Friday, October 24, 2014

Ikhwan PHP-in Akhwat?

Oleh: Hanifah Qomariah

AGAKNYA judul tersebut menggelikan, bagaimana mungkin Ikhwan memberikan harapan palsu? Padahal lazimnya, Ikhwan itu adalah seorang aktivis da’wah yang aqidahnya lurus, ibadahnya benar, hatinya bersih, seluruh sendi kehidupannya selalu diniatkan semata untuk beribadah kepada-Nya. Menggapai kasih sayang sang pemilik kehidupan.

Tapi begitulah kehidupan dengan lika-likunya, begitulah da’wah dengan berbagai ranjaunya. Jika tidak berhati-hati dalam berucap, bersikap, berniat, bersiaplah masuk ke dalam langkah syetan yang beribu macam caranya. Termasuk memberikan harapan kosong, angan-angan.

Cerita cinta antara aktivis da’wah memang selalu mengundang tanya, ada apa dengan mereka? Kenapa bisa seperti itu? Mereka juga manusia biasa, betul memang. Tapi tak lantas menjadi sebuah pembelaan atas segala hal yang Alloh tak sukai.

Tersebutlah dua aktivis muda yang masih junior, ya ikhwan dan akhwat. Dua-duanya suka sastra, suka nonton film. Singkatnya hobi keduanya hampir sama dalam beberapa bidang. Ikhwan ini memang dekat dengan kami para akhwat, tapi ya begitu karena ada sesuatu yang kurang dengan anggota keluarganya. Dan kami yang senior memahami itu, sudah seperti adik sendiri saja.

Tetiba, setelah beberapa lamanya menjadi aktivis da’wah. Seringkali muncul di dunia maya itu, cerita berbalas komentar di timeline masing-masing. Apapun itu, berbalas puisi, quotes atau meminjam buku-buku terbitan baru. Berseliweran di hadapan mata para senior, cerita tentang ikhwan-akhwat junior itu.

Dan selalu pada akhirnya, akhwat yang akan mengaku jatuh hati. Merasa, dialah ikhwan satu-satunya yang kelak akan mendampingi hidupnya hingga ajal menjemput. Merana, lupa dengan amanah-amanah da’wah, atau juga menjadi segan untuk sekadar setor muka di depan teman aktivis da’wah yang lain. Padahal, belum tentu mereka tahu atau bisa membaca apa yang ada dalam hatinya bukan?

Ah sayang sekali, dan yang lebih parah lagi jika katanya ada keyakinan yang kuat dalam hati membingkai namanya dalam hati. Dan menganggap ikhwan itu pun merasakan hal yang sama atau lebih ekstrem lagi menyebutkan Ikhwan itu telah mengungkapkan perasaan sukanya lewat kiriman kata-kata puitis.

Tapi, apa benar begitu? Setelah para senior merasa gelisah dengan perkara yang sepertinya sepele tapi berdampak besar untuk kemajuan da’wah. Diadakanlah sebuah cek dan ricek alias tabayyun, kepada sang Ikhwan yang telah membuat sang akhwat merana.

Begitu rasanya jadi tetua (senior, red.), harus mau mengorbankan diri bertanya yang sebenarnya risih ditanyakan. Apa jadinya jika pertanyaan, “Antum suka sama akhwat itu?” Terdengar sangat to the point, tapi apalagi yang mau dipertanyakan jika pada intinya memang itu. Lalu antara berucap syukur dan merasa kasihan, ikhwan itu menjawab dengan nada terkejut. “Suka sama akhwat? Gak ukh, sepertinya ada salah paham. Ana ngerasanya komunikasi biasa aja, lagian juga selama ini ana gak pernah melakukan hal-hal yang istimewa semisal ngajak nonton atau pergi bareng ke tempat makan. Memang pernah pergi bersama tapi banyakan, gak berdua.”

Senior pun berkerut kening, berusaha mempercayai ucapan yang baru saja dilontarkan sang ikhwan. Ah, kasihan sekali akhwat yang merasa dirinya istimewa padahal biasa saja, merasa dianggap spesial padahal juga sama saja dengan yang lainnya, merasa dicintai padahal juga tidak.

Betul ucapan Tere Liye, saat kita suka dengan seseorang terkadang kita terlalu banyak membuat kesimpulan-kesimpulan sendiri hingga kita tidak tahu mana simpul nyata dan simpul dusta. Ah, cinta.

Maka akhwat, berhati-hatilah dengan hati. Jangan sampai kejernihannya mengeruh karena arus asmara yang dibuat sendiri, membesar dengan sendirinya lalu menenggelamkan diri hingga pada akhirnya bekas-bekas tenggelamnya akan berdampak pada pikiran dan berujung pada perbuatan. Berusaha untuk selalu bersikap biasa saja dalam menanggapi banyak hal, karena terkadang mata kita bisa dibutakan oleh sesuatu yang bernama hawa nafsu.

Titip juga untuk para ikhwan, agar menjaga lisan dan pandangan. Agar tidak ada yang merasa diistimewakan karena pujian, tidak merasa diperhatikan betul-betul lekat hingga menganggapnya sebagai tanda rasa suka. Menghindari berkirim pesan atau apapun dalam berkomunikasi di dunia maya jika tidak terlalu penting. Karena pesan-pesan itu tanpa ekspresi dan emosi, ia akan memiliki sifat keduanya dengan perasaan si pembaca pesan. Karena darinya akan muncul bunga-bunga cinta yang bisa jadi berubah menjadi duri bagi aktivis da’wah.

Hindari, karena bagi akhwat kata yang indah satu saja itu adalah sebuah anugerah yang istimewa di hatinya. Tentu masih ingat bukan? Akhwat akan lebih mengutamakan penggunaan hati atau perasaan dibanding logika. Hati-hati, jangan sampai tidak ada niatan PHP tapi jadi nge-PHP-in. [islampos.com]

Comments System

Disqus Shortname