Sunday, February 19, 2012

Catatan Perjalanan dari Mahameru dan Bromo

Keelokkan tasbih alam yang dipersembahkan Mahameru tengah membuat getar dalam sayup-sayup yang semakin menguatkan hati agar senantiasa bertaqarrub kepada-Nya.

Menancapkan pancangnya di kota Malang, Jawa Timur. Mahameru berdiri kokoh dengan ketinggian 3676 mdpl. Posisi gunung ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT. Merupakan puncak gunung tertinggi sepulau Jawa. Perjalanan kami di mulai (26/12) dengan menggunakan Matramaja (KAI ekonomi) seharga Rp. 51.000,-/tiket. Segala persiapan dan perlengkapan sudah safety dimasukan kedalam Caril. Diantaranya (Tenda, Matras, Slepping Bed, Kompor, Nesting, Drigen air, Termos, Senter, Korek, Logistik, Rain coat, dan pakaian serta perlengkapan pribadi lainnya). Kereta bergerak melaju menyusuri tanah Jawa pada pukul 14.50 s.d 09.00 dari stasiun Senen hingga stasiun Malang Baru.

Memulai Pendakian

Setelah tiba di stasiun Malang, dengan mobil carry menuju Pasar Tumpang (Posko Para Pendaki Semeru Tengger Bromo). Dilanjutkan dengan menggunakan Jip para pendaki ditarik menuju Ranu Pane. Sebelumnya kita mampir di Gubugklakah untuk memperoleh surat izin, dengan perincian, biaya surat izin Rp.6.000,- untuk maksimal 10 orang, Karcis masuk taman Rp.2.000,- per orang, Asuransi per orang Rp.2.000,-. Pkl. 13.30 tiba di Ranu Pane, pos awal pendakian ke puncak Mahameru, kemudian paking ulang untuk persiapan dan bersih-bersih. Tim yang terdiri dari 11 orang ini kemudian melangkahkan pendakian pada pkl. 15.00 . Melewati 4 POS menuju Ranu Kumbolo untuk mendirikan Camp disana perjalanan selama 4 jam yang ditempuh untuk tempat yang berada pada ketinggian 2.400 m dengan luas 14 ha., Ranu Kumbolo menampakan keelokan alam yang luar biasa. Keindahan Ranu (danau) yang berada di tengah-tengah bukit dan hamparan penghijauan yang mengelilinginya beserta pohon-pohon besar nan rindang. Air yang bening, menjadi sumber kehidupan untuk para pendaki.

Pagi hari, melanjutkan perjalanan menuju POS selanjutnya. Meninggalkan Ranu Kumbolo, bersiap menanjak di tanjakan cinta. Tanjakan yang curam dan tinggi sangat menguras energi, juga mitos umum yang berkembang diantara para pendaki, 'jika terus berjalan keatas tanpa sekalipun menoleh ke belakang dan tanpa berbicara maka orang yang disukai akan segera dimiliki'. Namun, menoleh kebelakang adalah pemandangan yang sangat indah yang tertinggal ke arah danau. Selanjutnya kita disuguhkan oleh hamparan padang bunga yang luas dan sangat mempesona, tempat yang bernama “oro-oro ombo” banyak dikunjungi untuk sekedar berpose dan menikmati keindahan padang bunga yang indah dan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Hamparan savanna yang terdiri dari semak - semak adalah medan selanjutnya sebelum melewati gunung Jambangan / Cemaro Kandang. Disini sering dijadikan tempat para penguasa hutan untuk mencari mangsa, oleh karena itu sebaiknya untuk tidak berlama-lama saat melepas lelah di hutan cemara. Pos Kalimati berada pada ketinggian 2.700 m, disini juga telah banyak berdiri tenda-tenda para pendaki lain. Pos ini berupa padang rumput luas di tepi hutan cemara, sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun.

Terdapat mata air Sumber Mani, ke arah barat (kanan) menelusuri pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh jarak 1 jam pulang pergi.

Saat perjalanan ke Kalimati, cuaca sudah tidak bersahabat hujan, angin, dan badai sudah memulai paradenya. Mendirikan tenda untuk berlindung dari titik air yang berjatuhan. Selama 2 malam hujan badai tak kunjung berhenti, di siang hari suasana masih diselimuti kabut tebal, sehingga pendakian menuju puncak terpaksa untuk diurungkan karena mempertimbangkan kondisi alam yang sedang tak bersahabat di bulan-bulan ini dan faktor keselamatan juga. Berhenti di Kalimati, bersama hamparan edelweiss dan kabut yang menyelimuti setelah 2 malam menunggu cerahnya alam yang tak kunjung didapat. Akhirnya diputuskan untuk kembali turun, meski ada sedikit sesal karena tak dapat memuncak namun hal tersebut menjadi semangat untuk kembali lagi di bulan-bulan yang lebih bersahabat. Tiba di bawah (30/12) kemudian menuju penginapan untuk beristirahat lebih hangat.

Keindahan Bromo

Matahari terbit di Bromo menjadi suguhan pagi yang cukup memberi balasan karena tak dapat memuncak saat di Semeru. Keanggunan gunung pasir di Bromo dan lembayan kawah hijau dbawahnya juga punya kepuasan sendiri, artefak-artefak pasir yang terlukis mempunyai posenya yang sangat eksotis. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.

Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo. Bagi yang lelah sudah disediakan kuda-kuda yang siap disewakan untuk menemani perjalanan.Cinderamata dan oleh-oleh juga tengah dijajakan oleh masyarakat lokal kepada para turis dan wisatawan. Bromo pencetak nilai argonomik untuk masyarakat yang berada mengelilinginya.

Bagi suku Tengger , Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.

Setelah selesai dengan segala aktifitas di gunung Bromo, kemudian bersiap-siap untuk pulang dan melanjutkan aktifitas di Jakarta. Menggunakan Jip untuk menuju Stasiun Malang dan selanjutnya menyandarkan diri dibangku Kereta yang sudah bergegas menuju Jakarta.

Desi Zoehriyah

Comments System

Disqus Shortname