tentara pelajar, kalau pulang bawa senapan dikejar-kejar Belanda dan saya termotivasi karena itu. Kuliah saya masuk jurusan Tekhnik Sipil akhirnya tidak satupun yang benar-benar hati saya ingin menjadi tentara, kemudian saya mengambil di Akademi Militer.

Menjadi Letnan Jendral dan kemudian gubernur Ibu Kota. Oleh karena demikian ketika saya kini menjadi orang, pengambil kebijakan ada perasaan luar biasa  prihatin terhadap pendidikan untuk anak-anak kecil seperti saya dengan fasilitas minim dan sebagainya. Gubernur pertama yang membiayai 20% dari APBD adalah Sutiyoso. Sekolah SD, SMP, SMA saya gratiskan, guru-guru disejahterkan untuk membalas orang tua saya yang menjadi guru dahulu.

Pandangan Bang Yos terhadap Pendidikan di Indonesia ?

Menurut saya, semua pemimpin harus menganggap sektor pendidikan adalah sektor yang paling strategis. Karena kita hidup dalam komunitas bangsa, mau tidak mau adalah bersaing satu sama lain. Pada persaingan antar bangsa itu esensinya adalah sumber daya manusianya. Kompetensi bangsa Indonesia berbahaya jika tidak kompetitif. Akhirnya manusia-manusianya menjadi tidak produktif. Dan untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia saat proklamasi dulu menjadi sulit. Di Jakarta saja masih mengalami ada sekolah yang hampir roboh, apalagi di desa saya. Saya sempat meninjau desa saya, sudah agak lumayan tetapi teknologinya belum sempat masuk, tidak ada komputer. Dan inilah yang harus dikejar, guru-guru harus disejahterkan, IT harus diefektifkan.

Solusi dan Harapannya, tidak lain dan tidak bukan kecuali memberikan porsi yang cukup terhadap pendidikan yang efektif dan efisien. Para pejabat harus dengan satu sistem bekerja sama dalam rangka memfokuskan membangun bangsa yang cerdas dan mandiri.

Comments System

Disqus Shortname