Tuesday, August 6, 2013

Membasuh Wajah dan Jiwa Kita yang Berdebu

www.google.com
MajalahInspirasi.net-Ramadhan. Disetiap titian langkah-langkah kita, melewati lorong-lorong usia yang terus melaju, waktu-waktu bersama keluarga, sanak-saudara, dan teman-teman sekarib dan sekawanan. Mungkin saja perjalanan ini akan sangat melelahkan dan tidak sedikit rintangan yang menghambat dan mengusik jalur lurus yang kita kehendaki. Wajah dan pakaian kita akan nampak kusam dengan debu-debu di jalan, itulah debu-debu yang bersumber dari sikap kita yang jauh dari Allah.

Jika dahulu anak-anak muda saling mengeluh karena hafalannya kalah dari temannya, anak-anak kecil menangis karena bacaan iqronya belum mampu sebaik kakaknya. Akan tetapi pada hari ini, anak-anak muda menangis karena kekasihnya diambil oleh temannya, anak-anak muda merasa bangga menyandang status alay  sehingga dapat bergaya  sesuka hati nan berlenggak-lenggok di depan layar kaca, menari-nari dengan jargon-jargon yang memunculkan satu dua sesunggingan tertawa di waktu jam belajar saat bel sekolah mulai dibunyikan. Setiap hari, setiap waktu anak-anak muda senantiasa dicekoki tontonan yang memangkas daya kritis dan kreatifitas, melupakan bagaimana amanah dan tugas yang berada di punggung meski diemban untuk menciptakan akhlaq mulia dan menuntun kepada cahaya-cahaya kebaikan.

Problem terberat yang kita hadapi saat ini, kita terlalu tak berdaya untuk menjaga diri kita dari serbuan debu-debu itu. Jiwa kita, hati kita, diri kita, tidak sepenuhnya bisa kita kendalikan. Kita menyerahkan diri kita kepada apa-apa yang semaunya ingin mengatur kita, lalu mengambil alih hati kita, dan sesudah itu mengendalikan diri kita. Kita bergelimang persepsi yang dibuatkan orang-orang tidak bertanggungjawab, yang hanya menginginkan agar anak-anak muda terus menjadi bagian penting industri stigma negatif. Dan Islam dianggap menghambat kemajuan, Islam dijustifikasi sebagai tuntutan yang kuno dan terbelakang, stigma negative itu terus terbentuk sehingga anak-anak muda semakin jauh dan meninggalkan nilai-nilai kebenaran yang hanya bersumber dari Al-Qur’an. Menjadi pandangan, pemahaman, dan citra yang dibentuk oleh fun, food, dan fashion yang melenakan.

Pergaulan kita dengan banyak manusia, melihat hal-hal yang menarik lagi indah, dan tenggelam dalam berbagai kenikmatan, akan merangsang dan memeperkuat gejolak dijiwa kita untuk terus mencintai dunia.  Perlahan demi perlahan menjadi fenomena yang amat sangat menyedihkan, karena kita berubah menjadi manusia yang tidak memiliki rasa kemanusiaan, menjadi orang yang penuh emosi, cuek dan berhati dingin. Menjadi buas lebih dari binatang buas, tidak ada lagi rasa saat melihat orang lain sedih, susah, dan menderita. Hilangnya kasih sayang dari kita adalah karena debu-debu yang membuat suram perjalanan.

Kita menjadi sangat berdebu, oleh karenanya segeralah berwudhu dan menyucikan diri mengambil waktu-waktu untuk membasuh wajah-wajah kita dengan beribadah dan berkomunikasi dengan Allah, memperbaiki iman, memperdalam ilmu dan menambah pengetahuan. Ibnul Qayyim berkata, “Sesungguhnya di dalam hati ada debu-debu, yang tidak bisa dibersihkan kecuali dengan menyerahkan diri kepada Allah. Di dalam hati ada rasa asing, dan tidak bisa hilang kecuali dengan menyerahkan diri kepada Allah. Di dalam hati ada rasa asing, dan tidak bisa hilang kecuali dengan mendekat dalam khalwat bersama Allah. Di dalam hati ada sedih, dan tidak lepas kecuali dengan bahagia mengenal Allah. Di dalam hati ada gelisah dan tidak ada yang menenangkan kecuali bersama Allah, lari dari takut kepada Allah menuju Allah juga. Di dalam hati ada api yang membakar. Tidak bisa dipadamkan kecuali dengan ridha atas perintah-Nya, ketetapannya, dan sabar menjalaninya.”

Wajah kita hati kita. Hati kita wajah kita. Dan segala sesuatu yang tersembunyi di dalam hati memiliki aura yang memanag akan terpancar menampakan kepribadian dan karakter di wajah. Segala apa yang kita rasakan, kita niatkan, dan kita teguhkan akan menjadi gambaran dari apa yang kita jalani, kita pilih, kita lakukan, kita kerjakan, dan kita tampilkan di atas permukaan. Berjalanlah dengan tanpa menggunakan topeng di kehidupan ini.

Dan yang terpenting, adalah kendali diri kita yang tidak boleh tergadaikan untuk hal-hal tidak benar, kita harus kuat untuk bertahan menghadapi arus yang akan membawa kita pada jurang-jurang kebobrokan dan kebodohan. Kita harus sadar bahwa terus menggali pemahaman yang kuat yang pancangnya hanya untuk menambah keyakinan kepada Allah SWT yang akan memenangkan agama ini. Dengan sigma positif kekuatan yang lebih banyak kita akan lebih dicintai Allah. Kekuatan yang dibangun secara menyeluruh. Bukan saja fisik, tapi juga iman, pengetahuan, ekonomi, politik, dan peradaban.

Comments System

Disqus Shortname