Monday, June 18, 2012

Cukup Satu


Kini ku tau mengapa pelangi penuh akan warna

Aku senang sekali tertawa
Meski hatiku sebenarnya tercabik-cabik

Tersenyum merupakan favoritku
Ketika bibir ini menyimpulkan senyum
Segalanya terasa membaik
Dan kembali normal

Aku teringat akan pertanyaan seseorang
Pernahkah kamu berbicara dan bercerita dengan orang yang paling dekat denganmu?

Tentu saja sering, jawabku
Aku sering berbincang dengan sahabat paling setia dihidupku
Yaitu binatang

Selain mereka aku tak percaya dengan siapa-siapa lagi

Ketika ketakutan dan tubuhku penuh dengan lebam membiru hanya mereka pengobat segalanya

Sejujurnya aku tak ingin hidup lama disini

Banyak bau busuk ditiap kata yang kudengar

Dan aku seperti mayat hidup yang bernyawa
Namun seluruh organ perasanya telah turun mesin 

Terbalut dengan rasa benci kesedihan takut dan putus asa

Mungkin aku hanya bisa menari lewat jemari yang senantiasa menorehkan lembar-lembar kata untuk melepaskan kekecewaan

Aku mulai sakit dan keracunan kata-kata penuh jejak kesepian

Tak ada lagi penawar

Di tiap-tiap lorong kehidupanku hanya penuh topeng

Terus berusaha seperti tak terjadi apa-apa
Terus berusaha kuat
Bangkit 

Namun mudah goyah dan tumbang

Warna dihidupku hanya satu 

Hanya mereka alam dan isinya
Aku terus berusaha menjaga dan merawatnya

Hanya karena mereka aku senantiasa tersenyum melupakan kerlap-kerlip Neraka

#Juliana Priscilla Dewi

Comments System

Disqus Shortname