
Prof.Dr.Ir.Rokhimin Dahuri (mantan
menteri kelautan dan perikanan) selaku pembicara menjelaskan bahwa sebagai
Negara kepulauan dan Negara maritim terbesar di dunia sudah sepatutnya
Indonesia mewujudkan lautan sebagai kekuatan pemersatu bangsa, sumber ekonomi
untuk membangun bangsa dan mendorong kejayaan bagi kesejahteraan. Tidak
meratanya pembangunan dan cenderung kurang mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia
sebagai wilayah strategis yang kelestariannya patut dijaga sebagai sumber
kekayaan Negara baik masyarakat maupun alam membuat banyak rakyat jatuh miskin.
Kesehatanpun berbatas 24%, secara potensial bangsa Indonesia sangat luar biasa namun
potensial tersebut belum bisa mewujudkan masyarakat yang makmur. Biaya logistik
dari hasil laut Indonesia memiliki harga termahal di dunia dan kita punya 75%
dari kekayaan laut tersebut, tapi kenapa pertumbuhan ekonomi bangsa kita berada
di bawah standar dan pengangguran masih banyak juga. Begitulah yang menjadi
pertanyaan di hatinya, seakan merasa perhatian terhadap masyarakat Indonesia.
Lalu salah seorang lelaki muda
yang berprofesi sebagai seorang photographer dari METRO TV pun mengacungkan pertanyaan terhadap pak
Rokhimin untuk dijelaskan, “Bagaimanakah sikap pemerintah terhadap kondisi
masyarakat Indonesia yang seperti ini?”tanyanya.
Pak Rokhimin sendiripun menanggapi
pertanyaan tersebut secara positif bahwa hal tersebut terjadi karena kurangnya perhatian dari pemerintah dan adanya pihak-pihak tertentu yang
memanfaatkan keadaan tersebut untuk mendapatkan keuntungan.
Untuk bisa membangun Nusantara
dan bangsa yang baik perlu kecerdasan dan keikhlasan. Sudah sepatutnya
pemerintah turun tangan secara langsung, begitulah tambahnya.
Kegiatan diskusi berjalan dengan
seru, setelah pak Rokhimin selesai menanggapi beberapa pertanyaan kemudian
dilanjutkan oleh pembicara Rhino Arifieansyah (antropolog, pembuat film) yang
menjelaskan tentang film dokumenter.
Menurutnya film dokumenter
merupakan sebuah tafsir terhadap sebuah realita yang sudah dibekukan menjadi
sebuah materi dalam bentuk baru. “Film dokumenter tidak bisa berdiri sendiri,
selain sejalan dan berkolerasi dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi. Perkembangan politik serta dinamika lain yang ada di dalam realitas
sebagai media ekspresi penguatan sosial kebangsaan. Dengan adanya film
dokumenter seperti ini mudah-mudahan bisa menarik dan memberi daya tarik
terhadap masyarakat umum” begitulah tegasnya.
Dengan penjelasan tersebut
menarik perhatian Prabu selaku moderator dalam acara tersebut untuk bertanya.
“Bagaimana caranya sehingga film dokumenter ini bisa terkenal dan bisa menarik
perhatian masyarakat umum?”