Monday, February 20, 2012

Bang Vito, Pelukis Jalanan di Taman Suropati

Beberapa orang tampak berlari kecil dengan handuk di leher. Tampak juga beberapa orang lanjut usia berjalan kaki. Sementara anak kecil berlarian kesana kemari. Ditengah hembusan hawa sejuk dan keramaian taman, terdengar sayup-sayup alunan musik dari gesekan belasan biola. Alunan musik itu begitu harmonis.

Terkadang riang terkadang mendayu-dayu. Seolah melengkapi suara kicau burung pagi itu. Ada yang hirau ada yang tidak. Tapi para pemusik tak peduli. Mereka di sana memang bukan untuk menarik perhatian, tetapi untuk berkesenian. Demikian barangkali di benak mereka. Tidak hanya para pemusik saja yang menghiasi Taman Suropati tetapi ada juga pelaku seni lainnya yaitu “Pelukis”.

Di tengah udara terbuka, Alvito yang akrab dipanggil aBang Vito, tampak melukis tanpa menghiraukan orang disekelilingnya. Pria yang berusia 30 tahun ini merupakan salah satu perintis kegiatan Seni di Taman Surapati. Diawali pada tahun 2004, saat ia menyelesaikan sekolahnya di SMSR (Sekolah Menengah Seni Rupa) tepatnya di Bantul, beliau bertekad menjadi seorang seniman sejati. Hampir seluruh waktunya ia gunakan untuk melukis.

Selain menjadi pelukis ditaman dan sekolahan di kota Solo, Bang Vito juga sudah melakukan perjalanan keluar daerah seperti halnya pelaku seni lainnya. Flores, adalah kota pertama dimana Bang Vito melakukan perjalanan keluar daerahnya. “Waktu pertama tiba disana sih bingung mau kemana, tapi dasarnya udah jadi seniman ya mau tidak mau harus mencari teman seniman juga supaya bisa klop,” ucap pria yang lahir di Solo, Jawa Tengah ini. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun tidak terasa 2 tahun di habiskan Bang Vito di Daerah Flores.

Kota berikut yang menjadi tujuan Bang Vito adalah Pulau Dewata Bali. Siapa yang tidak mengenal dengan Bali? selain memiliki pemandangan yang sangat indah dan eksotis juga menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang berprofesi seperti Bang Vito. Peminatnya bukan hanya dari wisatawan lokal saja tapi banyak turis asing juga yang menyempatkan diri untuk dilukis. “Dan terakhir disinilah tempat saya mengais rejeki,” jelasnya sambil melajutkan lukisannya.

Ditanya soal berapa harga yang dipatok dalam sekali melukis, “harganya tergantung ukurannya, kalo yang gede jelas lebih mahal dari pada yang kecil.” ujarnya. Ada beberapa ukuran yang ditawarkan aBang Vito kepada pelanggannya yaitu dari 8R - 20R. “Trus tergantung juga siapa yang memesan untuk dilukis soalnya kalo orang berdasi kan beda sama mahasiswa,” tambahnya. Dalam sehari penghasilan Bang Vito jika di rata-rata seratu ribu sudah sama makan dan rokok.

Ada juga beberapa tekhnik lukis yang di pakai Bang Vito. Ada yang menggunakan pensil warna yang dikenal dengan nama drawing sedangkan ada juga teknik kanvas dengan cara menggosok-gosok bagian tertentu membentuk sebuah wajah dari sang pemesan.

“Seandainya alat lukis saya lengkap dan mempunyai tempat yang nyaman pasti hasil lukisan saya pasti lebih bagus dan pastinya itu semua untuk mempertahankan nilai seni Indonesia,” Tutupnya.

Armando

Comments System

Disqus Shortname