“Perang selalu disertai
kekerasan. Tetapi, kekerasan yang dilakukan Yahudi dalam perang terhadap bangsa
Arab sudah sampai ke level terorisme terorganisir. Ini merupakan hasil alami
dari keterkaitan antara militer Israel dengan keyakinan beragama mereka yang
mendorong untuk melakukan perbudakan, pembunuhan, dan pemusnahan bagi bangsa
lain. Tindakan teror yang dilakukan militer Israel mempunyai dua target.
Pertama, mengosongkan wilayah Arab dari penduduk aslinya seoptimal mungkin.
Kedua, menghabisi warga Palestina dimanapun mereka tinggal. Sehingga tidak ada
lagi yang akan mengangkat dan membela permasalahan tanah tersebut. Para
pemimpin Israel yakin bahwa dengan menggunakan kekerasan akan sangat membantu
mewujudkan target-targetnya tanpa adanya perlawanan yang berarti, “ (Bassam
Al-‘Asali).
Terorisme menimbulkan kecemasan
dan rasa takut terhadap mereka yang cinta kedamaian, karena merusakkan komponen
dan maslahat kehidupan di bumi, tindakan terorisme adalah melakukan tindakan
yang mengancam harta, kehormatan, kebebasan, dan kemuliaan manusia, dengan
dilandasi rasa kebencian dan keinginan membuat kerusakan di muka bumi.
Timur Tengah merupakan wilayah yang sangat
sensitif, terutama daerah Teluk dan Semenanjung Arabia, karena sumber minyak
terbesar terdapat di wilayah tersebut. Maka prinspinya, Israel dan Iran di
bawah pemerintahan Syah akan menjadi ‘Penjaga Wilayah Teluk’ untuk kepentingan
Zionisme. Itulah faktor utama Amerika/Zionis memberikan dukungan penuh militer
bagi kedua negara tersebut. Hasilnya adalah menjadikan Israel sebagai perpanjangan
tangan Amerika di wilayah tersebut dengan menjadikan Israel sebagai sebuah
kekuatan militer yang bisa digunakan untuk menjaga kepentingan Amerika.
Proyek besar Zionis adalah
terorisme anti-Arab. Mereka mengusir warga Palestina sebagai langkah awal untuk
membuat pemukiman mereka di sana. Zionis juga melakukan terror terhadap kaum
Yahudi di luar Israel agar mau pindah ke Palestina. Atau setidaknya, mau
memberikan bantuan untuk mendukung proyek besar Zionis.
Zionis jelas didirikan atas dasar
terorisme dari awal didirikannya. Karena organisasi ini terang-terangan
menetapkan untuk mengumpulkan dengan mengandalkan dukungan Eropa yang kemudian
disusul pula oleh Amerika, semua keturunan Yahudi yang ada diberbagai penjuru
dunia dan dengan berbagai kewarganegaraan untuk mendirikan sebuah negara
teokrasi, yang dipenuhi rasa permusuhan terhadap semua penghuni bumi ini yang
bukan dari kelompok mereka.
Idiologi agama Yahudi adalah
fondasi berdirinya pemikiran politik zionis. Untuk selanjutnya menjadi asas
bagi penjajahan, pembantaian, penghancuran, pengusiran, dan perampasan yang
mereka lakukan. Dengan fondasi itu juga mereka berhasil mendirikan sebuah
negara yang tidak ada bandingannya di dunia saat ini, yaitu sebuah negara
teokrasi. Dengan asas itu juga, pimpinan politik mereka mengklaim bahwa
perampasan dan perluasan wilayah serta apa saja yang mereka lakukan adalah
sebagai komitmen mereka melaksanakan perintah Tuhan. Artinya, sama sekali tidak
boleh dilanggar bila tidak ingin mendapatkan murka Tuhan. Nah, dengan konsep
seperti inilah kaum Zionis memegang kekuasaan di Amerika Serikat.
Paradigma Amerika, menyatakan
bahwa kewajiban Amerikalah untuk menyebarkan kebudayaan mereka di Arab dan
dunia Islam yang nantinya akan mampu menurunkan angka keturunan. Menurutnya,
dengan menurunnya angka kelahiran akan melemahkan perjalanan jihad umat Islam
di masa mendatang. Pada suatu masa nanti, semangat kebangkitan Islam akan
padam.
Kendala amat penting yang
dihadapi Barat sebenarnya bukanlah kalangan fundamentalis Islam. Tetapi justru
Islam itu sendiri. Islam adalah sebuah peradaban yang berbeda dari yang lain.
Penganutnya meyakini ketinggian wawasan dan budaya, serta kekuatan yang mereka
miliki.
Sedangkan Islam memandang bahwa
adanya keberagaman syariat, agama, nasionalisme, budaya dan peradaban adalah
sunatullah yang tidak bisa diubah-ubah. Hidup berdampingan, saling mengenal,
dan terjadinya dialog antarumat dan antarbangsa itulah jalan bagi langgengnya
pluralitas. Begitu pula dengan adanya kerjasama berbagai pihak dalam kebaikan dan
takwa, bukan atas dasar dosa dan permusuhan.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamusaling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujurat:13)
Hidup berdampingan antarbangsa
dan majunya manusia amat bergantung pada kepemimpinan yang dipenuhi tatanan
nilai dan akhlaq yang berlandaskan keimanan, terutama nilai keadilan.
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu
dari negerimu. Sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang
yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu
(orang lain) untuk mengusirmu. Dan siapa yang menjadikan mereka sebagai kawan,
maka mareka itulah orang-orang yang zhalim.” (Al-Mumtahanah : 8-9)
Perang dalam Islam hanyalah untuk
mengatasi tindak kezhaliman dan menyebarkan keadilan. Menentang penjajahan dan
perampasan hak-hak kemanusiaan, serta mengembalikan hak yang terampas kepada
pemiliknya. Hebatnya peperangan tidak menjadikan kaum Muslimin melupakan hak
dan kemuliaan serta arti kemanusiaan. Menjaga nilai-nilai kemanusiaan terhadap
mereka yang tidak ikut andil dalam perang.
Jihad melawan penjajahan Israel
hukumnya fardhu ain. Siapa yang dengan sengaja meninggalkannya berarti telah
melakukan suatu dosa karena melalaikan sebuah kewajiban untuk setiap kekuatan
yang dimiliki umat, dengan diri, harta, ataupun sarana lainnya.
Ya Allah, jika ada diantara hamba-Mu yang mendengar uraian yang berisi
keadilan serta perbaikan dan bukan perusakan, untuk kebaikan agama dan dunia,
lalu dia enggan menerima selain mundur dari menolong agama-Mu, dan menolak
untuk turut memuliakan agama-Mu setelah mengetahuinya maka kami menjadikan-Mu
saksi atas perbuatannya, wahai Yang Maha Menyaksikan. Kami menjadi saksi
atasnya semua apa yang menempati bumi dan langit-Mu. Engkau sungguh tidak butuh
pertolongannya dan Engkaulah yang akan menghukum dosa-dosanya. (Imam Ali bin
abi Thalib) #