Inspirasi – Melangkahkan kaki di tengah jalan Ibu Kota,
dengan panas terik yang turut menyumbang peluh yang bercucuran di dahi. Di
sebuah angkutan umum bertrayek Priouk – Cililitan, seorang pengamen cilik memiliki
kulit coklat, dengan mata bulat, dan rambut pendek, sebut saja namanya Mila
sedang melantunkan nyanyi-nyanyian di samping pak supir, karena nyaringnya
suara Mila dapat terdengar juga walaupun berada diposisi kursi di ujung mobil
paling belakang. Tidak ada yang begitu menarik memang dari suasana angkutan
umum tersebut hanya saja, sosok seorang Mila si bocah pengamen tersebutlah yang
menjadi pusat perhatian ku meski dia berjarak agak jauh di depan. Suara nyaring
yang kubilang cukup asik terdengar ditelinga, sehingga tidak begitu mengganggu
atau menambah mumet perjalanan, ku perhatikan juga banyak orang yang turut
manggut-manggut mendengarkan lantunan si bocah pengamen itu.
Sebetulnya suasana di angkutan tersebut hanyalah aktifitas
perjalanan seperti biasa saja, dengan para penumpang yang asik duduk disamping
jendela menikmati sayup-sayup semilir angin di luar, atau para pedagang asongan
juga yang turut memenuhi mobil angkutan yang sudah berdesak-desakan karena
sekelompok pekerja yang turut menjejali mengisi ruang kosong mobil agar tetap terangkut untuk ke tempat tujuan.
Maklum saja meski sudah tersedianya Bus TransJakarta. Angkutan berbiaya
Rp.2000,- jauh-dekat ini memang masih banyak digandrungi penumpang Ibu Kota,
mungkin karena memang tidak ada antrian panjang atau berlama-lama menunggu
seperti yang terjadi di shalter Busway. Meski berbilang panas dan agak sumpek
masih tetap menjadi pilihan karena mungkin dinilai lebih murah dan lebih cepat.
Kembali lagi kepada sosok Si Mila Pengamen Cilik, dia memang
sudah sedari kecil berprofesi sebagai pengamen. Seorang ibu pekerja yang
menyapanya “Sekarang badannya udah makin gede yak, dulu mah masih segini” ,
ungkap si ibu sambil tangannya menunjukan tinggi sepinggangnya. Mila hanya
tersenyum malu-malu saja.
“Sekolah gag? Kelas berapa?,” tambah si ibu.
“Kelas 4 SD, tadi
pulang sekolah langsung ngamen disini,” jelas Mila yang kini sudah berjalan ke
belakang sambil mengitari bungkus permen sebagai tempat imbalan nyanyiannya.
“Udah makan belom?”
“Udah, makan mie gelas pagi tadi mau berangkat ke sekolah?”
lugas Mila dengan nada lugunya.
“Lah, belum makan nasi sampai sekarang?”
“Iya, belum kumpul duitnya,” jawab Mila polos.
“Ibu kerja apa?” tanya si bocah pengamen itu.
“Cleanig Service,
itu suka ngepel-ngepel di kantor.”
“ Oh, gak apa-apa yang penting halal. Ngamen juga halal.
Daripada ngambil punya orang,” ungkap si bocah pengamen itu diiringi senyum
polosnya begitu menggemaskan.
Tersenyum memperhatikan perbincangan dua orang tersebut,
menjadi suguhan pembelajaran sederhana tentang menjunjung nilai-nilai kebaikan
dimanapun berada, meski berada di dalam angkutan umum.
Menengok kearah arloji
ditangan, rupanya sekarang sudah pukul 14.00 WIB. Kasihan juga si Mila, yang
kerap harus menahan laparnya karena keadaan. Bahkan posisinya sekarang mungkin
bukan hal yang dia mintakan kepada Tuhan. Turut mendoakan agar kelak dia bisa
tetap kuat menjalani kehidupan, meraih cita-citanya dan Allah beri kehidupan
yang lebih layak baginya di kemudian hari dan kita senantiasa dapat terus
mensyukuri segala apa yang kita miliki meski dengan segala keterbatasan yang
ada. Kadang selalu ada cara untuk kita belajar dan bersyukur melihat segala
kondisi yang bertebaran di setiap langkah-langkah perjalanan yang kita lalui.
WaAllahu’alam