Friday, November 15, 2013

Tidak Perlu Universitas Punya Semua Fakultas

Abdullah Hehamahua, SH, MM terlahir di Saparua, Ambon di sebuah desa dengan mayoritas Muslim. Kakeknya yang seorang priyayi membuat Bang Dul sapaan akrabnya harus masuk Sekolah Dasar berbeda dengan saudara-saudaranya yang belajar di Madrasah. Karena SD saat itu ada di perbatasan kampung yang mayoritas masyarakatnya beragama Kristen. Maka dari SD hingga SMA Abdullah menikmati pelajaran Agama Kristen. Ia dibesarkan dalam dua pola kontradiktif karekater ayahnya yang keras dan ibunya yang seorang priyayi sehingga kerap dimanja. Ia bercerita bahwa orang tuanya sangat konsen terhadap pendidikan, hal itu dibenarkan lewat kejadian yang pernah ia alami. Saat itu disamping bersekolah Abu panggilan kecilnya juga berdagang cengkeh. Namun di tengah jalan orang tuanya justru menjual timbangan salah satu peralatan dagangnya. Dengan alasan khawatir terlena mencari uang ketimbang belajar.

Pernah masuk penjara tanpa sebab yang jelas pada zaman orde lama membuat idealismenya makin kuat. Ia juga menyatakan bahwa kedisiplinan yang saat ini terbangun disebabkan karena faktor orang tua yang ketika itu mendidiknya. Berbicara soal pendidikan, saat ini karena orientasinya adalah kapitalisme maka orang berhitung dengan modal sekecil-kecilnya dan untung sebesar-besarnya, sehingga berbagai cara dilakukan untuk mencari keuntungan. Maka guru dan dosen bukan mendidik tetapi mengajar. Menurut penasehat KPK ini mendidik adalah mentransformasikan dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan belajarnya sedangkan mengajar hanya sekedar mengajar. Bahkan ketika ia mengajar dan muridnya mendapatkan nilai lima maka murid tersebut harus menghadapnya untuk belajar lebih giat sampai mendapat nilai yang lebih. “Murid kalau bodoh maka ada dua kemungkinan, muridnya yang bodoh atau pengajarnya yang bodoh”. ujar beliau saat diwawancarai

Selain itu Bang Dul juga menyatakan bahwa salah satu kelemahan pendidikan kita adalah jenis pendidikannya. Bahkan ia menyampaikan sangat tidak setuju semua universitas punya semua fakultas. Cukup beberapa universitas saja yang harusnya punya semua fakultas selebihnya dibangun berdasarkan potensi alam. Contoh di Papua tidak perlu ada fakultas kedokteran, teknik dan hukum atau sebagainya. Namun yang diperlukan ialah fakultas kelautan, perhutanan, pertambangan,dan pertanian. Lantas jika ada yang ingin menjadi dokter atau sarjana hukum harus kuliah di universitas berdasarkan sejarah dan prestasi yang memiliki semua fakultas. Sedangkan 90% harusnya fakultas unggulan sehingga konsep pendidikan, misalnya di Papua di daerah pesisir tingkat kecamatan ada sekolah menengah kelautan di tingkat kabupaten ada diploma kelautan. Dan di provinsi ada fakultas unggulan kedokteran, maka pendidikan ini sinergi dengan pertumbuhan ekonomi sehingga di tingkat kecamatan pembangunan dikembangkan berdasarkan industri dasar kelautan.

Tidak ketinggalan pendiri KPK yang juga da’i ini memberikan sebuah masukan kepada pengajar di BSI, “Jika guru atau dosen menyadari posisi mereka ketiga setelah Allah dan Ibu, baik sekolah, universitas, perguruan tinggi atau lainnya memahami konsep ini maka InsyaAllah bangsa Indonesia dalam satu generasi mampu melahirkan masyarakat madani, karena guru atau dosen adalah pekerjaan yang mulia” pesan beliau untuk BSI.

Comments System

Disqus Shortname