Thursday, January 19, 2012

REFLEKSI SUMPAH PEMUDA

warga mesir merayakan mundurnya presiden Hosni Mubarak foto : vivanews.com
warga mesir merayakan mundurnya presiden Hosni Mubarak foto : vivanews.com
“Setelah gejolak revolusi melati“ révolution de jasmin” di Tunisia yang mampu menumbangkan sang presiden Zine el-Abidine Ben Ali, semerbak revolusi melati terus menyeruak menuju negara-negara di Afrika dan Jazirah Arab. Mesir adalah negara tetangganya yang bernasib sama, masih hangat di telinga kita revolusi ini akhirnya mampu menumbangkan rezim otoriter presiden Hosni Mubarak. Layaknya kartu domino yang terus berjatuhan tidak hanya sampai di Mesir revolusi ini ter us menjalar. Yaman pun terjadi pergolakan yang sama dengan menuntut mundurnya Presiden Ali Abdullah Saleh. Tidak ketinggalan Aljazair yang mundur Presiden Abdelaziz Bouteflika atau Iran dengan menuntut mundur Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad. Tidak hanya kawasan Timur Tengah bahkan Negara komunis seperti Cina pun menggelorakan revolusi serupa.
Mencoba bercermin dari sejarah abad 21, tentang apa yang terjadi dengan para pemimpin dan bagaimana rakyat selaku terpimpin secara massif melakukan sebuah gerakan bernama revolusi.”
Media massa dari cetak, elektronik hingga online cukup gencar mengangkat berita dari situasi gejolak timur tengah yang tengah terjadi. Pemerintah Indonesia pun sibuk menyelamatkan WNI dengan menjemput pulang ke tanah air hingga kondisi cukup kondusif.
Gelombang revolusi memang terus menjalar di beberapa negara Timur Tengah dan Afrika. Dimana sekarang ini mungkin waktu yang tepat untuk melakukan perubahan di negara mereka. Sebetulnya tak ada asap jika tak ada api, maka adanya api inilah yang membuat terjadinya kepulan asap dimana-mana.
Mengamati fenomena ini, sesuatu yang cukup miris kita mendengar fenomena bakar diri yang dilakukan pertama kali oleh Mohammad Bouazizi seorang pedagang buah di Tunisia dikarenakan gerobak buahnya disita polisi. Kejadian inilah yang membuat revolusi memanas di Tunisia, hingga akhirnya berhasil membuat pemimpin diktator itu lengser dan memilih pergi ke Arab Saudi. Kemudian berpindah menuju Mesir dengan pergolakan revolusi yang menuntut mundur rezim Hosni Mubarak yang telah memerintah hampir 30 tahun lamanya. Terinspirasi Bouazizi, seorang pengacara Farouk Mohammed Hassan menentang kenaikan harga kebutuhan bahan pokok dengan membakar diri. Tidak hanya farouk beberapa warga Mesir melakukan pembakaran diri sebagai bentuk protes menentang pemerintah. Gerakan yang sama terjadi di Aljazair aksi bakar diri dilakukan sebagai protes mereka dan menuntuk Presiden Abdelaziz Bouteflika mundur dari kursi presiden yang dianggap tidak becus mengurusi pengangguran dan tingginya harga pangan. beberapa negara lain seperti Yaman, Iran, Irak dan kawasan Asia pun ikut bergolak seperti Cina yang juga menggencarkan Revolusi melati di negri itu.
Mencerna Benang merah dari Benang Kusut, masyarakat dunia tentunya tertarik untuk mengikuti perkembangan yang terjadi, kita melihat bagaimana rakyat bergerak, bentuk protes hingga pemerintah menanggapi seperti apa. Gambaran ini memberikan sebuah nilai kepemimpinan bagaimana rakyat menurunkan para pemimpin mereka yang dianggap sebagai pemimpin Diktator. Otokrasi yang dilakukan seorang pemimpin dengan kesewenangwenangan mereka untuk memimpin dan memutuskan sesuatu hal, membuat mereka luput dari pengawasan dan terksesan bertindak “semau gue” sehingga kebutuhan dan kepentingan rakyat kurang terpenuhi. Kita bisa lihat bahwa adanya gerakan revolusi ini adalah bentuk marah, kecewa ketika tingginya kebutuhan bahan pokok, tingkat pengangguran yang tinggi dan kemarahan lainnya ketika pemimpin mereka tidak begitu peduli akan kemiskinan.
Rakyat Tunisia, Mesir dan negara yang tengah memanas revolusi ini sedang mendefinisikan tentang sebuah kepemimpinan. Rakyat mencoba memberikan bentuk seperti apa jika yang mereka sudah keluar dari sarangnya. Mereka mencoba membuktikan kekuatan. Maka sadar atau tidak sadar, para pemimpin sejatinya bercermin dari kejadian luar biasa ini. Karena kita tidak ingin menjadi pemimpin dengan ending cerita yang sedih, buruk, terkesan diturunkan dengan paksa. Bukan begitu pemimpin?

Comments System

Disqus Shortname