JAKARTA, 13
November 2014. Banyak sekali UKM(Unit Kegiatan Mahasiswa) yang masih berada
dalam naungan kampus BSI(Bina sarana Informatika). Namun, tak banyak dari
mereka yang mampu bertahan dan terus melakukan re-organisasi sesuai yang diharapkan
oleh sebuah organisasi.
Unit kegiatan
mahasiswa(BSI) yang kini mulai surut pengunjung dalam lingkungan BSI yang solah
mati suri. Ibarat hidup segan tapi mati masih ogah-ogahan.Memang patut disesalkan
memang, wadah yang dulu di harapkan dapat memberikan sarana bagi para mahasiswa
dalam pengembangan potensi mereka, kini malah harus mangkrak tak ada kejelasan.
Kurangnya minat para tunas bangsa ini dalam ikut serta berperan dalam
melanjutkan apa yang telah ditinggalkan
para senior terdahulu dianggap sebagai pemicu utama mogoknya sebuah lembaga
kegiatan diberbagai kampus tak terkecuali untuk BSI sendiri “Banyak faktor yang membuat hal ini terjadi
diantaranya dari segi internal UKM itu sendiri seperti kurangnya pengenalan UKM
terhadap mahasiwa-mahasiswanya dan saat ini tidak sedikit mahasiswa yang
berfikiran bahwa kuliah itu cukup belajar didalam kelas dan mereka tidak tau
pentingnya berorganisasi.” Ungkap Eko Adi Prasetyo anggota senat Salemba 22.
Tiap tahun
selalu saja mengalami penyusutan dalam segi pendaftaran anggota baru. Meski,
telah dilakukan banyak penyuluhan tentang betapa pentingnya keaktifan seorang
mahasiswa saat dalam lingkungan kampus. Karna, banyak hal positif yang bisa didapatkan
saat ikut berorganisasi, seperti: informasi yang lebih akurat mengenai
kurikulum kampus, beasiswa dari dalam ataupun dari luar kampus, terlebih lagi
semakin banyak teman dari kampus lain yang memiliki pandangan yang lebih luas
yang tak segan berbagi ilmu ataupun sekedar bersua semata.
Tak ada sisi
negatif yang nampak di perlihatkan dari tiap-tiap ukm. Tak ada yang mengajak
kepada kemaksiatan, tiada yang mengajak untuk turut serta membenci pemerintahan
yang telah ada, tak ada extremisme yang di salurkan lewat pertemuan mereka. Meskipun,
banyak yang sudah tahu tapi tak banyak dari mereka yang benar-benar serius ikut
dalam kegiatan. Walaupun terkadang panitia ukm begitu terkagum-kagum saat
melihat antusiasme para mahasiswa baru yang mendaftarkan diri. Namun, Banyaknya pendaftar tak cukup menyakinkan
memang dikala kegiatan dimulai. Dari ratusan pendaftar, mungkin hanya
10%-nya yang benar-benar serius. Dan
saat re-organisasi mungkin hanya akan tersisa 7-8% saja. Ironi memang tetapi
apa mau dikata memang begitulah yang terjadi di lapangan.
Kuliah pulang
– kuliah pulang (kupu-kupu) istilah kerennya. Kupu-kupu banyak di temui dari
kalangan mahasiswa baru. Dari mulai yang
sibuk karna kuliah sambil bekerja ada juga yang sok sibuk (pengen telihat
sibuk) padahal aslinya setelah tidak ada jam kuliah biasanya hanya nongkrong di
temani segelas kopi membicarakan hal
yang kurang bermanfaat. Kongkow – kongkow gak jelas, bubarnyapun susah di
tebak. Kadang sebentar kadang bisa larut malam dan hal tersebut terus berulang
untuk hari berikutnya. Namun, itu hak mereka ingin seperti apa waktu mereka
habiskan.
Melihat begitu
banyaknya manfaat daripada mudharat yang dapat di petik dalam sebuah acara
seperti itu, harusnya dapat membuka kembali nurani para mahasiswa yang selama
ini selalu menjadi titik tumpuan utama serta menjadi tolak ukur dalam maju tidaknya sebuah negara. (Moh
Naj Muddin)