Berdiri di depan gerbang rumah yang terasa asing bagiku. Aku pandangi di sekelilingku.. Dimanakah saat ini aku berada.. Terlihat ada bayangan seorang laki-laki di balik jendela rumah itu.. Lalu seseorang membuka pintu rumah itu….
Drrd…. Drrd…..
Drrrd…. Drrrdd…..
Kuraih ponselku yang bergetar.. ternyata aku terbangun tengah malam..
“Astaga mimpi apa barusan itu?!”
Gumamku sambil merenggangkan tangan ke atas. Lalu aku beranjak menuju dapur. Terasa kering sekali kerongkonganku. Ku ambil segelas air putih dan menenggaknya, lalu aku kembali ke kamar tidurku lagi. Sejenak aku teringat dengan mimpiku barusan. Aku kembali berbaring dan mengutak-atik ponselku.
“Ohh tidakk!!!!! Sudah jm 01.00…. Pacar gue ulang tahun!!!!! Arrrrrrrrr~”
Aku geser-geser layar ponselku, mencari satu lagu dan kukirimkan ke Yanti. Yanti… Ya dia adalah pacarku. Gadis sederhana, berwajah manis, kulit sedikit gelap dan bertubuh sedang. Hari ini dia berulang tahun. Sudah kuatur semua rencana dari jauh hari untuk memberikan kejutan kecil di hari spesial nya ini. Tapi kenyataan berkata lain. :’)
“Perjalanan waktu takkan melihat siapa dan apa dari dirimu.. Tapi baigamanakah kau mengisi hidupmu menjadi lebih indah… Di hari Ulang Tahunmu…”
Sepenggal lirik lagu dari kahitna yang kukirimkan kepada Yanti yang mewakili semua rencana-rencana konyolku yang harusnya tergenapi di pagi buta ini. Ahh.. Sudahlah.. Tak ada yang perlu kusesali..
Waktu terus berlalu.. Setiap detik, menit, jam.. Tak terasa sebentar lagi matahari akan menampakkan sinarnya. Aku bangun dari tempat tidur dan beranjak dari kamar. Kubuka pintu rumah dan menyambut pagi yang berkabut di Kota gersang ini..
“Ahh!! Tak sabar aku ingin kembali ke rumah.. Tak sabar ingin bertemu Yanti.. Tak sabar menghabiskan hari ini bersama dia….” Gumamku dalam hati.
Ku berkeliling-keliling komplek menikmati pagi berkabut di kota ini. Meski tak sedingin di Bogor tapi aku masih bisa menikmati suasana pesawahan dan candaan anak-anak desa.. Sedikit mengobati ‘gregetan’ku.. satu jam sudah aku susuri jalanan perumahan. Aku kembali ke rumah Tere, sepupu yang paling akrab denganku waktu kecil. Namun seiring bertambah dewasa, aku masih merasa canggung dengannya. Sesampainya di rumah, aku berpapasan dengan tere yang hendak bergegas berangkat kuliah. Yaa.. Saat ini dia sudah semester 6 di salah satu universitas Jakarta.
“Aku berangkat kuliah ya Danang.” Ucapnya kepadaku.
Agak sedikit kikuk
“I.. iiyaaa.. Tere.. Hati-hati dijalan yaa.” Jawabku..
“Iya terimakasih ” ucapnya…
Haaahhhh… selalu seperti itu.. Kadang aku berfikir, andai saja masih seperti dulu saat masih berumur 5 tahun…
Sudah jam 08.30.. Akhirnya aku kembali menuju kota hujan.. Kota yang biasa disebut Kota seribu angkot. Aku tak sendiri.. Ditemani Nenekku yang masih terlihat segar meski telah berusia lanjut. 3 jam jarak yang ditempuh menuju Bogor. Aku duduk di dalam bus, di kursi urutan no. 3 dari depan. Aku duduk di samping jendela. Ku masukkan headset kedalam lubang telingaku untuk mengusir waktu sambil menikmati pemandangan selama perjalanan. Terlihat mendung langit pagi ini. Sedikit tak enak perasaanku… Dan sekilas aku ingat kembali mimpiku di tengah malam itu. Aku tatap Nenekku yang tertidur di sampingku. Kulihat wajahnya yang penuh dengan kerutan.. Keringat mengalir dari dahinya. Ku usap dengan hati-hati agar tidak membangunkan tidurnya. Yaa terasa panas sekali pagi ini, namun langit begitu mendung. “ Ronan Keating-Iris”… Aku memejamkan mata.. Lagu itu menemani lelap tidurku bersama lagu-lagu lainnya dari playlist di media player ponselku. 45 menit sudah aku terpejam.. Aku cek ponselku siapa tau ada pemberitahuan. Yaa.. Benar saja ada 3 pesan dari mamahku dan 2 pesan dari Yanti. Kubalas satu persatu pesan yang masuk. Ku lihat nenekku sedang mengambil perlengkapan yang tak boleh ketinggalan… Ia ambil beberapa helai sirih, lalu ia mengambil kotak kapur cair. Ia oleskan sirih tersebut dengan kapur tersebut.. lalu ia taruh beberapa daun gambir.. setelah itu ia lipat berbentuk kotak.. sudah menjadi hobby nenekku memakan sirih.. terkadang ia suka membuatkannya juga untukku.
Tepat, 3 jam sudah aku dan nenekku sampai di terminal Baranangsiang. Mamahku sudah menyambut kami.. “Kamu mau pulang atau langsung berangkat Nang?” Tanya mamahku.
“Aku langsung berangkat aja mah, lagian takut telat. Ulangan soalnya.” Jawabku..
“Oh iyaa… Aku baru ingat kalau hari ini aku ada ujian.. Oh Tuhan.. Aku belum belajar sama sekali!!! :’(“ Menggerutu dalam hati. Dan setelah usai percakapan singkat itu, aku pamit dengan mamah dan nenek. Dan kita berpisah disitu. Aku lihat jam di ponselku, ternyata masih jam 11.35. Masih sempat aku mencari kado untuk kuberikan nanti kepada Yanti. Hampir satu jam aku berkeliling di dalam salah satu Mall tak jauh dari terminal bis. Tak ada yang menarik, lalu aku mampir sambil membaca. Niatnya sih untuk pemanasan otak biar ga tegang saat ujian nanti. Selintas aku lewati Rak “NOVEL”. Aku liat satu-persatu buku di rak itu. Sesaat membalikkan bukunya dan membaca synopsis ceritanya. Hemmmmm…. Dan inilah yang kutemukan…
“Aku berharap tak pernah bertemu denganmu.
Supaya aku tak perlu menginginkanmu,
memikirkanmu dalam lamunanku.
Supaya aku tak mencarimu setiap kali aku rindu.
Supaya aku tak punya alasan untuk mencintaimu.
Dan terpuruk ketika akhirnya kau meninggalkanku.
Tapi…,
kalau aku benar-benar tak pernah bertemu denganmu, mungkin aku tak akan pernah tau seperti apa rasanya berdua saja denganmu.
Menikmati waktu bergulir tanpa terasa.
Aku juga tak mungkin bisa tahu seperti apa rasanya sungguh-sungguh mencintaimu…
Dan dicintai sosok seindah sakura seperti dirimu “
Sebuah synopsis dari novel Montase “Kau di Antara Seribu Sakura” . Membuat aku tertegun dan hening untuk sesaat, seperti pertanda atau suatu firasat ketika aku membaca synopsisnya. Akupun tak berani membuka isi dari buku itu. Ku bulatkan tekat, kujadikan novel ini sebagai hadiah untuk pacarku Yanti. Pencarian telah berakhir, dan sekarang bergegas ke kampus. Sesampainya aku di kampus, aku langsung menaiki anak tangga menuju lantai 3 ruang 301. Ahh.. tepat sekali.. Aku tidak terlambat. Aku duduk di deretan tengah meja urutan ke 3 dari depan. Rasanya satu menit itu sangat lama sekali, dan soal yang tersorot dari layar Proyektor itu membuat aku muak menunggu waktu. Satu jam sudah berlalu. Ujian pun telah berakhir. Akupun bergegas keluar dari kelas dan menuruni anak tangga. Ku abaikan sapa teman-temanku, aku mulai merasa seperti sedang berlomba dengan waktu.
“Ohh tidakkk!!!! Hujaaaaaannnnn!!!!! AAAAAHHHHHHH…. “
Gerutuku sambil mengangkat tanganku menutupi kepala dan berlari menuju gerbang kampus. Aku stop angkot yang lewat, dan duduk di kursi depan dekat sopir. Hujan semakin deras saja. Aku lihat jam di ponselku, waktu sudah menunjukkan jam 14.28.. Aku turun di stasiun kereta api dan menyambung angkot berikutnya.
Sampailah aku di Taman kencana, salah satu daerah di jantung kota Bogor. Hujan mulai tidak begitu deras lagi. Aku berjalan menuju toko kue dimana aku memesan kue ulang tahun untuk Yanti. Dalam langkahku, aku mulai berimajinasi. Imajinasiku mulai membawaku ke waktu dimana aku memberikan kue dan hadiah ulang tahunku ini.
Drrrd… Drrrrd…
Ponselku berbunyi… Ternyata pesan dari yanti..
Yanti.
yang.. Ujan.. Km udh dmn? Udah pulang? Hati2 di jalan yaa kamu.
Received..
Aku baca pesannya..“Ahh ngancurin lamunan gue aja. Hemmm gue bales apa ya? Hemmmmm….” Ketusku.
Me
Aku belum pulang ay.. Kangennnnnnnnn ~,~
Delivered..
Tidak lama balasannya pun ku terima.
Yanti.
Ak juga kangen yang.. Gmn atuh? Udah km pulang aja yaa. Aku udah pulang bareng Arli. Soalnya ujan gede tadi jadi aku pulang cepet deh.
Delivered..
Lalu balasku.
Me
Ohh gitu. Ya udah km hati2 d jalan yaa ay. :’) Happy b’day..
Delivered..
Sesaat aku merasa lemas setelah membaca pesan dari Yanti. Aku terdiam.. Apa yang aku lamunkan itu kemudian mulai rapuh..
“Gakkk!! Tetep semangat Danang!! Hari ini gue ga boleh nyerah. Gue bakal ngasih kejutan kecil buat Yanti. Gue pengen liat tampang shock-nya. Ahhhhhh!!!!! Semangaaaaattttt”
Aku mencoba menyemangati diriku. Tubuhku mulai terasa dingin. Ya.. Aku tidak begitu kuat menahan dingin akhir-akhir ini. “Jangan sampai gue menggigil lagi~,~” gerutu ku.. Tapi sedikit demi sedikit rasa dingin itu mulai hilang karena perasaan dalam hati Yang membara.
Akhirnya aku sampai di toko kue dimana aku memesan kue ulang tahun untuk Yanti. Aku masuk kedalam toko tersebut dan menghampiri salah seorang kasir. Aku melihat kue pesananku terpampang di dalam etalase kue.
“Pasti Yanti senang dengan kue ini.. Kue yang ia inginkan di hari ulang tahunnya :’)”
Kataku dalam hati.
“Permisi mas”
Sambil mengeluarkan dompet dan memberikan bon pembelian kue kepada kasirnya.
“Saya mau mengambil kue pesanan saya. Maaf ya mas di ambilnya baru sekarang, harusnya kemarin saya ambil.” Ucapku.
“Iya. Tidak apa-apa mas. Boleh saya ambil bon-nya?” balas kasirnya.Lalu ku berikan Bon dan uang sisanya.
“Silahkan mas ini kuehnya. Bagaimana? Semoga pacar mas senang dengan kuehnya ya Mas.” Sahut kasirnya.
“Iya terimakasih. Oh iya sebelumnya maaf saya boleh duduk dulu disini mas boleh? Sambil mengeringkan baju mas :p bekas tadi kehujanan.” Jawabku.
“Oh iya silahkan mas. Tidak apa-apa, jika ada yang ingin dipesan tinggal panggil crew kami saja ya Mas. Terimakasih atas kunjungannya.”
Ucap kasir sambil menyunggingkan senyuman yang hangat dan bersahabat.
Lalu aku duduk di meja dekat pintu masuk. Sambil menatap keluar. Rintik hujan masih membasahi rindang pohon di sekeliling toko sepanjang jalan Taman kencana ini. Aku melihat ponselku kembali dan membaca pesan dari Yanti.
Yanti.
Makasih sayang :* Aku ga jadi pulangnya. Masih ujan disini ay. Km udh pulang? Take care ya di jalan kamu.
Received.
Aku semakin bersemangat. Aku bangun dari tempat dudukku,
“Terimakasih Mas saya berangkat ya Mas. Selamat Sore.” Ucapku sambil melambaikan tangan dan bergegas dari tempat dudukku keluar dari toko tersebut.
Waktu menunjukan pukul 15.30. Hujan memang deras waktu itu, aku bergegas menyusul Yanti. Tanpa berfikir panjang, aku langsung naik angkot menuju sukasari. Lalu aku berjalan sedikit. Hujan lumayan lebat. Aku berlari sambil melindungi kue dari rintikkan hujan. Tidak lama aku menemukan angkutan umum yang menuju ke tempat Yanti berada. Tepat pukul 16.00 aku sudah sampai di tempat tujuan. Aku berteduh di bawah atap warung klontongan. Sambil memeluk badanku menahan dingin. Ku ambil ponsel di kantong celanaku dan mengirim pesan kepada Yanti.
Me
Ay.. Km masih d sna?
Delivered
Aku tunggu pesannya… sambil kupandangi sekitarku.. Langit begitu gelap.. Hujan turun begitu deras..
Drrd… Drrd…
Yanti.
Km udh sampe rmh ay?
Sakali aing ngomong(Sekali aku ngongomong)..
Aku udah di rmh lg dong
Received
Seperti di hujam batu karang.. Hati ini terasa sesak waktu membaca pesan dari Yanti.. Aku mulai menggigil. Rasa dingin itu sangat menusuk. Aku mencoba menahan kecewa. Aku sebrangi jalan yang di genangi air. Aku stop angkot yang lewat, lalu aku duduk di bangku depan. Aku kembali mengeluarkan ponselku, dan mengetikkan pesan balasan kepada Yanti.
Me
Oh gitu ay.. hmmm~,~ Ya udh atuh.. bagus dh km udh smpe rmh .
Iya ne aku lagi di angkot kok..
Nti jg smpe rmh ay.
Delivered
Pukul 16.45.. Aku sampai di simpang jalan.. Aku turun di simpang jalan itu. Aku berjalan menyusuri sepanjang trotoar sambil bergumam dalam hati. Sudah sangat jauh aku berjalan.. Angin yang berhembus.. Butiran air yang turun dari langit.. Seperti peluru menghujam tubuhku..
“Ya sudahlah ga apa-apa Nang.. Apapun yang terjadi barusan ga usah gue pikirin lagi.. Semangat…. Sekarang tujuan akhirnya berarti gue samperin ke rumahnya.. Ga apa-apa kali yaa.. Ga ganggu juga.. Lagian habis ngasih kue dank ado itupun gue langsung pulang ini deh biar ga keganggu… Tapi masa iya dia keganggu? Gue kan ngasih kejutan buat dia.. Ngasih surprise buat dia.. Yanti pasti senang Nang…”
Aku mencoba menyemangati diri sendiri.
“Tapi Tunggu… Gimana kalo Bian ternyata ada di rumahnya?”
Bian yaa… Bian adalah mantan kekasih Yanti. Dan sebelum aku berhubungan dengan Yanti, aku adalah orang ke-3 dari hubungan mereka. Hingga akhirnya mereka berpisah. Dan sekarang Yanti menjadi kekasihku.
“Gimana kalo itu terjadi.. Aku harus bagaimana?”
Langkahku terhenti.. Semakin deras hujan turun… rintikannya terdengar seperti backsound di telingaku. Semakin terasa dingin sore itu… rambutku mulai basah semua.. Begitupun dengan pakaianku.. Menahan dingin… aku lanjutkan langkahku semakin cepat dengan tenaga yang masih tersisa…
“Ahh!! Ga mungkin!! Jangan NeThink dulu nang.. Bentar lagi rumahnya sampai.. It’s gonna be okay Danang.. Smangat!!!!!”
Aku mencoba menyemangati diriku kembali.
Sampai sudah aku di Gapura itu. gang yang membawaku menuju rumahnya. Aku berdiri di depan pagar rumahnya. Hujan menjadi teman yang menyemangatiku saat ini. Aku menarik nafas panjang… Hmmmmmmm…. Terbayar sudah semua lelahku satu hari ini. Dan saat ini… Aku berdiri di depan pagar rumah Yanti.. Aku coba mempertahankan tubuhku, saat lutut ini sudah gemetar. Yaa ia sudah sampai pada titik nadirnya.. Entah berapa jauh kaki ini menapaki jalan.. Hujan semakin lebat.. Aku menatap ke jendela rumahnya. Aku melihat sosok bayangan seorang laki-laki dibalik tirai jendela itu. Aku menatap sesosok gadis di balik tirai jendela itu lagi. Ya itu Yanti sedang membawa semangkuk besar yang berisikan Es buah dan menu buka puasa lainnya. Lidahku kelu, bibirku terlihat ungu karena sudah membeku.. Aku mencoba bertahan di derasnya hujan sore itu.. Angin yang berhembus seolah memberiku firasat tak enak.
“Permisi..”
“Permisiiiii….”
“Asalammualaikum!!!!”
Aku beranikan diri untuk bersuara menandakan bahwa aku hadir di rumahnya. Dan aku melihat gadis itu menghampiri dan membuka pintu.
“Clek”
Terdengar suara kunci yang terbuka. Aku lihat gagang pintu itu mulai bergerak, dan pintu pun terbuka. Sejenak aku tak merasakan apa-apa dan tak mendengar suara apapun. Suasana muali hening, Pintu mulai terbuka. Aku kembali teringat dengan mimpiku malam itu. Mimpi yang aneh. Seolah-olah aku sedang berada dalam mimpiku malam itu. DEJAVU! Aku terdiam. Tubuhku mengeras seperti patung.
“Ya ampunnnnnn!!!!!!”
“Kamu seriussssssssss!!!!!!!”
Ia berteriak histeris di balik pintu yang terbuka itu. Aku lihat betapa kaget dan panic dari wajahnya. Namun sirat mata itu, tatapan mata itu seakan berkata:
“Kenapa lo datang sore ini? Kenapa lo datang di saat yang ga diharapin? Kenapa lo ngelakuin semua hal konyol ini? Lo udah bikin gue bener-bener gila sekarang!!”
Air mata ini telah menyatu dengan air hujan yang jatuh di pelipisku. Aku lihat sekilas pria yang sempat datang di lamunanku tadi. Ternyata.. Apa yang kutakuti terjadi juga. Aku menjadi tamu tak di undang sore ini. Suasana semakin kaku, sunyi, sepi.. Hanya rintik hujan yang menghujam genting dan jalanan yang terdengar di telinga. Angin itu semakin menggeliat ditubuhku. Seperti tali yang menjerat sekujur tubuhku.Lalu hujan yang turun.. Hujan itu seperti pecahan beling yang menghujaniku. Perih… Sakit… Sesak di dada. Lalu ia membuka pintu gerbang rumahnya. Aku dengar suara yang sangat kukenali. Suara anak kecil itu. Seperti tersayat belati tajam. Luka hati ini menganga lebar.
“Maaf ganggu sore-sore begini.”
“Aku Cuma mau ngasih ini doang.”
“ Permintaanmu waktu itu.”
“ Permintaan yang kamu inginkan di hari ulang tahunmu.”
“Sepertinya aku ga di harepin sore ini. Maaf udah ganggu acara buka puasamu sore ini. Aku udah jadi tamu tak di undang ya?”
Ucapku sambil menahan pilu dan sesak di dada.
Suasana mulai hening kembali. Dia hanya terdiam, terpaku menatapku.
“Maaf yang. Maaf..”
Kata-kata itu.. Hanya kata-kata itu yang ku dengar dari mulutnya. Wajahnya mulai memberikan isyarat kepadaku agar aku segera hengkang dari pandangannya.
“Yaa ga apa-apa. Sorry”
Aku menahan tangis. Tubuh ini seakan hancur berserakan, hanyut terbawa genangan air. Aku membalikkan badan dan mencoba melangkahkan kakiku menahan perih hati yang terusuk pedang tajam. Aku tak berani membalikkan badan lagi. Aku takut. Dan gang ini terasa sangat sempit, sempit sekali. Aku mulai merasa tak nyaman.Gang ini mengantarkan aku menuju jurang kehampaan. Di pinggir jalan.. Aku coba untuk bertahan.. Tapi aku tak kuasa menahan isak tangis ini. Aku berteriak sekencang-kencangnya.. Orang-orang yang disekitarku menatapku curiga. Tapi aku tak perduli. Aku berteriak semakin kencang..
Aku berlari sekuat tenaga sambil menahan isak tangis. Hingga akhirnya aku terjatuh. Dan sesuatu seperti menggilasku dari belakang. Tubuhku tergilas sebuah kendaraan bak terbuka. Tubuh itu mengejang, darah mengalir dari mata, telinga, hidung dan mulutku. Aku seakan terpisah dengan tubuhku.. Aku melihat tubuh yang tergeletak di pinggir jalan.. disirami hujan.. berselimutkan angin.. Aku ingat Bapak.. Aku ingat mamahku.. Aku ingat nenekku.. aku ingat Tere sepupuku.. Aku ingat teman dan sahabatku.. Tapi aku tak sanggup mengingat Yanti.. Aku tak sanggup mengingat peristiwa itu..
Aku seperti kembali lagi ke masa silam.. saat aku terlahir ke dunia ini.. dan sesosok pria dewasa sedang menggendongku dengan penuh kasih sayang.. Wajahnya yang dipenuhi oleh cahaya..
“ Bapak..”
“Kau datang menjemputku :’)”
Tamat….