Thursday, January 19, 2012

Trend Kejahatan Kelas Kucing


Perampokan Minimarket Marak karena Polisi Terlambat Antisipasi
JAKARTA-Maraknya perampokan di sejumlah minimarket di Jakarta dan sekitarnya dinilai bukan pola perampokan terorganisir dan dilakukan kelompok profesional. Aksi perampokan yang meresahkan para pemilik minimarket tersebut hanyalah sebuah trend kejahatan yang dilakukan pelaku amatir atau kelas kucing. Hal ini karena kegagalan polisi menangkap para pelakunya sejak dini.
”Setiap tindak kejahatan itu selalu menjadi trend ketika dapat dilakukan dengan mudah dan polisi sulit menangkap pelakunya. Beberapa tindak kriminal yang sempat menjadi trend di ibukota negara ini kemudian menyebar ke kota-kota lain cukup banyak, mulai dari aksi balapan liar, pembobolan mesin ATM, pembobolan kartu kredit, perampokan pompa bensin, perampokan penumpang wanita di dalam taksi, perkosaan atau perampokan di dalam angkot, pembunuhan mutilasi, gandir atau bunuh diri dengan cara melompat dari gedung. Itu semua trend kejahatan Mas,” papar Ketua Presidium IPW Neta S.Pane kepada INDOPOS, Selasa (17/1).
Selain kejahatan yang disebutkannya, ada pula trend kejahatan yang dilakukan penjahat profesional seperti perampokan terhadap nasabah bank, perampokan toko emas atau perampokan rumah. ”Yang dimaksud profesional ini adalah pelakunya memang hanya berprofesi sebagai penjahat, semacam residivis dan penjahat kambuhan. Tapi trend pembobolan mesin ATM, trend pembobolan kartu kredit, balapan liar, pembunuhan dengan mutilasi, gandir, bunuh diri melompat dari gedung, itu semua bisa dilakukan siapa saja yang punya kecenderungan dapat melakukannya,” jelas Neta.
Ia menyimpulkan, berbagai perampokan terhadap minimarket hanya dilakukan pelaku amatir yang memang menilai sangat mudah dilakukan. ”Pistol pelaku-pelaku itu hanya mainan atau asli kan engak tahu. Tapi bagi penjahat profesional rugilah kalau punya pistol hanya merampok minimarket yang hasilnya engak pernah sampai Rp 10 juta. Bahkan ada yang hasilnya hanya beberapa ratus ribu rupiah,” terangnya.
Diimbau Neta, agar setiap pengelola atau pemilik minimarket segera melaporkan keberadaan usahanya kepada polsek terdekat dan menyiapkan satpam yang punya nomor hotline khusus ke polsek-polsek terdekat. ”Tapi bagi aparat polsek dan polres jangan jadikan situasi ini menjadi ajang kesempatan jugalah,” imbuhnya. IPW menilai, selama polisi selalu saja kendur dalam melakukan tugas patrolinya, maka angka kejahatan akan semakin meningkat yang kemudian mengarah kepada trend kejahatan.
”Kelemahan polisi, setiap polsek atau polres di Jakarta ini tak pernah punya data base berapa jumlah minimarket di wilayahnya masing-masing yang berimbas enggak pernah tahu atau engak pernah dapat memetakan lokasi-lakasi minimarket di wilayahnya. Patroli yang semakin mengendur bahkan cenderung lenyap dari jalanan semakin membuka peluang perampokan terhadap minimarket itu,” jelasnya.
Saat ditanyakan mengapa patroli polisi justru belakangan ini menghilang dari jalanan. Ia menjawab kalau setiap mobil patroli polisi di Jakarta hanya mendapat jatah bensin 5 liter bensin premium setiap hari dalam 24 jam. ”Mobilnya dengan mesin yang 2.500 CC sampai 3.000 CC yang minumnya minimal pertamax, yah engak jalan itu mobil.
Makanya dalam pengamatan IPW patroli polisi hanya rajin keliling di lokasi yang banyak hiburan malam, hotel-hotel dan motel-motel seperti di Kota atau pinggiran Bekasi sana. Bahkan mereka patrolinya sampai masuk ke dalam pelataran parkir hotel dan motel, entah ngapain mereka ke sana,” beber Neta. Dalam pengamatan IPW, menghilangnya patroli di jalan-jalan yang selama ini rawan kejahatan tercatat di kawasan Grogol, Cengkareng, Kalideres, simpang Cocacola Cempaka Putih, Pesing, TB Simatupang-Lebak Bulus.
”Selain patroli mobil, dalam konsep kerja kepolisian juga ada patroli jalan kaki, patroli sepeda dan patroli sepeda motor. Semua patroli itu menghilang pula dari jalan, ini juga yang harus dipertanyakan,” pungkasnya. Seperti diketahui, perampokan terhadap minimarket untuk ke sekian kalinya muncul lagi dengan aksi lebih berani, yakni di kawasan yang cukup dekat dengan Komplek Marinir Cilandak, yakni di toko 24 jam Alfa Express di Jalan Raya Cilandak KKO No. 13 RT 12/05 Kelurahan Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Senin pagi (17/1) pukul 06.00.
Dua karyawan toko, Wawan Hermawan, 21, dan Maman, 20, mengatakan pelakunya sendirian yang datang lalu langsung menodongkan senpi sambil meminta kunci laci uang. Uang hasil penjualan sebesar Rp 30 juta yang ada di dalam laci kasir amblas dijarah pelaku.

Sepasang Perampok
Sebelumnya, polisi membekuk sepasang kekasih yang diduga dalang dari sejumlah perampokan minimarket di Jakarta. Informasi yang dihimpun INDOPOS, penangkapan pelaku perampokan minimarket tersebut berawal saat petugas menangkap PAT alias P yang disinyalir terlibat dalam aksi perampokan Mini Market di Kampong Ambon, Jakarta Barat. ”Saat penangkapan PAT, kita menyita satu pucuk soft gun sejenis FN warna hitam silver yang digunakan dalam aksinya,” ujar Kapolsek Jakarta Pusat Kombespol Abgesta Romano Yoyol (17/1).
Saat ditangkap, pria kalem warga Jalan Berlian, Kampung Ambon, Jakarta Barat tersebut mengaku beraksi bersama kekasihnya, MA alia L yang dipacarinya selama 9 bulan. Saat itu juga, petugas menangkap MA alis L. Perempuan berambut panjang dan terlihat modis tersebut ditangkap di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat . “Awalnya L menampik kenal dengan PAT.
Namun, dari bukti SMS dan nomor telephone yang di miliki PAT akhirnya dia tidak berkutik,” katanya. Dari penangkapan sepasang kekasih tersebut, petugas menemukan nama baru yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Yakni TA alias T, Warga Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Ta ditangkap rumahnya satu jam setelah penangkapan MA alia L. “Saat penangkapan.
TA tidak bisa berkutik, sebab kedua temanya sudah kita amankan,” katanya. Dalam melakukan aksinya, ketiga kawanan tersebut mengaku juga dibantu RAP alis R, yang sehari-hari bekerja sebagai koordinator salah satu event orgainizer.
“Setelah kita coba pancing untuk bertemu dengan kawan-kawannya, RAP kita tangkap di pintu masuk Plaza Indonesia Jakarta Pusat di hari yang sama,”jelasnya.Sayangnya, sampai saat ini, kekasih dari RAP, IA masih diburu petugas, ia menghilangkan jejak setelah teman-temanya ditangkap aparat gabungan Polda Metro Jaya dan Polres Metro Jakarta Pusat. “Sampai saat ini masih ada satu wanita lagi yang jadi DPO kita,” tuturnya.
Dikatakan Yoyol, para pelaku dalam beraksi memilih minimarket sepi dan tidak memiliki Circuit Closed Television (CCTV). “Kedua perempuan tersebut digunakan sebagai alibi untuk mengalihkan perhatian dan memeriksa kondisi keamananan mini market,” katanya. Setelah dianggap aman, kedua perempuan tersebut keluar dan memberikan kode kepada teman-temanya. Sejauh ini, lanjut Yoyol, ada sembilan mini market yang pernah dirampok kelompok ini. (ind/ash/ibl)

Comments System

Disqus Shortname