Berbicara tentang sosok wanita
memang tidak ada habisnya sejak zaman dimulainya kehidupan di bumi hingga masa
sekarang ini dengan berbagai aksesoris untuk keindahan dan kecantikan yang kini
semakin berkembang dan mengalami eskalasi baik dari segi jenis, model, bentuk,
maupun kreasinya. Allah memang menyediakan sarana-sarana untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan keindahan. Dengan barbagai usaha dan pengetahuan didukung teknologi manusia yang mampu
menghadirkan segala bentuk dan ragam perhiasan serta alat-alat kecantikan.
Sedemikian maju perkembangan
manusia dalam mengusahakan perhiasan dan alat-alat kecantikan lahiriah, sampai
mencapai suatu kondisi dimana mereka tidak lagi memperhatikan perhiasan dan
keindahan ruhani. Para wanita telah menjadi korban industry kapitalisme, mereka
rela dieksploitasi keindahan tubuhnya untuk berbagai iklan produk alat
kecantikan. Kemudian, akhirnya wanita saling berlomba dalam memperindah diri
dengan berbagai perhiasan dan make up
tubuh semata.
Dengan dibuatnya kontes,
festival, lomba, dan beraneka ragam upaya lainnya untuk memperkuat selera
keindahan yang hanya terpampang secara fisik semata yang diselenggarakan oleh
para pemilik modal yang semakin memperkukuh orientasi kebendaan.
Perhiasan perempuan yang
dibiarkan dinikmati oleh orang yang tidak berhak atasnya hanya akan menjadi
jalan lempang bagi munculnya segala kerusakan moral yakni eksploitasi terhadap
nafsu seksual dengan lantaran keindahan tubuh wanita yang menjadi perhiasannya.
“Orang – orang yang beriman berjuang di jalan
Allah dan orang-orang kafir berjuang di jalan taghut. Oleh sebab itu,
perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu
sangat lemah. (an-Nisa :76)”
Dengan dasar cinta, ada orang
yang merasa benar dengan definisi cintanya yang justru mereduksi cinta, bahkan
merusak cinta, sehingga apa yang dia anggap sebagai cinta, sebenarnya bukan
cinta. Seperti yang terjadi pada masa jahiliyah yang tidak jauh berbeda pada
masa sekarang ini, yang rasa cinta seorang lelaki kepada seorang perempuan
hanya merupakan simbol kebutuhan pemuasan tuntutan seksual. Jika tuntutan
seksual telah terpenuhi maka perempuan berhak untuk dicampakkan. Sehingga tidak
mengherankan jika banyak fakta membeberkan bahwa para siswi SMP dan SMA 80 %
dinyatakan sudah terenggut virginitasnya. Dan kasus aborsi, seks pranikah,
perselingkuhan, kumpul kebo dan kegiatan amoral lainnya marak dilakukan. Karena
hukum di Indonesia pun tidak menjerat dengan berdalih ‘suka sama suka’.
Padahal Rasulullah telah berhasil
mendekonstruksi dan merekonstruksi pemahaman tentang cinta seorang lelaki
kepada perempuan, beliau telah sanggup memperlihatkan dirinya kepada bangsa
Arab khususnya dan manusia pada umumnya, sebagai sarana untuk menjelaskan
proses tersebut dan menjadi suri tauladan dalam berprilaku. Beliau telah
berhasil menjelaskan pemahaman yang benar tentang cinta dan mengembalikannya kepada
makna hakiki, yakni pernikahan. Untuk memperbaiki kondisi ini, meluruskan
perilaku buruk, dan menampilkan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga hubungan
antara sesama manusia berjalan sesuai kehendak Allah serta pemahaman manusia
tentang nilai-nilai kemanusiaan menjadi benar.
Sehingga perempuan yang telah
dianugerahi perhiasan lahiriah dan batiniah yang berupa kemolekan dan keindahan
tubuh, akan tetapi yang boleh ditampakkannya
hanya wajah dan telapak tangan saja. Bagian tubuh lainnya yang merupakan
perhiasan indah bagi perempuan tidak boleh ditampakkan. Hanya suami yang boleh
menikmati semua bagian tubuh perempuan, sebagaimana sebaliknya perempuan boleh
menikmati semua bagian tubuh suaminya.
Musuh-musuh Islam senatiasa
menumbuhkan kebencian dan kejengkelan di kalangan kaum wanita adalah melalui
penyebaran fitnah terhadap para wanita muslimah yang menjadi istri. Mereka
menggambarkan bahwa rumah tangga adalah penjara, suami adalah sipir penjara,
pelayanan terhadap suami adalah penjajahan, profesi sebagai ibu adalah beban
yang sangat berat. Dengan begitu, mereka memprovokasi kepada para wanita agar
tidak betah tinggal di rumah. Padahal, tidak ada yang mampu menjamin keberadaan
wanita dan kiprahnya selain rumah tangga dan kasih sayangnya kepada anak-anak.
Karena Islam senantiasa
memberikan pengarahan akan batas-batas pengaturan pria atas wanita yang sama
sekali tidak mengurangi kehormatan dan kemuliaan wanita sebagai istri karena
pengaturan tersebut lahir untuk kemaslahatan hidup rumah tangga, ketaatan pada
Allah, serta kepatuhan kepada suami. Diluar masalah di atas, misalnya dalam
pengaturan harta milik istri, seorang suami tidak berhak ikut campur. Seorang
istri juga perlu waspada terhadap sikap suami yang mendekati jurang maksiat.
Seorang suami dilarang menggangu dan menyakiti sang istri tanpa alasan syar’i sebab pada hakikatnya syarat kesempurnaan suami adalah jika dia mampu
memperbaiki hubungan dengan istrinya dan yang paling baik akhlaknya kepada
istrinya.
Namun, kita juga perhatikan
interpretasi praktis cinta Rasulullah terhadap perempuan, melalui interaksi
beliau dengan para istrinya. Sejarah mencatat dan semua orang tahu bagaimana
kesederhanaan pola hidup beliau bersama istri-istrinya. Jika cinta Rasulullah
terhadap perempuan hanya berorientasi pada kesenangan dan dorongan seksual
semata, niscaya hal itu akan terefleksi dalam pola hidup beliau, akan tetapi
kehidupan beliau bersama para istrinya dibangun di atas mahligai kesederhanaan
dan kezuhudan.
Jikalau cinta itu bisa berbicara,
ia akan mengenalkan kepada umat manusia tentang identitas dirinya yang fitri
dan bersih dari noda, dia akan mengatakan bahwa identitasnya yang paling utama
tampak dalam cintanya kepada Rasulullah SAW.
“Dan orang-orang yang beriman,
lelaki dan perempuan sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian
yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang
mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah
dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Mahaperkasa
lagi Mahabijaksana. “ (QS. At-Taubah :71)
Umat Islam tak memiliki
alternative lain lagi kecuali memperbaiki akhlak, agar memiliki karakter yang
jelas sebagai seorang panutan umat. Kejelasan karakter ini sangat berpengaruh
dalam dakwah, sebab umat memang memerlukan kejelasan, mana yang datang dari
Islam dan mana yang bukan. Memperkuat para kaum muslimin dan muslimah untuk
senantiasa bertaqarub kepada Allah SWT serta senantiasa menguatkan dzikir dan
menggiatkan untuk membaca, menelaah, dan belajar dari Al-Qur’an karena di
dalamnya terdapat berbagai ilmu dan pengetahuan yang amat banyak selain
ketenangan dan kekuatan ruhiyah.
Dan hendaklah para perempuan
muslimah untuk memiliki perhiasan berupa akhlak yang mulia, sebagai keindahan
yang tidak ternilai harganya. Tidak ada artinya kecantikan fisik, jika tidak
didukung oleh keindahan akhlak. Perhiasan yang diperlukan untuk menghiasi jiwa
adalah keceradasan emosional, spiritual, dan intelektual seorang perempuan. Kondisi
ruhaniyah yang terjaga kebaikannya yang akan senatiasa memancarkan keindahan
pada fisik dan prilakunya.
Islam menjadikan amal saleh
sebagai pendamping dari iman. Keimanan yang belum melahirkan kesalehan sikap
menunjukan cacat dan kekurangannya.
“Dunia adalah perhiasan, dan
sebaik-baik perhiasan dunia adalah perempuan salehah.” (HR. Muslim).
Waallahu'alam