Wednesday, July 24, 2013

FPI dan Distorsi Media

Beberapa hari ini kita dihadapkan dengan berita-berita yang menyudutkan umat islam dalam usahanya untuk menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Sebagai masyarakat yang kritis tentu saja kita harus bisa lebih berhati-hati dalam menanggapi suatu berita. Lantas kita jangan terprovokasi oleh berita-berita dusta,terlebih
itu datang dari media-media yang cenderung provokatif dalam menyajikan berita.

Salah satunya terkait bentrokan antara FPI (Front Pembela Islam) dan preman yang terjadi di Sukorejo,Kendal pada Kamis 18 Juli lalu. Namun dibeberapa sumber media mengatakan bahwa bentrokan yang terjadi di Sukorejo adalah ormas FPI dan warga sekitar. Perlu diketahui pada Kamis 19 Juli rombongan FPI ramai-ramai datang ke Sukorejo dalam upaya melakukan aksi persuasif di sebuah lokalisasi di Sukorejo yang tetap buka dibulan Ramadhan ini,  aksi tersebut kemudian dihadang oleh kelompok preman yang diduga menjadi beking tempat itu sehingga akhirnya terjadi bentrokan.(islamedia.web.id)

Berbeda dengan pemberitaan yang terkesan frontal dalam memberitakan aksi yang dilakukan FPI tersebut,sehingga memberitakan bentrokan yang terjadi adalah warga dan masa FPI. Tentu saja pemberitaan tersebut merugikan salah satu pihak yaitu FPI. Dengan adanya pemberitaan tersebut seolah media tersebut ingin berbicara bahwa FPI adalah musuh masyarakat Indonesia. Sebagai masyarakat yang bijak tentu kita harus lebih jeli dalam menganalisis sebuah berita,jangan terfokus dengan pemberitaan oleh salah satu media saja,namun juga perlu mencari sumber-sumber pemberitaan yang lain agar tidak mudah terprovokasi atau menjadi korban propaganda oleh media.

Sebagai jawaban atas berita yang provokatif mungkin kita bisa menggunakan logika yang sederhana. Boleh saja kita sependapat dengan berita tersebut bahwa FPI bentrok dengan warga. Jika kita melihat sumber lain kita akan menemui kesan yang berbeda. Dalam aksi yang dilakukan FPI di Sukorejo,Kendal 19 juli lalu adalah melakukan sweeping terhadap tempat lokalisasi disekitar wilayah tersebut,yakni dalam upaya amar ma’ruf nahi munkar memberantas kemaksiatan,tentu dalam Islam ini dianjurkan,karena sebagai umat muslim kita dituntut untuk menjauhi maksiat.

Dan tempat yang menjadi tujuan utama FPI adalah tempat lokalisasi dimana kegiatan prostitusi dan semacamnya terjadi ditempat itu. Sudah umum bahwa tempat tersebut mendapat image negative bagi masyarakat,karena dengan adanya tempat itu dapat mempengaruhi moral generasi muda bagi orangtua yang tak ingin anak-anaknya terjerumus kedalam lembah kemaksiatan, cukup disayangkan jika masyarakat mencegah aksi yang dilakukan FPI tersebut,justru masyarakat harus berterima kasih pada FPI,karena dengan aksi itu setidaknya membantu menyelamatkan anak-anak mereka dari hal-hal yang dilarang oleh agama.

Jika benar seandainya yang bentrok adalah FPI dan warga,itu sama saja warga mendukung adanya tempat lokalisasi tersebut,mendukung kegiatan prostitusi dilingkungan mereka dan ini sudah jauh melanggar peraturan baik moral atupun agama. Namun yang terjadi adalah bentrokan antara FPI dan kelompok preman yang diduga membekingi tempat lokalisasi tersebut,awalnya masa FPI melakukan aksi sweeping dengan damai namun tiba-tiba dihadang oleh kelompok preman yang membawa senjata (eramuslim.com). Haruskah kita diam saja melihat dan membiarkan kejahatan dan kemaksiatan merajalela di negeri ini dan mengancam generasi penerus bangsa?. Sudah menjadi tugas seorang muslim untuk mengajak saudara sesama muslim untuk ber amar ma’ruf nahi munkar.

Pembubaran FPI,mungkinkah ?

Terkait keinginan sekelompok orang yang ingin membubarkan FPI karena dinilai telah melakukan aksi anarkis di Sukorejo. Sayangnya pemerintah mudah terprovokasi oleh pemberitaan salah satu media tanpa melihat pemberitaan di media lain, entah karena media tersebut sudah merupakan media besar dan masuk ke ranah nasional sehingga percaya begitu saja,tak jarang media nasional juga sering luput dalam melakukan pemberitaan.

Berbeda dengan pernyataan presiden yang menilai FPI bertindak anarkis,melakukan kekerasan dan main hakim sendiri sehingga menciderai islam (kompas.com). KH.Muhammad al Khatath selaku sekertaris jendral Forum Umat Islam mengklarifikasi bahwa tidak ada bentrokan antara FPI dengan masyarakat, tetapi yang ada adalah rombongan FPI yang aksi damai tanpa membawa senjata diserbu oleh ratusan preman bersenjata.(eramuslim.com). Dan sebelum melakukan aksinya FPI juga telah melakukan koordinasi dengan aparat setempat (islamedia.web.id).

Dari beberapa pemberitaan tersebut kita bisa menilai bahwa ormas-ormas islam sering menjadi korban propaganda media dengan menyajikan pemberitaan yang menyudutkan posisi umat islam,sehingga masyarakat yang tidak jeli mudah terpengaruh,seolah ormas-ormas islam yang melakukan tindakan anarkis adalah musuh masyarakat, sehingga ormas-ormas islam tersebut termasuk FPI salah satunya perlu dibubarkan. Anarkisme,Terorisme,Ekstrimisme dan berbagai istilah negative yang disangkutpautkan  dibelakang Islam tentu saja sudah membawa dampak citra buruk bagi Islam,sehingga muncul islamophobia di Ingris,Amerika dan negara-negara barat lainnya. Tentu saja istilah itu berasal dari pemberitaan yang kurang berimbang dan berusaha merusak nilai-nilai Islam.

Tidak akan ada tindakan anarkis yang dilakukan ormas-ormas Islam dalam hal ini FPI, jika aparat hukum bertindak tegas dalam memberantas kejahatan dan penyakit masyarakat yang sudah sangat jauh merusak moral bangsa ini. Anehnya yang terjadi,pemerintah dan aparat penegak hukum sering bertindak tak adil kepada ormas-ormas Islam begitu juga media-media sekuler. Sehingga dengan sengaja mereka mempengaruhi masyarakat dengan pemberitaan secara sepihak.

Ketidaktegasan pemerintah ataupun aparat hukum dalam menegakan peraturan yang ada semisal dalam memberantas kejahatan dan kemaksiatan yang sudah jelas menyimpang dari nilai agama dan mengancam moral generasi penerus bangsa ,sehingga muncullah inisiatif bagi ormas-ormas tertentu untuk bertindak sendiri atau secara kasarnya  dengan main hakim sendiri.

Jadi jangan salahkan ormas jika pemerintah atau aparat penegak hukum masih lembek dalam menegakkan peraturan,sehingga ormas-ormas tersebut mengambil alih posisi mereka. Ini bisa terjadi juga pada masalah hukum yang lain seperti kasus-kasus korupsi yang makin menjamur dilingkungan pemerintahan. Haruskah rakyat yang harus bertindak menjadi hakim ? ketika rakyat tak puas dengan kinerja pemerintah dan aparat hukum. Seperti kasus sweeping yang dilakukan FPI pada 18 Juli lalu di Sukorejo,Kendal ?

Seharusnya untuk menjaga kredibilitas tugasnya pemerintah atau aparat hukum jangan lantas menyalahkan ormas tersebut (FPI), tanpa melakukan pembenahan terlebih dahulu terhadap kinerja mereka sehingga berencana membubarkan FPI begitu saja, Toh  Habib Muhsin Alattas selaku jubir menjamin bahwa FPI tak perlu dibubarkan karena FPI akan bubar sendiri jika hukum ditegakkan dengan baik oleh aparat dan pejabat negara seperti yang dilansir (vivanews).  ( Al’Barca )

Comments System

Disqus Shortname