Mereka teman teman ku begitu cantik, tumbuh tinggi dengan rambut terurai panjang, bebas dan selalu membuat semua pandangan tertuju padanya. Mereka beribaratkan kupu kupu yang lincah. Aku ingin seperti mereka, menjadi kupu kupu itu. Tapi aku, aku hanya gadis remaja biasa, aku juga tidak berpenapilan secantik teman SMP ku. Aku tidak terlalu tinggi dan aku tidak bebas seperti mereka yang bergaul kesana kemari yang hari demi harinya selalu terlihat kece dan semakin keren.
“ Ayolah, jangan jadi cewek kuper, sekali kali ikut kita main. “ ucap Andin salah satu teman SMP ku saat kami bermain di rumah ku.
“ Kamu orang nya terlalu serius, sebentar sebentar mikirin pelajaran, sebentar sebentar mikirin pr, mikirin nilai ulangan kimia, mikirin inilah, itulah. Kapan kamu mikirin gaya mu? Gaul dong Cha ?“ kini Novi ikutan ngoceh menceramahi ku.
Dan aku hanya tersenyum tipis.
“ Kalau sudah ada waktu yang tepat, aku juga pasti akan main sama kalian kok “ ucapku singkat.
Status ku saat ini adalah seorang pelajar di salah satu sekolah menengah kejuruan terkenal di darerah rumah ku, aku bersyukur bisa menjadi siswa di sekolah itu. Karena itu adalah impian aku dan kedua orangtuaku sejak aku masih di SMP. Sementara ke dua teman SMP ku tadi yang sekaligus juga menjadi tetangga di rumah ku, Andin dan Novi kini resmi menjadi siswa sekolah menengah atas negeri di daerah ku juga.
Itulah kata kata yang selalu terngiang di telingaku. Ucapan dari kedua teman ku, “kuper” selalu menghiasi otak ku. Sampai pada suatu ketika, aku bertanya pada diri ku sendiri di depan cermin. Apakah aku ini memang kuper ? aku orangnya terlalu serius ya? apa aku tidak pernah gaul sama mereka? apa aku cantik?. Aku masih duduk bercermin di meja rias mama ku. Seketika ada dua makhluk kecil yang menyerupai diri ku, kemudian duduk di kedua bahu ku.
“ Apa kamu gak lihat penampilan Andin dan Novi ? mereka cantik, gaul abis, rambut di bonding dan di blow, sedangkan kamu enggak cantik, kamu gak gahol. Bibir mu tipis gak pernah di poles pakai lipe ice, mata mu sayu harusnya di pakaikan soft lens agar terlihat lebih cantik dan anggun seperti Novi.“ ucap makhluk yang duduk di bahu sebelah kiri ku.
“ Enggak, enggak ! kamu cantik kok. Bibir kamu tipis dan mata kamu sayu disertai dengan rambut ikal dan lesung di pipi kamu menambah nilai plus dalam wajah mu.Tidak ada yang harus di rubah atau di tambah.Kamu sudah terlihat cantik dengan penampilan mu sekarang ini.“ ucap makhluk yang duduk di bahu sebelah kanan ku.
Lalu, apa aku punya pilihan. Ya, aku punya pilihan yang aku anggap itu adalah pilihan cerdas.
Esok paginya, aku sudah siap untuk berangkat sekolah. Mama dan papa sampai heran melihat ku, tapi keheranan mereka masih dalam tingkat wajar di bandingkan keheranan dari teman teman ku di kelas.
“ Cha, lo serius ? “ tanya Mela teman sebangku ku.
Aku menganguk hebat. Aku kini merasa bangga. Saat aku berjalan di koridor sekolah saja banyak mata tertuju kepada ku. Apalagi Rezi, lelaki yang aku taksir sejak MOS (masa orientasi siswa) tiga bulan yang lalu tak henti hentinya memerhatikanku.
“ Ini, bukan gaya mu Cha ? “ ucap Riri protes saat kami sedang duduk di kantin.
Semenjak aku berpenampilan beda mereka teman sepermainan ku banyak yang tidak setuju. Aku yang sekarang cantik, memakai lipe ice rasa strawberry di bibir ku agar bibir ku terus bersinar dan aku memakai soft lens di mata ku agar mata ku terlihat lebih besar dan indah. Dan rambut ikal ku telah aku lurus kan sehingga rambut ku terlihat seperti tirai di jendela kelas ku. Mbok Yum pembantu rumah ku saja sampai bilang aku cantik seperti cici cici di pasar glodok yang rambutnya super lurus rus rus.
“ Ini kan gaya ku. Aku yang dulu kini telah tergantikan oleh aku yang baru. “ ucap ku sambil senyum memamerkan lesung pipiku.
“ Icha Putri, aku lebih suka penampilan kamu yang dulu. “ Egi temanku mulai berkomentar dengan mengucap namaku secara jelas.
“ Kamu gak pantes Cha berpenampilan seperti ini. “ Mela ikutan berkomentar.
Semenjak aku lebih cantik, eh maksudku semenjak aku merubah penampilan ku menjadi cantik, sebagian teman ku seperti Mela, Riri, Ado, Syivia, dan Egi agak nya kurang menyukainya. Tapi sebagian dari teman di kelas ku ada juga yang mengikuti cara berpenampilan ku. Yeah, dasar meniru, pencontek, plagiat bahasa kerennya.
Hari esoknya aku mulai mau bermain dan bergaul dengan Andin dan Novi. Mereka sangat bahagia melihat progres pergaulan ku. Kini aku lebih sering bermain bersama mereka, ke mall, nonton bioskop, nonton konser musik, pensi, dan bahkan ke salon bareng untuk merawat diri. Aku begitu senang, sekarang aku merasa seperti kupu kupu.
“ Oya, aku pulang duluan ya. Gerald sudah lama nunggu aku. “ ucap Novi setelah kami keluar dari gedung bioskop.
“ Toni juga udah nunggu aku dari tadi. Yuk balik “ timpal Andin ikut ikutan.
Gerald, Toni. Hah? Siapa lagi tuh?aku baru dengar nama itu, aku berkata dalam hati.
“ Oya, Cha kamu pulang sama siapa? “ tanya Andin padaku.
“ Pulang sendiri. Aku kan bawa motor kesini tadi “ ucapku polos.
“ Cowok lo kemana? Masa cewek nya habis hang out gak di jemput sih? “ tanya Novi lagi terdengar agak prihatin.
Apalagi tuh. Cowok ??? mereka bilang cowok. Berarti kalau mau tambah keren kita harus punya cowok.
Tapi Allah tuhanku memang maha mengetahui. Di saat aku sedang sibuk memikirkan dan mencari calon cowok ku, tiba tiba handphone ku berdering menandakan ada panggilan masuk. Tertera jelas di layar handphone ku nama Arya Rezi. Aku terkejut.
“ Hallo … “ sapa ku ramah saat menjawab panggilan telpon darinya.
“ Hallo, ini benar Icha ? “ tanya suara di sebrang sana.
“ Iya, ada apa ya Rez ? “ tanya ku.
“ Gak ada apa apa kok. Besok setelah pulang sekolah ada acara gak? “ ia masih bertanya dengan suara bass nya.
“ Tidak. Mau ada apa memang? “ aku kembali bertanya dengan rasa penasaran.
“ Oke. Pulang sekolah besok, kita pulang bareng. “ dan aku hanya diam tak percaya mendengar itu.
Lelaki itu mengajak ku untuk pulang bersama. Oh tuhan, apa aku bermimpi ? iya lelaki itu yang sudah ku taksir sejak mos dulu. Oh ku rasakan jantung ku berdetak lebih kencang.
Di hari Selasa ini, nampaknya teman sepermainan ku tidak menyukai penampilanku lagi. Mereka melihat sinis dandanan ku yang memakai pita cantik di rambut ku. Biarkanlah, ku anggap mereka iri dengan penampilan ku, toh aku cantik ini, aku bagikan kado yang telah dibungkus di sertai pita di atasnya.
Dan ternyata Rezi, menepati janjinya. Sepulang sekolah ia dengan setia menunggu ku di lapangan parkir. Aku sengaja tidak membawa motor hari ini karena aku tahu kalau Rezi akan memboncengiku saat pulang, hehe.
“ Yuk, kita pulang. Aku antar sampai rumah ya “ ucapnya manis.
Aku hanya tersenyum. Dan ia pun balik tersenyum.
Oh Tuhan, tolong, tolong, please jangan biarkan aku pingsan melihat senyuman manis nya. Ini benar benar nyata, aku berhadapan dengan dia. Oh Tuhan, aku tidak bermimpi kan ?
Kami pun pulang bersama. Tapi tunggu, saat aku mau menempelkan bokong ku di jok motor Rezi, aku melihat sesosok lelaki berdiri tegak dari balik jendela perpustakaan sekolah. Itu Egi, yang memerhatikan ku dengan wajah sinis dan kecewa. Saat aku berniat untuk senyum kepadanya, ia telah berlalu dan aku pun bingung.
“ Jadi, Rezi itu sekarang cowok kamu Cha ? “ tanya Novi penasaran.
“ Wah, congrats ya. Kapan kapan kita ngedate bareng yuk, kayanya seru. Novi dengan Gerald, aku dengan Toni dan Icha dengan Rezi. “ ucap Andin antusias dan aku pun menganguk tanda setuju.
Iya benar, setelah insiden aku di antar pulang oleh Rezi, mereka berdua teman SMP ku begitu histeris. Dan seminggu setelah itu Rezi mulai mendeklamasikan pernyataan cintanya kepada ku, di hadapan ku di bangku taman kota.
Icha yang dulu berpenampilan sederhana, berambut terkuncir dan berbando serta berpakaian rapih semakin di jauhi oleh temannya. Tapi Icha yang sekarang berambut lurus, bermata indah, dan memakai rok lima centimeter dari lutut, kini telah menjadi milik Rezi.
“ Cha, kok kamu mau sih pacaran sama anak yang super seperti itu ? “ tanya Mela lagi.
“ Hati hati Cha, jangan biarkan diri kamu terbawa arus olehnya “ ucap Riri terdengar seperti menasihatiku.
“ Maksud kalian semua apa sih? “ tanya ku.
“ Maksud kita cuma mau menyadarkan kamu dari apa yang telah terjadi sekarang ini. “ ucap Syivia yang mulai emosi.
“ Cha, kita semua tahu kamu melakukan hal seperti ini semata mata demi jati diri kamu kan? Mencari jati diri mu yang hilang dan hanya karena itu kamu jadi kelewat batas seperti ini “ jelas Riri dengan nada tinggi.
Heran, kenapa hari ini teman teman jadi emosi semua. Bicaranya sambil narik urat. Aku benci mereka teman sekelas ku.
“ Kalian hanya iri kan sama aku. Ini hidup aku, suka suka aku mau berbuat apa. Dan Riri kamu jangan sok tahu dong, gak usah bawa kata kata ‘jati diri’. Yang tahu betul jati diri itu yang hanya aku seorang. Kenapa kalian jadi aneh seperti ini sih. Telingaku merah mendengar ocehan kalian semua. “ ucapku tak kalah emosi. Dan aku pun berlalu meninggalkan mereka.
Namun ternyata penderitaan ku karena ocehan itu belum selesai sampai disini. Di koridor aku tak sengaja menabrak pundak Egi teman ku. Air wajahnya berubah begitu sinis menatapku.Aku pun berlalu dan melupakan kejadian itu. Intinya aku sudah tidak mau lagi berteman dengan mereka.
Akan tetapi di saat hati ku semerawut, aku melihat sesosok perempuan cantik berpenampilan beda di bandingkan dengan yang lainnya. Itu adalah kak Gania, senior ku. Ia begitu cantik dengan balutan kain di kepalanya. Seketika hati ku menjadi sejuk dan tentram saat melihatnya.
Seminggu pun berlalu, ini adalah hari yang special untuk aku. Pasalnya hari ini adalah hari dimana aku akan kencan bersama Rezi. Kencan perdana ku. Rencana nya kami akan pergi ke kafe yang berada di mall dekat rumah ku, di sana kami berdua juga akan bertemu dengan Novi dan Andin yang juga bersama pacar mereka dalam rangka merayakan hari ulangtahun Novi yang ke 17 tahun. Seperti biasa Rezi dengan setia menunggu ku di depan rumah. Mbok Yum sampai kaget ketika melihat aku keluar kamar.
“ Wangi banget non, malem malem begini mau kemana ? “ tanya mbok Yum ingin tahu.
“ Mau ke acara ulang tahunnya Novi, mbok “ ucapku.
“ Sudah minta izin sama mama belum ? nanti mbok kewalahan lagi kalau mama pulang kerja terus tanya non Icha tapi mbok gak tau kemana. “ tanya nya lagi.
“ Tenang. Aku sudah bilang sama mama mau ke acara ulang tahunnya Novi. “
Iya memang, aku tidak bohong. Aku memang sudah bilang sama mama kalau nanti malam aku akan pergi ke party sweet seventeen nya Novi, tapi aku tidak bilang kalau aku pergi kesana nya di antar Rezi.
Lalu kami pun berangkat menuju lokasi acara. Saat aku turun dari motor Rezi, aku melihat ada benda kotak kecil terjatuh dari saku kemeja Rezi. Aku dengan sigap berusaha untuk membantu mengambil kotak itu, namun Rezi dengan cepat menepis bantuanku.
“ Itu apa ? “ tanya ku curiga.
“ Bukan. Ini cuma kotak biasa kok Cha. Hehe “ jelasnya di sertai ketawanya yang terdengar garing.
Tapi aku memaksa mau melihat kotak apa itu. Adegan rebut merebutkkan kotak itu pun terjadi di ruang parkir mall.
“ Kamu merokok Rez, ? “ aku terkejut.
Wajah Rezi nampak malu malu tapi ia berusaha menutupinya dengan berbicara kasar.
“ Ah, kenapa kalau aku merokok ? itu urusan kamu gitu? Jangan hanya karena kamu cewek aku, sekarang kamu jadi bebas mengatur hidup aku. Kamu gak punya hak atas hidup aku. “ ucapnya keras.
“ Kita kan masih pelajar kelas dua SMK. Kamu gak pantes merokok. Kamu tahu gak akibat yang di timbulkan dari rokok itu sangat fatal. Aku gak mau kamu jadi liar dan sakit hanya karena ini “ ucap ku prihatin.
“ Stop ! kamu gak punya hak atas hidup aku !!! “ ucapnya lagi mengulang kalimat sebelumnya dengan nada tinggi.
Oke, akhirnya aku melupakan kejadian itu. Aku pun berusaha untuk terhanyut dalam pesta ulang tahun Novi. Sepertinya hal yang sama juga di lakukan oleh Rezi, ia nampak sok happy di pesta ini.
Novi terlihat cantik malam itu, memakai gaun dan yang paling membuatku iri adalah kehadiran Gerald kekasihnya yang selalu ada bersamanya. Dalam hati aku berharap suatu hari di ulangtahunku nanti aku juga akan seperti dia, memakai gaun, sepatu hight heels dan Rezi yang selalu ada di sisiku. Pesta pun berlangsung sampai jam sembilan malam. Tak terasa waktu cepat berlalu.Aku dan Rezi pun berpamitan pulang.
Kami berdua pun terdiam saat berjalan menuju ruang parkir bawah mall. Tidak ada yang berani membuka suara saat itu. Aku tak mau mengungkit masalah rokok tadi, dan Rezi pun juga demikian. Kami terdiam dalam sunyi. Namun kesunyian itu pun pecah, ketika aku mendengar suara wanita memanggil nama Rezi, ku rasakakan suara itu berasal dari belakang punggung ku.
“ Rezi “ suara wanita itu kecil dan halus.
Kami berdua berbalik badan, mencari dimana sumber suara itu. Aku terkejut dan bahkan Rezi lebih terkejut lagi dari pada aku.
Wanita itu berbalut pakaian seksi dan mini. Ia memang putih, berambut panjang dan tinggi tapi ia terlalu memamerkan likuk tubuhnya dengan memakai baju tak berlengan dan celana pendek ketat lengkap dengan jaket yang di ikat di pinggulnya. Siapa dia, tanyaku dalam hati. Kantong plastik yang ia tenteng di kedua tangannya seketika terjatuh ke bawah tanah, nampaknya wanita itu habis berbelanja. Lalu wanita itu pun mendekati Rezi yang sedari tadi ku perhatikan berdiri seperti patung tak berkutik. Dan seketika tamparan hangat dari tangannya pun mendarat mulus di pipi kiri Rezi.
“ Oh, jadi begini. Jadi begini ulahmu “ ucapnya kemudian.
Rezi tak berkutik.
“ Kamu bilang hari ini kamu mau ada belajar kelompok tapi ternyata kamu malah asik jalan sama dia “ ucapnya lagi sambil menunjuk aku yang tak tahu apa apa.
Rezi masih diam. Aku khawatir loh kalau ternyata dia mati mendadak, tapi baiknya dia masih bernafas.
“ Oke, mulai saat ini kita gak ada hubungan lagi. Kita putus. “ ucapnya lagi dan kali ini ia berlalu pulang.
Apaaa !!! please god, please jangan biarkan aku pingsan karena mendengarkan ucapan wanita itu. Dia bilang tidak ada hubungan lagi. Dia bilang putus. Ini artinya, wanita tadi itu adalah pacar Rezi. Kalau dia pacarnya Rezi, terus aku siapanya ?
Aku merasa mau menangis. Dan sekarang mungkin tangisan ku pecah.
“ Tadi rokok, sekarang wanita yang mutusin kamu. Ini semua apa ? “ tanya ku terisak oleh air mata.
“ Dia pacar ku, tepatnya baru dua minggu kami resmi pacaran. “
Tuh kan, apa tadi ku bilang. Wanita itu memang pacarnya. Pacar keduanya setelah aku lebih tepatnya. Aku benar benar merasa sakit di khianati oleh lelaki yang aku cintai.
“ Oke, aku bisa terima kalau itu pacar kamu. Tapi tolong, kamu boleh memacari siapa saja di dunia ini, tapi tolong ku mohon, jangan berhubungan dengan wanita seperti dia tadi, wanita yang berpenampilan seksi, wanita yang menyombongkan lekuk badannya. Itu menjijikan, tidak baik. Dia tidak baik untuk kamu. Dia akan memberikan dampak negatife untuk kamu. “ kata ku yang kini sudah menelah tangisan.
“ Namanya Rena. Dia seorang model majalah gadis tahun ini “ ucapnya lagi bangga memperkenalkan nama pacarnya kepadaku.
“ Siapa pun itu namanya aku tidak perduli. Mau dia seorang model, seorang seles women yang jelas dia itu murahan. “ ucapku lagi.
“ Kalau dia itu murahan, lantas selama ini kamu apa Cha? “ ucapannya membuat ku marah. Aku tak ambil pusing, langkah selanjutnya aku memberikan ucapan selamat malam kepadanya dengan cara melayangkan telapak tangan ku ke pipi kanan Rezi.
“ Selamat malam. Anggap saja kalau kita tidak pernah saling kenal. “
Malam itu aku pulang tanpa di temani oleh lelaki bodoh itu lagi. Aku berjalan di temani perasaan yang tak menentu. Aku mau marah, tapi mau marah sama siapa ? aku mau menangis tapi mau menangis sama siapa? Apa yang harus ku tangisi ? Rezi tak pantas untuk di tangisi. Tapi seketika aku rindu teman teman ku, mereka selalu berada di sampingku, aku ingin berada di dekat Mela, Syivia, Riri, Ado, dan Egi. Aku merindukan mereka. Aku ingin berada di dekat mama dan papa. Oh bodohnya aku selama ini, di saat mama dan papa sibuk kerja mencari uang demi anaknya, tapi aku anaknya malah asik memikirkan penampilan, sibuk pacaran dengan lelaki bodoh itu. Aku kecewa, aku marah karena diriku. Mengapa aku hidup seperti ini? Mengapa aku harus mengalami sakit hati ? rasanya di dada sebelah kanan ku sakit, seperti ada yang menusuk. Tuhan tidak adil, Tuhan tidak sayang aku.
Batin ku terus saja bergejolak dengan perasaan tadi. Aku ingin teriak, sungguh aku ingin sekali teriak sekencang kencangnya, tapi aku tak mampu. Aku mati oleh perasaan bergejolak, seketika aku terbayang akan masa ku dulu bersama teman teman ku, bercanda riang, tertawa saat itu tapi semua tergantikan oleh ocehan dan amarah mereka yang tak menyukai aku yang sekarang. Ingin rasanya aku kabur dan lari dari apa yang kini sedang kurasakan. Dan inilah puncak dari kebodohan ku selama ini.
Dua pekan berlalu, aku sudah melupakan kejadian itu. Dan dari cerita yang aku dengar, Rezi lelaki bodoh itu sudah di keluarkan dari sekolah, karena tertangkap basah sedang merokok di gudang sekolah bersama temannya. Kini aku merasa seperti seorang kutu buku, yang selalu menghabiskan waktunya di perpustakaan. Aku belum berani bergabung dengan teman ku, walaupun aku tahu mereka telah memaafkan ku.
Tapi tunngu dulu, aku bertemu lagi dengan perempuan cantik itu. Kak Gania tersenyum kepada ku saat aku berhasil di pergoki olehnya sedang memerhatikannya. Balutan kain di kepalannya membuat aku ingin menjadi seperti dia. Ia perempuan berkerudung yang berhasil membuat ku iri. Melihat wajahnya saja sudah membuat aku merasa damai, begitu pula dengan tutur katanya yang amat santun meyejukkan hati. Aku ingin menjadi seperti dia, dan aku pun heran mengapa saat ini aku membenci penampilan ku yang dulu.Lalu tiba tiba dua makhluk kecil yang menyerupai diri ku hadir kembali dan duduk di kedua bahuku.
“ Apa yang kau pikirkan Cha ?, ia begitu cantik kan dengan kerudungnya, ia tidak menyombongkan lekuk tubuhnya, tapi justru ia menjaganya dengan berbusana tertutup dan rapih. Itu sangat mulia, ia bagaikan emas elit yang berada di dalam kaca pelindung, hanya dapat dilihat, namun tidak bisa di sentuh oleh sembarang orang, hanya orang yang membeli emas itu saja yang dapat meyentuh dan memilikinya. Atau bahkan ia bagaikan bunga edelwais yang hidup di pegunungan nan tinggi, hanya bisa di miliki oleh orang yang dengan penuh perjuangan untuk memetiknya. “ ucap makhluk yang duduk di bahu sebelah kanan ku.
“ Tidak !!! penampilan seperti itu sangat kamseupay, ieuh … tidak bagus. Gerah tau pakai baju yang tertutup, rambut mu pasti akan rontok kalau di balut oleh kain. Dan kamu tidak bebas melakukan ini itu. “ ucap makhluk yang duduk di bahu sebelah kiri ku.
Lalu, apa aku punya pilihan. Ya, aku punya pilihan yang aku anggap itu adalah pilihan yang cerdas dan tepat.
Aku memerhatikan wajahku di cermin meja rias mama. Ku perhatikan dengan detail sisi dari setiap wajahku.Aku mulai membungkus kepalaku dengan tudung kecil lalu aku lapiskan lagi dengan kain yang telah ku lipat segitiga dan setelah itu aku pakaikan peniti sebagai alat penjepitnya di bagian bawah leher ku. Tak lupa, ku tambah dengan memakai kan sebuah bros bunga kecil cantik di salah satu sisi kerudung itu. Aku tampak lebih baik dengan ini.
Aku harusnya bersyukur memiliki mata yang sayu, mata ini masih berfungsi, masih bisa melihat dan tidak cacat sekali pun. Dan aku harusnya merasa senang karena di karuniai bibir tipis, karena itu aku terlihat manis saat tersenyum belum lagitambahan lesung di pipi ku. Oh Tuhan, aku baru menyadari bahwa ternyata banyak nikmat dan kebaikan yang Engkau berikan kepada ku.
Kejadian itu pun terulang lagi. Kejadian dimana aku menjadi pusat perhatian orang orang saat aku berjalan di koridor sekolah.
“ Cha … ini beneran kamu ? “ tanya Mela mendekatiku.
“ Icha, kamu lebih cantik seperti ini. Kamu gak bercanda kan? Ini beneran kamu kan? “ Syivia tak henti hentinya bertannya.
Sementara Ado dan Riri memerhatikanku dengan mulut melonggo. Dan aku hanya tersenyum tipis.
Iya, ini adalah aku. Ini adalah aku yang sekarang. Memakai jilbab dan berseragam tertutup. Aku merasakan dampaknya, aku merasa lebih nyaman dan tenang karena tidak mengejar ngejar mode pakaian zaman sekarang. Aku merasa seperti di lindungi, entah di lindungi oleh apa, tapi aku merasakan itu. Aku telah berniat dan dengan mengucapkan basmalah aku memulai aktivitas ku dengan busana yang seperti ini.
Dan disinilah aku, duduk di taman sekolah menikmati hari baru ku saat jam istirahat, lalu tersadar akan kehadiran Egi yang tiba tiba duduk di sebelah ku.
“ Aku senang kamu sudah kembali ke hidupan mu yang dulu lagi, lebih spektakuler karena sekarang kamu merubah penampilan mu jauh lebih baik dari pada kemarin “ ucapnya.
Aku tersenyum senang, karena Egi sekarang tidak lagi memperlihatkan wajah sinis nya pada ku.
“ Aku iri dengan teman ku. Mereka cantik seperti kupu kupu “ aku mulai bersuara dan Egi pun diam mendengarkannya.
“ Kupu kupu yang cantik, terbang bebas kesana kemari, memiliki keindahan sayap yang selalu menarik perhatian orang. “
Egi tersenyum kecil.
“ Kupu kupu yang selalu membuat orang gemes ingin menyentuhnya karena keindahannya. “ ucapku lagi.
Dan Egi pun masih tersenyum, sambil berkata
“ Kupu kupu yang memiliki sayap indah namun sayap itu menajadi patah hanya karena jatuh ke tangan sembarang orang. Lalu keindahannya musnah seketika “
Ucapan laki laki bertubuh jangkung dan berambut hitam lebat itu sungguh sangat bermakna. Aku tercengang mendengarkannya.
“Aku juga suka kupu kupu. Tapi terkadang kupu kupu itu susah untuk di tangkap, sekalinya aku dapatkan kupu kupu itu sudah dalam keadaan mati dan sayap nya selalu rusak. Gak cantik lagi. “ curhatnya kemudian.
“ Rusak kenapa ? “ tanya ku ingin tahu.
“ Sembarangan nangkep nya, salah caranya, salah waktunya dan salah semuannya deh “ ucapnya lagi.
Aku terdiam, mencerna semua ucapan Egi. Dia memang selalu bijak dalam berkata, aku kagum dengan Egi.
Ternyata untuk cantik itu tidak harus seperti kupu kupu, tidak harus meniru gaya orang lain. Cantik memiliki arti dan pandangan yang berbeda untuk semua orang. Aku yakin dengan aku berpenampilan seperti ini pun aku juga merasa cantik. Dengan hijab ku dan busana tertutup yang aku kenakan sekarang. Memang aku belum bisa sempurna mencontoh ka Gania, tapi aku yakin dengan proses pasti aku akan bisa. Menjadi yang teladan, santun dalam berbicara, sopan, taat beragama, baik dan berbusana tertutup. Dan ini adalah aku, jati diri yang kini sudah aku temukan. Aku bersyukur hubungan ku dengan Rezi bisa berakhir, Tuhan telah menegurku. Kita dapat merubah dunia, dan mungkin dunia pun juga dapat merubah kita.
Mungkin belum saatnya aku keluar dari kepompong, aku harus mempersiapkan diri ku agar lebih dewasa dalam berpikir dan berusaha untuk menjadi yang terbaik dari hari kemarin.
“ Aku suka sama kamu, dan rasa suka ku bertambah karena penampilan kamu yang sekarang. “ ucap Egi datar menyadarkan ku dari lamunan tadi.
Apa ??? ini tembakan cinta lagi ??? tidak, ini terlalu cepat. Aku belum mau merajut hubungan itu lagi. Aku trauma dalam. Please mengertilah Egi, jangan memaksa ku untuk jadi pacar mu, tak tahu kah dia aku masih sakit, ucap ku dalam hati.
“ Tapi, jangan ke ge’eran dulu. Aku suka karena kamu kini telah dewasa, karena kamu hebat. “
Oh syukurlah. Aku lega mendengarnya.
“ Tapi, bolehkan aku untuk terus memiliki rasa suka itu sampai dewasa nanti ? sampai aku siap merubahnya menjadi cinta? sampai kamu telah menjadi kupu kupu sempurna, sampai kamu bisa menjadi yang terbaik untuk semuannya ? “ tanyanya.
Terserah lah. Aku sadar Egi memang selalu ada untuk ku, dia selalu menjadi pendengar yang baik saat aku bercerita, selalu ada membantuku. Tapi kalau pun ia benar menyukai ku apa adanya, aku hanya berdoa agar ia bisa menjaga perasaan nya untuk ku. Dan berharap agar ia mau menunggu ku sampai aku siap untuk merangkai kisah indah bersamanya.
Oleh : Fadia Sekar
Broadcasting Jatiwaringin