Selepas sholat dhuhur, Kak Idzma membuka forum dengan sebuah pertanyaan,
“anak nakal itu yang bagaimana?”.
Semua peserta pelatihan saling bertanya. Dan memasang muka bingung mereka.
“Nakal itu yang tidak mau diatur”, ungkap salah satu peserta.
Ada juga yang mendefinisikan nakal, saat anak tidak mau berangkat sekolah. Ada jawaban unik dari salah satu peserta,
“Nakal tu ya pas anak manjat-manjat pohon”.
Cukup beragam jawaban mereka. Ternyata, nakal itu undefinitif, Kak Idzma merangkum pendapat para peserta. Nakal hanya masalah “cap” saja. Prilaku itu muncul karena adanya labeling terhadap anak itu sendiri. Sebuah pengantar materi “mengatasi masalah anak” yang asyik dari kak Idzma.
Menjadi seorang pengajar anak-anak, baik di TPA maupun PAUD, merupakan sebuah kesempatan untuk belajar bagaimana bisa berinteraksi dengan dengan bahasa anak. Bisa memahami permasalahan yang terjadi pada anak-anak adalah salah satu kemampuan terpenting yang harus dimiliki oleh seorang pengajar. Melalui analisis terhadap masalah, kita akan menemukan solusi dan jawaban atas “kenakalan” mereka dalam proses belajar.
Gardner, seorang tokoh multiple intelegency menyatakan bahwa; “Tidak ada anak yang bodoh. Setiap anak adalah unik. Mereka memiliki kecerdasan sendiri-sendiri”. Maka, seorang pengajar saat dihadapkan dengan anak-anak yang “bermasalah” dalam akademik, sosial, kita tidak perlu bingung. Mereka harus mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan karakter dan tugas perkembangan mereka. Guru yang baik, adalah guru yang bisa memperhatikan anak satu per satu. Kak Idzma memperjelas, “Anak usia 4 tahun tidak bisa baca? Ya tidak masalah, lha itu bukan tahapan belajar mereka”.
Di bulan Ramadhan ini, Gerakan KAMMI Mengajar yang sudah berdiri dua tahun tiga bulan yang kini juga tengah mendampingi anak-anak korban erupsi Merapi di Plosorejo, Hunian Tetap Golf, dan Hunian Tetap Batur, mengisi kegiatan mereka dengan berbagai macam pelatihan untuk memahami berbagai macam permasalahan anak dalam rangka meningkatkan kemampuan Relawan Pengajar GKM untuk memberikan pengajaran yang terbaik bagi anak-anak di daerah Merapi. Walhasil, pelatihan tersebut telah menambah semangat dan motivasi bagi para pengajar untuk lebih berkontribusi lagi bagi kemajuan pendidikan anak-anak Merapi.
“Selesai pelatihan ini, saya kembali diingatkan landasan dasar bergerak. Betapa istimewanya kita bergerak, dan betapa mulianya menjadi pengajar TPA,” ungkap syukur kak Majid, selaku ketua sosmas KAMMI UGM setelah mengikuti pelatihan tersebut.
Ditulis Oleh: Karlina, Pengajar Gerakan KAMMI Mengajar.
Editor: Fachri Aidulsyah