Persaingan tenaga kerja di Indonesia bisa dipastikan akan semakin ketat menyusul berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. MAE membuat arus barang dan jasa dari negara-negara ASEAN lainnya bebas masuk ke Indonesia, termasuk tenaga kerja.
Sebagai lembaga pendidikan, Direktur Bina Sarana Informatika (BSI) Naba Aji Notoseputro mengungkapkan perguruan tinggi memiliki peranan penting dalam menciptakan SDM yang berkualitas. Perguruan tinggi bertugas membekali anak didiknya dengna kompetensi yang cukup agar memiliki daya saing tinggi.
Disamping itu, lulusan perguruan tinggi juga dinilai harus lebih adaptif sehingga mampu menerima perubahan seekstrem apa pun di era globalisasi ini.
Naba menambahkan, salah satu bekal yang disiapkan perguruan tinggi adalah dengan sertifikasi. Sertifikasi sebagai bukti atas kemampuan kerja mahasiswa yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja. Setiap bidang akan memiliki sertifikasi tenaga kerja sendiri. “BSI dan perguruan tinggi lainnya sudah berusaha membekali peserta didiknya dengan sertifikasi tertentu sesuai dengan kompetensi di bidangnya,” kata Naba.
Di luar negeri kemampuan bersertifikasi juga sudah diterapkan. Di bidang teknik, misalnya, seorang insinyur harus memiliki kompetensi dan keahlian sesuai dengan standar mutual recognition arrangements (MRA) dan bersertifikat ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE) yang terdiri dari pendidikan, ujian, registrasi dan pemberian lisensi, pengalaman pendidikan profesional lanjutan, dan kode etik profesi.
Sertifikasi yang dituturkan Naba ini bisa menjadi alasan negara-negara ASEAN untuk mencari peluang di Indonesia. “Mereka bisa memiliki peluang lebih tinggi dibandingkan kita. Akibatnya, pekerja-pekerja Indonesia hanya bisa menjadi pekerja kelas menengah, sementara posisi atas diisi oleh mereka,” kata Naba.
Sebagai langkah antisipatif, BSI menurut Naba, juga membekali peserta didiknya dengan berbagai pelatihan dan seminar agar mereka dapat memenuhi kualifikasi di tingkat regional ASEAN selain pembekalan kuliah kerja nyata (KKN). KKN sendiri dibutuhkan sebagai modal bersaing di dalam negeri.
Saat ini, perguruan tinggi yang terdiri dari akademi dan universitas ini memiliki Fakultas Teknik dengan Program Studi Sistem Informatika dan Teknik Informatika, Fakultas Ekonomi dengan Program Studi Manajemen dan Akuntansi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas Seni Rupa dan Desain dengan Program Studi Desain Komunikasi Visual/Desain Grafis/Multimedia, dan Fakultas Ilmu Keperawatan. Itu belum termasuk Program Pascasarjana dan Sekolah Tinggi Manajemen Pariwisata.