Thursday, March 14, 2013

Bidang Kemahasiswaan Bersama LPM Sambangi Ketua DPR


 Inspirasi – Dalam rangka ulang tahun Bina Sarana Informatika yang memasuki usia ke 25 tahun sebagai  lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan berbentuk akademi memiliki lebih dari 60ribu mahasiswa yang tersebar di seluruh kampus – kampus BSI seluruh Indonesia. 

Program 25 tokoh berbicara pendidikan sebagai upaya untuk melihat pandangan para tokoh-tokoh bangsa mengenai permasalahan pendidikan di Indonesia yang kemudian akan dijadikan input kepada penyelenggara pendidikan baik di kampus BSI secara khusus maupun juga penggerak pendidikan di manapun berada.


Salah seorang tokoh bangsa, H.Marzuki Alie, SE, MM kini menjabat sebagai ketua DPR RI menyambut akademisi BSI yang didampingi oleh Bpk. Syamsul Bahri, Pudir III Bidang Kemahasiswaan di  ruangannya yang berlokasi di gedung Nusantara III. Pria kelahiran Palembang, 6 November 1955 ini bercerita mengenai kronologi perjalanan pendidikannya yang kental diwarisi oleh ayahnya.  Pembelajaran karakter dan keteladanan yang dihasilkan guna memposisikan diri di dalam lingkungan masyarakat dan memberikan manfaat, segala apa yang diaplikasikan untuk maslahat. Seperti pendidikan untuk menyantuni anak yatim, kejujuran, bahkan nilai religi yang dibangun sejak kecil misalnya untuk takziah dan menghantarkan orang meninggal.

“Pengajaran terhadap anak hanya secara serimonial (sholat, puasa, dan lain-lain), bukan memperkenalkan keberadaan Tuhan dan keimanan kepada anak bahwa kita di dunia sebagai apa dan kembali sebagai apa. Sehingga seolah-olah perbuatan yang dihasilkan terpisah dari apa yang disebut keagamaan, “ ungkap Pak Marzuki.

Akhlak yang terbaik adalah dengan memberikan contoh, begitu beratnya untuk memberikan keteladanan tentang kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Memberikan keteladanan berdasarkan akhlak Rasulullah, bahkan tanpa disadari kerap anak diajarkan kebohongan yang dianggap biasa. Permasalahan kedua yakni, persoalan orang tua yang sibuk bekerja dimana anak memperoleh pengajaran dan pendidikan hanya di sekolah dan itu pun lebih menekankan kepada pengetahuan intelektualnya, ‘anak yang hebat dan cerdas yakni anak yang pandai aljabar dan bahasa inggris’ sedangkan akhlak dan prilakunya kurang diperhatikan.

Berbicara soal pendidikan yang memiliki beberapa faktor, sarana dan prasarana pendidikan, guru dengan kualitas yang merata, kemudian sistem pendidikannya. “Guru yang sekarang adalah hasil proses pendidikan masa lalu,” lugas beliau. Dahulu menjadi seorang guru adalah pilihan terakhir, fakultas yang biasa dipilih setelah seorang gagal masuk di fakultas kedokteran, fakultas ekonomi, fakultas sosial, artinya orang-orang yang masuk dalam kualitas terendah, begitu sulitnya meningkatkan standar dan mutu guru. Sedangkan saat ini ketika pemerintah memberikan penghargaan luar biasa terhadap guru, gaji guru bahkan lebih besar diatas PNS yang lain. Banyak orang berbondong-bondong untuk masuk ke fakultas keguruan. Pemerintah hanya melakukan uji kompetensi, tetapi bagaimana meningkatkan kualitas guru yang massif, sesuai anak bangsa menerima pendidikan yang berkualitas tidak dilakukan. Perlu keberanian untuk membuat terobosan sentralisasi pemerataan kualitas guru di Indonesia dapat berupa seperti pendidikan Akpol atau Akabri untuk percepatan pemerataan kualitas, sebagai seorang guru pemberi keteladanan.

Konteks tersebut ditujukan kepada penyelenggara bagaimana memberikan pendidikan yang baik bagaimana menjadi umat yang baik, bagaimana menjalankan agama yang baik dengan karakter yang baik, memiliki penguasaan aqidah, ibadah, sosial, dan intelektualnya secara lengkap, memberikan pendidikan agama sesuai dengan keyakinan masing-masing.


"Bagi mahasiswa Bina Sarana Informatika, agar mengetahui apa tujuan dan ingin menjadi apa ketika awal memasuki akademi BSI. Sehingga mampu mempetakan kondisi dan kemampuan sesuai pilihannya. Lakukan segala sesuatu dengan usaha terbaik karena takdir akan menyesuaikan dengan usaha yang dilakukan" tutur beliau sekaligus menutup percakapan.

Comments System

Disqus Shortname