-Kepedulian rakyat Indonesia merupakan bentuk persaudaraan sesama
muslim, sekaligus dukungan terhadap harkat dan martabat rakyat Palestina
sebagai sebuah bangsa.-
Inspirasi-Sebagai seorang dokter yang
mengepalai keberangkatan tim solid Bulan Sabit Merah Indonesia beserta
rombongan dari Departemen Kesehatan Indonesia, dr.H.Basuki Supartono, SpOT,FICS,MARS
merupakan relawan BSMI yang berkesempatan diberangkatkan ke daerah konflik
membawa misi kemanusiaannya dan berhasil menembus Gaza.
Kekhawatiran juga menderai betapa
sulitnya perjuangan relawan BSMI menembus jalur Gaza. Karena Gaza adalah bagian
terisolir, lebih tepatnya diisolir oleh Israel dari dunia luar sehingga hanya satu-satunya
pintu masuk yakni Rafah yang berbatasan langsung dengan Mesir, itu juga harus
dengan seleksi ketat. Sehingga tidak sedikit akhirnya para relawan yang harus
kembali berbalik arah, namun tidak untuk Tim solid dari pria kelahiran Jakarta,
22 Oktober 1961 ini bersama Bulan Sabit Merah Indonesia atas izin Allah SWT
dapat sukses menembus Gaza Palestina dan dapat menjalankan amanah untuk misi
kemanusiaan bersama kepedulian rakyat Indonesia yang merupakan bentuk
persaudaraan sesama Muslim, terhitung sejak 1 Januari hingga 6 Februari 2009.
Ayah lima orang anak yang menamatkan pendidikan SD sampai dengan
SMA Negeri VIII Jakarta, serta melanjutkan pendidikan
disejumlah universitas terkemuka, keberangkatannya ke negeri Palestina sebagai
upaya saling mengulurkannya cinta kasih sesama muslim dan tali persaudaraan
keimanan yang kuat dengan membawa pundi-pundi rupiah amanat rakyat
Indonesia, dari penggalangan dana
kemanusiaan oleh anak-anak sekolah yang terkumpul dan ditujukan untuk
perbelanjaan obat-obatan serta peralatan medis bagi para korban perang.
Masyarakat Indonesia kerap melakukan aksi-aksi solidaritas turun ke jalan dan
dukungan media massa untuk terus memberikan dukungan dan semangat untuk para
korban di Palestina.
Berbagai uraian cerita dan
pengalamannya selama perjalanan panjang melewati pintu-pintu penjagaan ketat
tentara untuk menembus Gaza Palestina, berbagai peristiwa
menegangkan saat berurusan dengan birokrasi dan diplomasi Mesir, serta segala
detail peristiwa kekejaman dan
kebiadaban agresi-agresi Israel akan sebuah ketercabik-cabikannya jiwa, raga,
harga diri bangsa Palestina (tidak terkecuali orang sipil, anak-anak kecil dan
orang tua lanjut usia) yang dilakukan oleh taring-taring dan cakar-cakar
kekerasan para yahudi di tanah negeri Syuhada tersebut, kini setitik cerita itu
berhasil beliau tuangkan didalam catatan perjalanan Relawan Medis Bulan Sabit
Merah Indonesia, Selamatkan Palestina. Sebagai sebuah penyemangat yang akan
menambah jiwa solidaritas kita sesama muslim terhadap saudara-saudara di
Palestina dan di Negara manapun yang menjadi sasaran kaum aggressor kaum zionis
terlaknat.
Pendiri BSMI yang banyak
berkiprah di dunia medis ini, menuturkan bahwa sepertiga dari jumlah korban
tewas di Gaza adalah anak-anak. Banyaknya jatuh korban anak-anak bayi dan
balita ini patut dicurigai sebagai upaya sistematis untuk menghapus generasi muda
di Jalur Gaza. Anak-anak muda Gaza yang ada sekarang ini dianggap sebagai
ancaman bagi masa depan Israel. Disana beliau dapat menyaksikan sendiri
bagaimana dalam hitungan menit ratusan orang mempertaruhkan nyawa di meja
operasi, banyak korban yang pada akhirnya harus meregang nyawa, tak terselamatkan
setibanya di rumah sakit. Luka terdalam adalah trauma psikologis yang
melahirkan rasa keputusasaan dan duka mendalam, karena tak sedikit anak-anak
Gaza yang mulai menderita trauma psikologis serius seperti schizophrenia,
menjerit histeris penuh ketakutan dan insomnia karena selalu dibayangi-bayangi
mimpi buruk dalam setiap tidurnya. Inilah kali pertama beliau dapati beragam
rasa menyatu sekaligus saat mengobati pasien: haru, sedih, marah, bahkan terkadang
menangis. Beliau katakan bahwa “Baru saat saya bertemu dengan korban perang di
Palestina saya merasakan bahwa diri ini belum memiliki ilmu yang sempurna
sebagai seorang dokter”.
Seperti yang disadari bahwa
perjuangan Bulan Sabit Merah Indonesia tak bisa berhenti sampai disini, meski
kaki tengah berpijak di tanah air tercinta. Meski perang memang telah usai,
namun saudara seiman di Palestina masih membutuhkan kepedulian, uluran tangan,
dan kebersamaan dengan umat muslim yang lain, di seluruh penjuru dunia. Selama
zionis Israel masih mencengkram tanah Palestina, umat muslim yang ada disana
tidak akan pernah hidup dengan tenang. Perjuangan untuk Palestina akan terus
berkobar, sampai Yahudi Israel angkat kaki dari negeri para syuhada.
Menutup semua cerita dan pengalamannya,
beliau menuturkan bagi warga Gaza kedatangan para relawan Indonesia seperti
yang terdengar dari ucapan mereka : “Kami kehilangan 1400 orang warga kami, namun
Allah menggantikannya dengan kedatangan kalian, wahai saudara-saudaraku.
Terimakasih atas dukungan kalian. Kami tahu bahwa kami tidak sendiri di dunia
ini.” Saat sambutan kedatangan Tim BSMI lalu. Selain itu, berkat pengabdiannya
di bidang sosial dan kesehatan, suami dari dr.Prita Kusumaningsih, SpOG ini
memperoleh beberapa penghargaan, diantaranya Penghargaan dalam Bakti
Kemanusiaan Bidang Kesehatan di Provinsi Maluku dan Maluku Utara, Maret 2001;
dan Penghargaan Satyalancana Kebaktian Sosial dalam penanggulangan Bencana Alam
Tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam/ Provinsi Sumatera Utara, Desember
2005. (DZ)
*Dilansir dari buku Selamatkan
Palestina karya dr.H.Basuki Supartono, SpOT,FICS,MARS dan dr.Prita Kusumaningsih, SpOG