www.google.com |
MajalahInspirasi.net-Ramadhan. Disetiap titian langkah-langkah
kita, melewati lorong-lorong usia yang terus melaju, waktu-waktu bersama
keluarga, sanak-saudara, dan teman-teman sekarib dan sekawanan. Mungkin saja
perjalanan ini akan sangat melelahkan dan tidak sedikit rintangan yang
menghambat dan mengusik jalur lurus yang kita kehendaki. Wajah dan pakaian kita
akan nampak kusam dengan debu-debu di jalan, itulah debu-debu yang bersumber
dari sikap kita yang jauh dari Allah.
Jika dahulu anak-anak muda saling
mengeluh karena hafalannya kalah dari temannya, anak-anak kecil menangis karena
bacaan iqronya belum mampu sebaik kakaknya. Akan tetapi pada hari ini,
anak-anak muda menangis karena kekasihnya diambil oleh temannya, anak-anak muda
merasa bangga menyandang status alay sehingga
dapat bergaya sesuka hati nan
berlenggak-lenggok di depan layar kaca, menari-nari dengan jargon-jargon yang
memunculkan satu dua sesunggingan tertawa di waktu jam belajar saat bel
sekolah mulai dibunyikan. Setiap hari, setiap waktu anak-anak muda senantiasa dicekoki
tontonan yang memangkas daya kritis dan kreatifitas, melupakan bagaimana
amanah dan tugas yang berada di punggung meski diemban untuk menciptakan akhlaq
mulia dan menuntun kepada cahaya-cahaya kebaikan.
Problem terberat yang kita hadapi
saat ini, kita terlalu tak berdaya untuk menjaga diri kita dari serbuan
debu-debu itu. Jiwa kita, hati kita, diri kita, tidak sepenuhnya bisa kita
kendalikan. Kita menyerahkan diri kita kepada apa-apa yang semaunya ingin
mengatur kita, lalu mengambil alih hati kita, dan sesudah itu mengendalikan
diri kita. Kita bergelimang persepsi yang dibuatkan orang-orang tidak
bertanggungjawab, yang hanya menginginkan agar anak-anak muda terus menjadi
bagian penting industri stigma negatif. Dan Islam dianggap menghambat kemajuan,
Islam dijustifikasi sebagai tuntutan yang kuno dan terbelakang, stigma negative
itu terus terbentuk sehingga anak-anak muda semakin jauh dan meninggalkan
nilai-nilai kebenaran yang hanya bersumber dari Al-Qur’an. Menjadi pandangan,
pemahaman, dan citra yang dibentuk oleh fun, food, dan fashion yang melenakan.
Pergaulan kita dengan banyak
manusia, melihat hal-hal yang menarik lagi indah, dan tenggelam dalam berbagai
kenikmatan, akan merangsang dan memeperkuat gejolak dijiwa kita untuk terus mencintai
dunia. Perlahan demi perlahan menjadi
fenomena yang amat sangat menyedihkan, karena kita berubah menjadi manusia yang
tidak memiliki rasa kemanusiaan, menjadi orang yang penuh emosi, cuek dan
berhati dingin. Menjadi buas lebih dari binatang buas, tidak ada lagi rasa saat
melihat orang lain sedih, susah, dan menderita. Hilangnya kasih sayang dari
kita adalah karena debu-debu yang membuat suram perjalanan.
Kita menjadi sangat berdebu, oleh
karenanya segeralah berwudhu dan menyucikan diri mengambil waktu-waktu untuk
membasuh wajah-wajah kita dengan beribadah dan berkomunikasi dengan Allah,
memperbaiki iman, memperdalam ilmu dan menambah pengetahuan. Ibnul Qayyim
berkata, “Sesungguhnya di dalam hati ada debu-debu, yang tidak bisa dibersihkan
kecuali dengan menyerahkan diri kepada Allah. Di dalam hati ada rasa asing, dan
tidak bisa hilang kecuali dengan menyerahkan diri kepada Allah. Di dalam hati
ada rasa asing, dan tidak bisa hilang kecuali dengan mendekat dalam khalwat
bersama Allah. Di dalam hati ada sedih, dan tidak lepas kecuali dengan bahagia
mengenal Allah. Di dalam hati ada gelisah dan tidak ada yang menenangkan
kecuali bersama Allah, lari dari takut kepada Allah menuju Allah juga. Di dalam
hati ada api yang membakar. Tidak bisa dipadamkan kecuali dengan ridha atas
perintah-Nya, ketetapannya, dan sabar menjalaninya.”
Wajah kita hati kita. Hati kita wajah kita. Dan segala sesuatu yang tersembunyi di dalam hati memiliki aura
yang memanag akan terpancar menampakan kepribadian dan karakter di wajah. Segala apa
yang kita rasakan, kita niatkan, dan kita teguhkan akan menjadi gambaran dari
apa yang kita jalani, kita pilih, kita lakukan, kita kerjakan, dan kita
tampilkan di atas permukaan. Berjalanlah dengan tanpa menggunakan topeng di kehidupan ini.
Dan yang terpenting, adalah kendali diri kita yang tidak boleh
tergadaikan untuk hal-hal tidak benar, kita harus kuat untuk bertahan
menghadapi arus yang akan membawa kita pada jurang-jurang kebobrokan dan
kebodohan. Kita harus sadar bahwa terus menggali pemahaman yang kuat yang
pancangnya hanya untuk menambah keyakinan kepada Allah SWT yang akan memenangkan
agama ini. Dengan sigma positif kekuatan yang lebih banyak kita akan lebih
dicintai Allah. Kekuatan yang dibangun secara menyeluruh. Bukan saja fisik,
tapi juga iman, pengetahuan, ekonomi, politik, dan peradaban.