Thursday, March 27, 2014

Menangkan Islam di Indonesia

2014 menjadi sejarah baru bagi indonesia, untuk menentukan presiden dan wakil rakyatnya kelak.  Berbagai partai politik tidak hentinya mengkampanyekan visi dan misinya agar dipilih oleh rakyat. Lalu yang menjadi pertanyaan dimanakah peran Mahasiswa menjelang pemilihan caleg nanti? Dan bagaimanakah nasib umat Islam mayoritas di Indonesia? Sedangkan banyak pro kontra antara golput dan tidak. Namun sebelum mempermasalahkan hal tersebut ada baiknya kita berfikir apa itu antara politik dan Islam.


Politik dan Islam
Menurut Hasan Al Banna Pemikiran terhadap politik Islam adalah bagian dari tabiat agama Islam yang datang mengatur seluruh manusia berdasarkan syariat Allah SWT serta membimbing mereka kepada kebajikan dan jalan yang lurus.  Sedikit sekali kita akan jumpai orang yang berbicara tentang Politik dan Islam. Kecuali kita akan melihat banyak orang yang memisahkan antar keduanya, dan meletakan keduanya diantar sisi yang berbeda. Namun menjadi bahan pertanyaan bagi kita semua Jika Islam bukan politik,bukan sosial,bukan ekonomi buka juga budaya lalu apa? Apa ia hanya sekedar bilangan rakaat shalat? Ataukah ia hanya sebuah ngkapan Rabiah Al-Adwiyah " Istigfhar yang membutuhkan Istigfhar apakah hanya untuk inikah Alquran dan As Sunnah diturunkan sebagai sistem yang pasti dan sempurna?

Ada banyak faktor yang mempengaruhi umat Islam yang sampai saat ini menyempitkan pemikirannya menjauhkan antara politik dan Islam. Semua ini terjadi lantaran sikap acuh kita terhadap sesuatu yang kita anggap bahwa Islam hanya sekedar ritual Ibadah, sholat lima  waktu,puasa,zakat, dan lainnya. Dan makna cacat tentang pemikiran Islam dan batasan-batasan sempit inilah yang terus diperjuangkan musuh-musuh Islam terhadap umat Islam.  Dan sekali lagi Hasan Al Banna menjelaskan bahwa  sesungguhnya Islam adalah Akidah dan Ibadah, ia Tanah air dan kebangsaan, ia toleransi dan kekuatan, ia akhlak dan materi,ia kebudayaan dan undang-undang setiap muslim berdasarkan keislamannya, dituntut untuk memberi perhatian persoalan masyarakat dan barang siap yang tidak peduli terhadap kaum muslimin maka dia bukan golongan mereka.

Masihkah anda peduli terhadap kaum Muslimin ?
Umat Islam di Indonesia mempunyai tanggung jawab moral untuk memilih pemimpin. Sebab itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) minta agar kaum muslimin dapat berpartisipasi aktif guna mensukseskan  pemilihan umum legislative dan pemilihan Presiden pada 2014. Ketua Harian Majelis Ulama Indonesia Pusat KH Ma’ruf Amin menegaskan hal itu dalam khotbah Arafah tahun 1434 H/2013 M,  di Arafah, Arab Saudi, 9 Zulhijah. Menurut KH, Ma'Aruf menegaskan bahwa  kepemimpinan (al-imamah) merupakan pengganti kenabian dalam menjaga agama dan mengatur dunia. Itu sebabnya, memilih orang yang menduduki kepemimpinan tersebut hukumnya adalah wajib menurut ijmak (kesepakatan) ulama.
Di era kebebasan demokrasi ini apa saja bisa terjadi, mayoritas bukan menjadi indikator tolak ukur untuk menuntukan siapa pemimpinnya. Sumatera Utara yang terkenal dengan       suku Bataknya dimpimpin oleh orang Jawa. Di Jakarta, yang terkenal dengan suku betawi dan Islamnya dipimpin oleh orang Jawa dan Tingkok yang beragama kristen. Tentu menjadi hal yang sangat sensitif ketika berbicara politik dan Agama serta kita perlu berhati-hati menjaga toleransi serta perdamaian di bumi nusantara. Lalu bagaimana nasib umat Islam ketika jabatan-jabatan kepemimpinan di ambil alih oleh musuh Islam? Bukankah  musuh Islam sangat gencar membodohi kaum muslimin dengan mengkampanyekan pemikiran-pemikiran sempitnya terhadap politik dan islam.


Jatuhnya Tanjung Jaya ditangan Fatahillah
Belajar dari cerita antar kerajaan Tanjung Jaya dan pasukan Fatahilah saat merebut Jayakarta, walaupun cerita ini masih terjadi pro dan kontra namun cukup menjadi pelajaran bagi kita semua. Sebelum adanya kerajaan Fatahilah di Jakarta Selatan yang kita kenal dengan Tanjung Barat sudah berdiri sebuah kerajaan Islam yang bernama Tanjung Jaya walaupun konon itu hanya sebuah vasal atau kabupaten kepanjangan kerajaan dari kerajaan Padjajaran.  Ada yang berpendapat bahwa bohong fatahilah datang ke sunda kelapa dengan misi agama, hal itu dibenarkan dengan Sejak menguasai Sunda Kalapa yang kemudian diganti namanya menjadi Jayakarta, Fatahillah dan penerusnya tidak membangun tempat ibadah, baik langgar, mushalla atau mesjid yang paling kecil sekalipun. Keinginan menguasai Bandar Kalapa (ekonomi) menjadi fakta yang sulit ditolak.

Dan yang paling menyedihkan ada pembunuhan yang dilakukan pasukan Fatahilah terhadap Wak Item putra asli Betawi beliau juga beragama Islam, Xabandar Sunda Kelapa bersama 20 pasukannya. Akhirnya pada tahun 1527, kerajaan ini mendapatkan serangan dari pasukan Fatahillah (Demak) dan Cirebon. Maksud serangan ini adalah ingin menaklukan wilayah ini. Seluruh pembesar kerajaan Tanjung Jaya dan pasukannya dibantu sebagian pasukan Pajajaran yang disiagakan disana tidak mampu menahan gempuran yang datang, akhirnya melarikan diri ke ibukota Pajajaran di Pakuan. Kemudian seluruh wilayah Tanjung Jaya termasuk pelabuhan Kalapa jatuh ke dalam kekuasaan Demak. Sedangkan Fatahillah sebagai panglima pasukan Demak, ditunjuk sebagai Bupati Kalapa.

Setelah wilayah Jayakarta diserahkan pada Kesultanan Banten, maka penguasa wilayah ini juga ditunjuk oleh Banten. Tapi penguasa-penguasa yang memimpin di Jayakarta sering terlibat perselisihan dengan pusat (Kesultanan Banten) dan kurang disenangi oleh rakyat setempat, sehingga ketika VOC datang menyerang keraton Jayakarta pada tahun 1916, maka keraton ini dapat dengan mudah direbut dan dikuasai VOC.

Ceritanya cukup menarik ada banyak konflik yang setidaknya memberikan pelajaran pada hari ini, dua Kerajaan Islam berebut kekuasaan, pasukan Fatahillah dari demak dan cirebon yang katanya membawa misi keagamaan rupanya datang dan menyerang Xabandar di Pelabuhan Sunda Kalapa. Padahal Islam dibawah naungan kerjaan Tanjung Jaya pada saat itu cukup maju, buktinya adanya Xabandar yang dikomandai Wak Item mampu mencatat administrasi dan mengatur masuk/keluarnya kapal di pelabuhan. Begitu juga kerajaan Tanjung Jaya yang seakan khawatir atas kedatangan Kerajaan Demak dan Cirebon dibawah komando Fatahilah, padahal saat mereka paham bahwa ada jalan lain yang bisa ditempuh selain Perang antar sesama yaitu Musyawarah. Yang lebih menyedihkan akibat konflik antar sesama kerajaan muslim ini, justru pihak lain yang mendapatkan manfaatnya serta memperpanjang sejarah ditindasnya kaum muslimin di Indonesia selama 300 tahun bersama belanda.


Kritik Partai Islam setelah Menang

Saat ini bukan lagi  mahasiswa berdebat mengkritisi partai-partai Islam, bagi anda yang mengaku mahasiswa muslim sudah seharusnya memberikan pencerdasan kepada masyarakat untuk memilih Partai berbasis Islam serta calon pemimpin dari Islam. Namun bukan berarti kita mahasiswa digadaikan idealismenya terhadap partai tersebut, karena mutlak independensi kita terbatas pada organisasi karena tentu ada yang lebih diperjuangkan dari sekedar membela partai Islam, yaitu memenangkan Islam pada pemilu 2014. Tentunya kita sudah muak dengan janji-janji para penipu dan saatnya rebut kembali Negara ini ditangan pemimpin-pemimpin yang memperjuangkan Syariat Allah SWT.

Dalam hal ini pasti akan banyak perdebatan kembali, bahwa pemimpin-pemimpin dari basis partai Islam juga memiliki kekurangan dan kesalahan. Tetapi jelas berbeda kerusakannya, jika sekumpulan orang baik berkumpul di suatu kampung, dengan berkumpulnya pula orang-orang jahat disuatu kampung. Apalagi jabatan kursi kepemimpinan, akan sangat berbeda kerusakannya jika calon wakil rakyat  ini paham betul nilai-nilai syariat Islam diberikan kesempatan memimpin Indonesia.

QS. 3. Aali 'Imraan : 28.
"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (PEMIMPIN / PELINDUNG) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara  diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu). "

Comments System

Disqus Shortname