Saturday, December 5, 2015

Aku dan Ayah



Oleh : Lidiawati Rukmana

Ayah adalah seseorang yang berarti di keluarga aku ibaratkan ayah seseorang pemimpin dalam keluarga kecil ku, sepuluh tahun yang lalu aku selalu bermain mobil-mobilan yang memakai remote control, momen-momen yang paling menyenangkan bagiku dimasa kecilku, ayah selalu menggendong dan  menyayangi aku sepenuh hati.
Ketika ayah pergi untuk merantau ke luar kota demi mencari rejeki untuk keluarga, rasanya berat sekali untuk di tinggal oleh ayah walaupun pada saat itu aku masih kelas 5 sekolah dasar. Setiap ayah berpesan kepadaku nak jadilah yang terbaik, belajar yang rajin dan buatlah ayah bangga denganmu”, aku hanya menjawab dalam hati “siap ayah” dengan menganggukkan kepalaku.  Aku hanya bisa berkata dan belum bisa membuktikan yang sebenar-benarnya untuk mu dan .dia selalu memberikan contoh yang baik kepada ku. Ayah seseorang yang paling bawel di bandingkan dengan ibuku, dirinya berbeda dengan yang lain. Masih teringat saat ayah menegurku “Kamu boleh saja bermain tapi harus tahu kapan kau harus pulang.!” dengan nada sedikit marah, dan ibu membelaku “sudahlah yah yang pentingkan Andi sudah pulang.” Sambil tersenyum kepadaku, dengan rasa bersalah aku langsung ke kamar mandi untuk bersih-bersih badanku yang kotor karena bermain bola.
Hingga aku beranjak remaja ayah lebih banyak berpesan dan selalu menceritakan bagaimana dalam kehidupan di luar bagi orang dewasa, walaupun umurku sudah 16 tahun namun jiwa ke kanak-kanakkan terhadap ayah masih ada.  “Ayah dunia luar itu seperti apa yang kata orang keras bagi orang dewasa?” Dengan tenangnya ayah menjawab “dunia luar itu dunia yang penuh persaingan, hal-hal yang terjadi kita harus biasa menyelesaikan dengan sabar tentunya harus kuat hati,jiwa dan perasaan. Dari semua jawaban aku berdiam diri merenungkan semuanya apa yang di katakana oleh ayah, siang malam ketika ingin tidur pun selalu terbayang dan terus bertanya-tanya dalam hati sendiri seperti apa dunia luar itu, hati dan pikiran aku mulai bereaksi dan bias memahami semuanya,ketika aku mulai masuk SMK mulai lah mengetahui apa yang sebenarnya ayah ceritakan dan ayah pesan kan. Aku hanya bisa berterima kasih kepada nya yang telah membimbingku dari lahir sampai aku dewasa.
Aku bangga, ketika aku punya salah ayah memarahi aku, berarti tandanya ayah sayang pada aku, ayah paling hobi bermain sepak bola,sejak kecil pun aku selalu ikut kelapangan bola untuk melihat ayah bermain bola, dulu ayah jago main bola,tapi sekarang semenjak kesibukan menjadi wirausaha ayah tidak lagi bermain bola masa-masa tua nya hanya di isi dengan kerja dan beribadah, itu semua untuk menafkahi keluarga kecil ku.
Aku sangat bersyukur mempunyai ayah yang bekerja keras banting tulang demi mensejahtrakan anak-anaknya untuk menyongsong masa depan yang gemilang,walau siang malam ke anginan ayah masih bersemangat untuk bekerja keras sesosok ayah sangat berarti bagi aku dan adik terutama ibu ku tercinta.
Pagi yang cerah,,aku dan ayah bersama-sama membersihkan halaman depan sedangkan ibu memasak di dapur .ayah sangat bersemangat menjalani hari-hari nya susah senang aku pun bisa merasakan tapi ayah tidak selalu memperlihatkan itu.canda gurau lah yang bisa mengganti semua lelah dalam hidupku karna ayah.


Hari-hari yang indah dan menyenangkan ketika keluarga kecil ku bercanda gurau,senyuman ayah,ibu dan adik aku lah yang memberikan semua keindahan dan ketengan hati.ayah tidak pernah membandingkan aku dengan adik ku baik kekurangan atau pun kelebihan dari diri aku.akan tetapi sekarang aku sudah besar dan harus bias memberikan contoh yang baik kepada adikku, adik adalah seseorang yang memberikan suasana menjadi heboh, seakan hari-hari ada teman untuk bias bercanda,walaupun sedang jenuh jika ada adik biasa mnenangkan suatu kejenuhan.ayah sangat memanjakan adik,aku yang paling imut dan cantik,rasa senang dalam hati ini dengan sikap ayah yang penyayang,semua terpancarkan  dengan tingkah laku yang ayah berikan kepada aku dan adik aku.waktu acara mauled nabi ketika adik berceramah di seklah agama dia terlihat tegang aku bertanya ”de kenapa sudah hapal tidak apa yang harus di sampaikan nanti ketika ceramah? Adik jawab “lihatlah nanti di panggung akan seperti apa penyampaian ade” dengan semangatnya, jawabku “ok kalau gitu, semangat ya ade” .beberapa waktu kemudian ceramah adik ku sampai mau selesai akan tetapi dia sudah bingung pertanda bahwa dia lupa harus bagaimana, adik langsung mengakhiri berceramahan nya dengan wassalam.  “Prok.. prok.. prok..” tepukan tangan dari penonton.
tak lama kemudian adik turun dari panggung. Aku berkata  “ade kaka bangga dengan keberanian mu de” dia menjawab“kaka tadi kan ade sudah salah kenapa kaka bilang seperti itu” aku jawab “karna ade itu hebat walau sebenarnya tadi tidak hafal tapi tetep ade berusaha untuk menjadi yang terbaik dan tidak mengecewakan kaka” adik menjawab “makasih kaka”dengan senyuman manis yang begitu polosnya, kedua orang tua kami tersenyum kepada adikku “benar kata kakakmu kamu hebat, sama seperti kakakmu” sambil merangkul bahunya .

Seiring berjalannya waktu hari berganti,tiba-tiba ayah menelepon adik untuk menanyakan ketika adik berceramah di sekolah agamanya. Telepon genggam bordering,tring….tring…tring.lalu adik pun mengangkat telponnya dari ayah “assalamualaikum gimana sukses tidak ceramahannya” adik “map ayah ade tidak bias memberikan yang terbaik” ayah “tidak masalah anak ku sayang itu juga ade udah hebat “makasih ayah” adik pun merasa lega dan terlihat lebih giat lagi belajar untuk lebih baik lagi.
Dulu pun aku selalu banyak kegagalan tapi aku selalu inget perkataan ayah”belajarlah dari kegagalan itu akan membantu membangunkan diri kita untuk lebih baik dan tetap berusaha” aku menjawab “apakah aku bias yah?” jawab ayah “pasti bias jika ada tekad dan niat dalam hati pasti semuanya bias itu kunci pertama akan tetapi kita tetap yakin dan [ercaya kepada allah swt”.
Aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan ayah yang begitu pengertian,memahami semuanya.karna ayah dan ibu lah semua yang memberikan keindahan rumah dalam kesederhanaan.amarah dan keluhan yang aku rasakan hanya ayah dan ibu yg bias mengendalikan.karna aku bias berpikir  untuk lebih dewasa.

SELESAI

Comments System

Disqus Shortname