Inspirasi – Pagelaran ‘Rindu Rendra’ diselenggaran Komunitas Burung Merak Renda
pada Jum’at, 7 Desember 2012 di Gedung Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki
(TIM) untuk para pecinta karya-karya Rendra pada khususnya, dan para pecinta karya-karya
sastra pada umumnya.
Kerinduan yang mendalam sejak 6
Agustus 2009 akan sosok seorang Renda yang rasa-rasanya belum ada seorang pun
yang mampu menggantikan peran dan ketokohannya. ‘Rindu Rendra’ menjadi salah
satu ekspresi kerinduan yang dalam, sekaligus dimaksudkan menjadi titik awal
bagi Pertunjukan yang didukung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud RI), Fadli Zon Libraray, Jamsostek, dan Daya Cipta Rendra ini
berlangsung lancer sejak pukul 19.30 sd 22.30 WIB.
Acara pembacaan puisi-puisi
Rendra, Monolog, Musikalisasi Puisi, dan Dramatisasi Puisi para seniman pecinta
karya-karya Rendra diantaranya : Ratna Sarumpaet, Haris Kertorraharjo, Clara
Sinta, Slamet Widodo dan lain-lainnya berlangsung dengan khidmat dan begitu
memukau di atas pentas.
Bersama karya-karyanya Rendra,
secara kritis, tajam, namun tetap religious dan indah. Rendra menyampaikan
pandangannya tentang banyak hal: ketidakadilan dalam penegak hokum, kepincangan
kesejahteraan, otoritas kekuasaan yang kelewatan, kapitalisme, tersesatnya arah
pendidikan, kesenian dan kebudayaan, serta ambiguitas sikap kaum beragama dalam
kehidupan keagamaannya.
Rendra menghabiskan sepanjang
hidupnya untuk menulis sajak dan naskah drama, lalu membaca dan me-lakon-kan
sendiri naskah dramanya itu. Karya-karya Rendra diakui sebagai karya-karya
besar karena dianggap mewakili kegelisahan kebanyakan masyarakat yang hidup
dalam bayang-bayang distorsi terror penguasa. Keberanian Rendra untuk
mengatakan apa yang seharusnya dikatakan membuat masyarakat merasakan menemukan
‘Seorang Pembela’.
“Saya adalah pengagum Rendra
sejak 37 tahun yang lalu, saya selalu menghadiri saat Rendra melakukan
pertunjukannya, Rendra membuat suatu karya pertunjukan menjadi hidup dan
berawarna, hingga saat ini belum ada yang menggantikan Rendra di hati para
pecintanya,” tutur Yordan (49) Pecinta karya Rendra.
“Keluarga yang begitu bangga
menyambutnya atas jalan hidup yang telah beliau piilih, juga pikiran serta
tindakan yang beliau amalkan selama hidupnya. Allah SWT rupanya telah
mengaruniakan peran yang tidak kecil untuk beliau jalankan di ranah kebudayaan,
terutama di bidang seni sastra, teater, kemasyarakatan, dan lingkungan,”tutur
Lasassati, salah satu anak W.S Rendra yang juga turut membacakan karya puisi
Rendra.
Rendra
senantiasa menyeruak dalam dada mereka yang pernah bekerjasama dengannya,
mereka yang mengikuti proses kreatifnya, para wartawan yang selalu mengikuti
sepak terjang WS Rendra, teman dan sahabat dekatnya, orang-orang yang mencintai
Rendra dan karya-karya nya, bahkan mungkin sampai para bikrokrat yang pernah
merasakan kritik pedasnya. Ketelanjangan dan kejujuran Rendra justru memperkaya
keindahan karya-karyanya, kesempurnaan warna yang sensual untuk menginspirasi
dan tetap nyatakan kebenaran demi memanusiakan manusia melalui kata-kata. (DZ)