Inspirasi – Letnan Jendral (Purn) Dr.
(HC) H.Sutiyoso yang akrab disapa Bang Yos. Terlahir di Semarang, 6 Desember
1944 dan dikaruniai dua orang putri. Orang politik, dan mantan tokoh militer
Indonesia berbintang tiga. Mantan gubernur DKI Jakarta selama dua priode. Kini
menduduki ketua umum partai politik PKP Indonesia dan mendeklarasikan diri
sebagai calon presiden Republik Indonesia.
Bagaimana kronologi perjalanan
pendidikan Bang Yos ?
Sebetulnya
saya itu adalah orang yang pernah gagal dalam waktu yang panjang saat kecil.
Perlu anda ketahui bahwa saya itu lahir di desa daerah Semarang, saudara saya banyak
dan ayah saya hanya seorang guru. Ada kelas satu, dua, tiga, dan empat dan
semua yang mengajar adalah ayah saya. Saya tidak punya buku, tidak ada buku
dan jika menulis itu pakai sabak. Bahan berwarna hitam dengan alat tulis khusus,
jika ada yang salah dihapus menggunakan tangan.
Ketika lulus
kelas empat pertanyaannya adalah kemana lagi mau melanjutkan sekolah, karena
rumah kami itu yang dibuat menjadi sekolah. Ilmu yang diajarkan menulis,
membaca, menghitung, mencongak. Kemudian ada orang-orang yang diajak ayah
saya untuk mengajar kelas lima dan enam, kalau zaman sekarang mungkin namanya
guru honorer. Untuk membeli kapur juga menggunakan uang gaji ayah saya.
Kemudian saya
belajar ke kota, dari desa saya itu berjalan setiap hari sekitar 4 km,
bolak-balik 8 km. Sampai sekolah sudah lelah, haus. Tidak membawa minum, kalau haus
minum air sungai di jalan. Oleh karena itu saya bukanlah orang berprestasi kala
itu. Perjalanan saya berat. Setelah pulang sekolah saya memelihara kambing,
membantu di sawah untuk menjaga burung yang memakan padi.
SMA sudah agak
lebih baik, menggunakan celana yang bagus dari kakak-kakak saya. Kelas tiga
saya diungsikan ke Pontianak. Setelah itu saya dipaksa untuk kuliah, padahal
hati saya ingin menjadi tentara. Permasalahannya ibu saya sudah trauma anaknya
yang pertama jadi tentara pelajar, kalau pulang bawa senapan dikejar-kejar
Belanda dan saya termotivasi karena itu. Kuliah saya masuk jurusan Tekhnik
Sipil akhirnya tidak satupun yang benar-benar hati saya ingin menjadi tentara, kemudian saya mengambil di
Akademi Militer.
Menjadi Letnan
Jendral dan kemudian gubernur Ibu Kota. Oleh karena demikian ketika saya kini
menjadi orang, pengambil kebijakan ada perasaan luar biasa prihatin terhadap pendidikan untuk anak-anak
kecil seperti saya dengan fasilitas minim dan sebagainya. Gubernur pertama
yang membiayai 20% dari APBD adalah Sutiyoso. Sekolah SD, SMP, SMA saya
gratiskan, guru-guru disejahterkan untuk membalas orang tua saya yang menjadi
guru dahulu.
Pandangan Bang Yos terhadap
Pendidikan di Indonesia ?
Menurut saya,
semua pemimpin harus menganggap sektor pendidikan adalah sektor yang paling
strategis. Karena kita hidup dalam komunitas bangsa, mau tidak mau adalah
bersaing satu sama lain. Pada persaingan antar bangsa itu esensinya adalah
sumber daya manusianya. Kompetensi bangsa Indonesia berbahaya jika tidak
kompetitif. Akhirnya manusia-manusianya menjadi tidak produktif. Dan untuk
mencapai cita-cita bangsa Indonesia saat proklamasi dulu menjadi sulit. Di
Jakarta saja masih mengalami ada sekolah yang hampir roboh, apalagi di desa
saya. Saya sempat meninjau desa saya, sudah agak lumayan tetapi teknologinya
belum sempat masuk, tidak ada komputer. Dan inilah yang harus dikejar,
guru-guru harus disejahterkan, IT harus diefektifkan.
Solusi dan
Harapannya, tidak lain dan tidak bukan kecuali memberikan porsi yang cukup
terhadap pendidikan yang efektif dan efisien. Para pejabat harus dengan satu
sistem bekerja sama dalam rangka memfokuskan membangun bangsa yang cerdas dan
mandiri.