Saturday, December 8, 2012

Pagelaran 'Rindu Rendra'


Inspirasi – Pagelaran ‘Rindu Rendra’  diselenggaran Komunitas Burung Merak Renda pada Jum’at, 7 Desember 2012 di Gedung Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM) untuk para pecinta karya-karya Rendra pada khususnya, dan para pecinta karya-karya sastra pada umumnya.

Kerinduan yang mendalam sejak 6 Agustus 2009 akan sosok seorang Renda yang rasa-rasanya belum ada seorang pun yang mampu menggantikan peran dan ketokohannya. ‘Rindu Rendra’ menjadi salah satu ekspresi kerinduan yang dalam, sekaligus dimaksudkan menjadi titik awal bagi Pertunjukan yang didukung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud RI), Fadli Zon Libraray, Jamsostek, dan Daya Cipta Rendra ini berlangsung lancer sejak pukul 19.30 sd 22.30 WIB.

Acara pembacaan puisi-puisi Rendra, Monolog, Musikalisasi Puisi, dan Dramatisasi Puisi para seniman pecinta karya-karya Rendra diantaranya : Ratna Sarumpaet, Haris Kertorraharjo, Clara Sinta, Slamet Widodo dan lain-lainnya berlangsung dengan khidmat dan begitu memukau di atas pentas.

Bersama karya-karyanya Rendra, secara kritis, tajam, namun tetap religious dan indah. Rendra menyampaikan pandangannya tentang banyak hal: ketidakadilan dalam penegak hokum, kepincangan kesejahteraan, otoritas kekuasaan yang kelewatan, kapitalisme, tersesatnya arah pendidikan, kesenian dan kebudayaan, serta ambiguitas sikap kaum beragama dalam kehidupan keagamaannya.

Rendra menghabiskan sepanjang hidupnya untuk menulis sajak dan naskah drama, lalu membaca dan me-lakon-kan sendiri naskah dramanya itu. Karya-karya Rendra diakui sebagai karya-karya besar karena dianggap mewakili kegelisahan kebanyakan masyarakat yang hidup dalam bayang-bayang distorsi terror penguasa. Keberanian Rendra untuk mengatakan apa yang seharusnya dikatakan membuat masyarakat merasakan menemukan ‘Seorang Pembela’.

“Saya adalah pengagum Rendra sejak 37 tahun yang lalu, saya selalu menghadiri saat Rendra melakukan pertunjukannya, Rendra membuat suatu karya pertunjukan menjadi hidup dan berawarna, hingga saat ini belum ada yang menggantikan Rendra di hati para pecintanya,” tutur Yordan (49) Pecinta karya Rendra.

“Keluarga yang begitu bangga menyambutnya atas jalan hidup yang telah beliau piilih, juga pikiran serta tindakan yang beliau amalkan selama hidupnya. Allah SWT rupanya telah mengaruniakan peran yang tidak kecil untuk beliau jalankan di ranah kebudayaan, terutama di bidang seni sastra, teater, kemasyarakatan, dan lingkungan,”tutur Lasassati, salah satu anak W.S Rendra yang juga turut membacakan karya puisi Rendra.

Rendra senantiasa menyeruak dalam dada mereka yang pernah bekerjasama dengannya, mereka yang mengikuti proses kreatifnya, para wartawan yang selalu mengikuti sepak terjang WS Rendra, teman dan sahabat dekatnya, orang-orang yang mencintai Rendra dan karya-karya nya, bahkan mungkin sampai para bikrokrat yang pernah merasakan kritik pedasnya. Ketelanjangan dan kejujuran Rendra justru memperkaya keindahan karya-karyanya, kesempurnaan warna yang sensual untuk menginspirasi dan tetap nyatakan kebenaran demi memanusiakan manusia melalui kata-kata. (DZ)

Comments System

Disqus Shortname