Wednesday, September 18, 2013

Wanita Perhiasan Dunia

MajalahInspirasi.net -  “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu perempuan-perempuan, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah tempat kembali yang baik (surga).” (QS.Ali-Imran : 14)

Berbicara tentang sosok wanita memang tidak ada habisnya sejak zaman dimulainya kehidupan di bumi hingga masa sekarang ini dengan berbagai aksesoris untuk keindahan dan kecantikan yang kini semakin berkembang dan mengalami eskalasi baik dari segi jenis, model, bentuk, maupun kreasinya. Allah memang menyediakan sarana-sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan keindahan. Dengan barbagai usaha dan pengetahuan  didukung teknologi manusia yang mampu menghadirkan segala bentuk dan ragam perhiasan serta alat-alat kecantikan.

Sedemikian maju perkembangan manusia dalam mengusahakan perhiasan dan alat-alat kecantikan lahiriah, sampai mencapai suatu kondisi dimana mereka tidak lagi memperhatikan perhiasan dan keindahan ruhani. Para wanita telah menjadi korban industry kapitalisme, mereka rela dieksploitasi keindahan tubuhnya untuk berbagai iklan produk alat kecantikan. Kemudian, akhirnya wanita saling berlomba dalam memperindah diri dengan berbagai perhiasan dan make up tubuh semata.

Dengan dibuatnya kontes, festival, lomba, dan beraneka ragam upaya lainnya untuk memperkuat selera keindahan yang hanya terpampang secara fisik semata yang diselenggarakan oleh para pemilik modal yang semakin memperkukuh orientasi kebendaan.

Perhiasan perempuan yang dibiarkan dinikmati oleh orang yang tidak berhak atasnya hanya akan menjadi jalan lempang bagi munculnya segala kerusakan moral yakni eksploitasi terhadap nafsu seksual dengan lantaran keindahan tubuh wanita yang menjadi perhiasannya.

 “Orang – orang yang beriman berjuang di jalan Allah dan orang-orang kafir berjuang di jalan taghut. Oleh sebab itu, perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu sangat lemah. (an-Nisa :76)”

Dengan dasar cinta, ada orang yang merasa benar dengan definisi cintanya yang justru mereduksi cinta, bahkan merusak cinta, sehingga apa yang dia anggap sebagai cinta, sebenarnya bukan cinta. Seperti yang terjadi pada masa jahiliyah yang tidak jauh berbeda pada masa sekarang ini, yang rasa cinta seorang lelaki kepada seorang perempuan hanya merupakan simbol kebutuhan pemuasan tuntutan seksual. Jika tuntutan seksual telah terpenuhi maka perempuan berhak untuk dicampakkan. Sehingga tidak mengherankan jika banyak fakta membeberkan bahwa para siswi SMP dan SMA 80 % dinyatakan sudah terenggut virginitasnya. Dan kasus aborsi, seks pranikah, perselingkuhan, kumpul kebo dan kegiatan amoral lainnya marak dilakukan. Karena hukum di Indonesia pun tidak menjerat dengan berdalih ‘suka sama suka’.

Padahal Rasulullah telah berhasil mendekonstruksi dan merekonstruksi pemahaman tentang cinta seorang lelaki kepada perempuan, beliau telah sanggup memperlihatkan dirinya kepada bangsa Arab khususnya dan manusia pada umumnya, sebagai sarana untuk menjelaskan proses tersebut dan menjadi suri tauladan dalam berprilaku. Beliau telah berhasil menjelaskan pemahaman yang benar tentang cinta dan mengembalikannya kepada makna hakiki, yakni pernikahan. Untuk memperbaiki kondisi ini, meluruskan perilaku buruk, dan menampilkan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga hubungan antara sesama manusia berjalan sesuai kehendak Allah serta pemahaman manusia tentang nilai-nilai kemanusiaan menjadi benar.

Sehingga perempuan yang telah dianugerahi perhiasan lahiriah dan batiniah yang berupa kemolekan dan keindahan tubuh, akan tetapi yang boleh ditampakkannya  hanya wajah dan telapak tangan saja. Bagian tubuh lainnya yang merupakan perhiasan indah bagi perempuan tidak boleh ditampakkan. Hanya suami yang boleh menikmati semua bagian tubuh perempuan, sebagaimana sebaliknya perempuan boleh menikmati semua bagian tubuh suaminya.

Musuh-musuh Islam senatiasa menumbuhkan kebencian dan kejengkelan di kalangan kaum wanita adalah melalui penyebaran fitnah terhadap para wanita muslimah yang menjadi istri. Mereka menggambarkan bahwa rumah tangga adalah penjara, suami adalah sipir penjara, pelayanan terhadap suami adalah penjajahan, profesi sebagai ibu adalah beban yang sangat berat. Dengan begitu, mereka memprovokasi kepada para wanita agar tidak betah tinggal di rumah. Padahal, tidak ada yang mampu menjamin keberadaan wanita dan kiprahnya selain rumah tangga dan kasih sayangnya kepada anak-anak.

Karena Islam senantiasa memberikan pengarahan akan batas-batas pengaturan pria atas wanita yang sama sekali tidak mengurangi kehormatan dan kemuliaan wanita sebagai istri karena pengaturan tersebut lahir untuk kemaslahatan hidup rumah tangga, ketaatan pada Allah, serta kepatuhan kepada suami. Diluar masalah di atas, misalnya dalam pengaturan harta milik istri, seorang suami tidak berhak ikut campur. Seorang istri juga perlu waspada terhadap sikap suami yang mendekati jurang maksiat. Seorang suami dilarang menggangu dan menyakiti sang istri tanpa alasan syar’i sebab pada hakikatnya syarat kesempurnaan suami adalah jika dia mampu memperbaiki hubungan dengan istrinya dan yang paling baik akhlaknya kepada istrinya.

Namun, kita juga perhatikan interpretasi praktis cinta Rasulullah terhadap perempuan, melalui interaksi beliau dengan para istrinya. Sejarah mencatat dan semua orang tahu bagaimana kesederhanaan pola hidup beliau bersama istri-istrinya. Jika cinta Rasulullah terhadap perempuan hanya berorientasi pada kesenangan dan dorongan seksual semata, niscaya hal itu akan terefleksi dalam pola hidup beliau, akan tetapi kehidupan beliau bersama para istrinya dibangun di atas mahligai kesederhanaan dan kezuhudan.

Jikalau cinta itu bisa berbicara, ia akan mengenalkan kepada umat manusia tentang identitas dirinya yang fitri dan bersih dari noda, dia akan mengatakan bahwa identitasnya yang paling utama tampak dalam cintanya kepada Rasulullah SAW.


“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. “ (QS. At-Taubah :71)

Umat Islam tak memiliki alternative lain lagi kecuali memperbaiki akhlak, agar memiliki karakter yang jelas sebagai seorang panutan umat. Kejelasan karakter ini sangat berpengaruh dalam dakwah, sebab umat memang memerlukan kejelasan, mana yang datang dari Islam dan mana yang bukan. Memperkuat para kaum muslimin dan muslimah untuk senantiasa bertaqarub kepada Allah SWT serta senantiasa menguatkan dzikir dan menggiatkan untuk membaca, menelaah, dan belajar dari Al-Qur’an karena di dalamnya terdapat berbagai ilmu dan pengetahuan yang amat banyak selain ketenangan dan kekuatan ruhiyah.

Dan hendaklah para perempuan muslimah untuk memiliki perhiasan berupa akhlak yang mulia, sebagai keindahan yang tidak ternilai harganya. Tidak ada artinya kecantikan fisik, jika tidak didukung oleh keindahan akhlak. Perhiasan yang diperlukan untuk menghiasi jiwa adalah keceradasan emosional, spiritual, dan intelektual seorang perempuan. Kondisi ruhaniyah yang terjaga kebaikannya yang akan senatiasa memancarkan keindahan pada fisik dan prilakunya.

Islam menjadikan amal saleh sebagai pendamping dari iman. Keimanan yang belum melahirkan kesalehan sikap menunjukan cacat dan kekurangannya.

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah perempuan salehah.” (HR. Muslim). Waallahu'alam 

Comments System

Disqus Shortname