Monday, December 3, 2012

Eagle Forum : "Membaca Negara Kepulauan"


Inspirasi – Rabu,7 November 2012 bertempat di INSTITUT PRANCIS DIINDONESIA (IFI) Jalan Salemba Raya 25. Eagle forum  mengadakan sebuah agenda diskusi yang berjudul ‘Membaca Negara Kepulauan’ dengan mengusung tema ‘Indonesia untuk pesisir pantai dan pulau terluarnya’.

Prof.Dr.Ir.Rokhimin Dahuri (mantan menteri kelautan dan perikanan) selaku pembicara menjelaskan bahwa sebagai Negara kepulauan dan Negara maritim terbesar di dunia sudah sepatutnya Indonesia mewujudkan lautan sebagai kekuatan pemersatu bangsa, sumber ekonomi untuk membangun bangsa dan mendorong kejayaan bagi kesejahteraan. Tidak meratanya pembangunan dan cenderung kurang mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia sebagai wilayah strategis yang kelestariannya patut dijaga sebagai sumber kekayaan Negara baik masyarakat maupun alam membuat banyak rakyat jatuh miskin.

Kesehatanpun berbatas 24%, secara potensial bangsa Indonesia sangat luar biasa namun potensial tersebut belum bisa mewujudkan masyarakat yang makmur. Biaya logistik dari hasil laut Indonesia memiliki harga termahal di dunia dan kita punya 75% dari kekayaan laut tersebut, tapi kenapa pertumbuhan ekonomi bangsa kita berada di bawah standar dan pengangguran masih banyak juga. Begitulah yang menjadi pertanyaan di hatinya, seakan merasa perhatian terhadap masyarakat Indonesia.

Lalu salah seorang lelaki muda yang berprofesi sebagai seorang photographer dari METRO TV  pun mengacungkan pertanyaan terhadap pak Rokhimin untuk dijelaskan, “Bagaimanakah sikap pemerintah terhadap kondisi masyarakat Indonesia yang seperti ini?”tanyanya. Pak Rokhimin sendiripun  menanggapi pertanyaan tersebut secara positif bahwa hal tersebut terjadi  karena kurangnya perhatian dari pemerintah  dan adanya pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan keadaan tersebut untuk mendapatkan keuntungan.

Untuk bisa membangun Nusantara dan bangsa yang baik perlu kecerdasan dan keikhlasan. Sudah sepatutnya pemerintah turun tangan secara langsung, begitulah tambahnya.

Kegiatan diskusi berjalan dengan seru, setelah pak Rokhimin selesai menanggapi beberapa pertanyaan kemudian dilanjutkan oleh pembicara Rhino Arifieansyah (antropolog, pembuat film) yang menjelaskan tentang film dokumenter.

Menurutnya film dokumenter merupakan sebuah tafsir terhadap sebuah realita yang sudah dibekukan menjadi sebuah materi dalam bentuk baru. “Film dokumenter tidak bisa berdiri sendiri, selain sejalan dan berkolerasi dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Perkembangan politik serta dinamika lain yang ada di dalam realitas sebagai media ekspresi penguatan sosial kebangsaan. Dengan adanya film dokumenter seperti ini mudah-mudahan bisa menarik dan memberi daya tarik terhadap masyarakat umum” begitulah tegasnya.

Dengan penjelasan tersebut menarik perhatian Prabu selaku moderator dalam acara tersebut untuk bertanya. “Bagaimana caranya sehingga film dokumenter ini bisa terkenal dan bisa menarik perhatian masyarakat umum?”

Dengan tersenyum pak Rhino Arifieansyah menanggapi pertanyaan tersebut “Bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan tidak segampang yang dipikirkan, semuanya butuh proses untuk mendapatkan hasil yang baik. Perlu kesabaran untuk mengerjakannya. Suka dukanya sudah pasti ada namun dikerjaannya setahap demi setahap untuk mendapat hasil yang sempurna” tambahnya. Menutup sebuah akhir diskusi dan perbincangan mengenai film dokumenter dan kelautan adalah hal yang membuat kita untuk bersegera menciptakan sebuah karya sebagai bahan kritik dan penggugah semangat kepada pemerintah dan siapapun yang peka hatinya untuk berbuat lebih demi meningkatkan kesejahteraan hidup masyrakat khusunya di daerah perairan. (AY & TJ)

Comments System

Disqus Shortname