Gedungnya
sendiri beberapa kali digunakan sebagai kantor
Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana
Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian
Perhubungan Jawa Tengah.
Lawang
Sewu yang artinya seribu pintu ini merupakan salah satu sejarah yang masih ada
di kota Semarang, meskipun banyak perbaikan atau
renovasi namun kekuataan bangunan tuannya sangat terlihat. Dan banyak orang
yang bilang pintu yang ada tidaklah benar berjumlah seribu. Pengunjung yang
datang disiang hari baik rombongan maupun hanya perorangan cukup membuat
kawasan lawang sewu ramai. Banyak yang berfoto-foto untuk
diabadikan, maupun beberapa yang benar-benar serius ingin mempelajari sejarah
lawang sewu karna disetiap ruangan mempunyai penjelasaan sejarah masing-masing.
Dengan
harga tiket masuk sebesar Rp. 10.000; untuk dewasa Rp. 6.000 untuk anak-anak,
dapat juga menyewa guide untuk
menerangkan tata letak gedung namun membayarnya dengan tarif harga Rp. 30.000;
baik yang menyewa personal maupun rombongan. Saat ini kondisi lawang sewu
memang masih terlihat indah dari sisi depan namun didalam gedung banyak
ruangan-ruangan yang mulai rusak baik dari atap yang plafonnya berjatuhan, dan
kondisi kamar mandi yang tidak terurus serta ada beberapa coretan.
Saat
tim inspirasi menemui salah satu pengunjung yang
bernama Pak Heri ia membawa keluarganya dan 2
putra putrinya, beliau mengakui bahwa baru pertama kali datang ke Lawang Sewu
meskipun dia asli orang Semarang "Ini kali pertama
saya datang mbak, untuk mengajak anak-anak melihat lawang sewu serta untuk
belajar mumpung lagi liburan" (dengan logat jawa yang kental). Banyak hal-hal
yang disampaikan oleh Pak Heri, beliau
ingin tetep ada yang memandu wisata namun bukan ditarif harga sebab masuk pun
sudah membayar tiket.
Memang
diakui sangat sulit memahami, banyaknya ruangan dan betapa luas dan besarnya
gedung tanpa seorang pemandu. Namun ada pula beberapa diantara pengunjung yang lebih memilih menelusuri
ruangan tanpa pemandu dikarenakan faktor biaya yang lebih baik mereka gunakan
untuk hal yang lain. Ada satu ruang
bawah tanah yang merupakan salah satu ruangan yang banyak orang tidak ingin
melewatkan namun dikarenakan beceknya ruangan tersebut pengunjung harus menyewa
sapatu booth yang harus membayar dengan harga sepuluh ribu rupiah.
Sangat
diakui bahwa jika dibanding hari biasa mengunjung lebih meningkat disaat weekend dan liburan sekolah sebab
banyaknya orang yang study tour atau
hanya ingin berekreasi semata. Serta mengelilingi kota Semarang yang penuh dengan sejarah-sejarah peradaban Indonesia.
Harapannya
adalah adanya perbaikan dari Pemprov daerah setempat untuk ruangan atau gedung
yang atapnya atau bagian bagunan yang rusak sebab dikhawatirkan jatuh dan dapat
membahayakan para pengunjung yang datang ke Lawang Sewu. Serta benar-benar
diperlukan perawatan agar ruangan dan gedung terpelihara dan tidak rusak begitu
saja.