Oleh : Lidiawati Rukmana
Ayah adalah seseorang yang berarti di keluarga aku ibaratkan ayah
seseorang pemimpin dalam keluarga kecil ku, sepuluh tahun yang lalu
aku selalu bermain mobil-mobilan yang memakai remote control, momen-momen yang paling menyenangkan bagiku dimasa kecilku,
ayah selalu menggendong dan menyayangi aku sepenuh hati.
Ketika ayah
pergi untuk merantau ke luar kota demi mencari
rejeki untuk keluarga, rasanya berat sekali untuk di
tinggal oleh ayah walaupun pada saat itu aku masih kelas 5 sekolah
dasar. Setiap ayah berpesan kepadaku “ nak jadilah yang terbaik, belajar yang rajin dan buatlah ayah bangga denganmu”, aku hanya menjawab dalam hati “siap ayah” dengan menganggukkan kepalaku. Aku hanya bisa berkata dan belum bisa membuktikan yang
sebenar-benarnya untuk mu dan .dia selalu memberikan contoh yang baik kepada ku. Ayah seseorang
yang paling bawel di bandingkan dengan ibuku, dirinya berbeda dengan yang lain. Masih teringat saat ayah menegurku “Kamu boleh saja bermain tapi harus tahu
kapan kau harus pulang.!” dengan nada sedikit marah, dan ibu membelaku “sudahlah
yah yang pentingkan Andi sudah pulang.” Sambil tersenyum kepadaku, dengan rasa
bersalah aku langsung ke kamar mandi untuk bersih-bersih badanku yang kotor
karena bermain bola.
Hingga aku beranjak remaja ayah lebih banyak
berpesan dan selalu menceritakan bagaimana dalam kehidupan di luar bagi orang dewasa, walaupun umurku sudah 16 tahun namun jiwa ke kanak-kanakkan
terhadap ayah masih ada. “Ayah dunia luar itu seperti apa yang kata orang
keras bagi orang dewasa?” Dengan tenangnya ayah menjawab “dunia luar itu
dunia yang penuh persaingan, hal-hal yang terjadi kita harus biasa menyelesaikan dengan sabar
tentunya harus kuat hati,jiwa dan perasaan”. Dari semua jawaban aku berdiam diri merenungkan
semuanya apa
yang di katakana oleh ayah, siang malam ketika ingin tidur pun selalu terbayang dan terus
bertanya-tanya dalam hati sendiri seperti apa dunia luar itu, hati dan
pikiran aku mulai bereaksi dan bias memahami semuanya,ketika aku mulai masuk
SMK mulai lah mengetahui apa yang sebenarnya ayah ceritakan dan ayah pesan kan.
Aku hanya bisa berterima kasih kepada nya yang telah membimbingku dari lahir sampai aku dewasa.
Aku bangga, ketika aku punya salah
ayah memarahi aku, berarti tandanya ayah sayang pada aku, ayah paling hobi bermain sepak bola,sejak kecil pun aku selalu ikut
kelapangan bola untuk melihat ayah bermain bola, dulu ayah jago main bola,tapi sekarang semenjak kesibukan menjadi
wirausaha ayah tidak lagi bermain bola masa-masa tua nya hanya di isi dengan
kerja dan beribadah, itu semua untuk menafkahi keluarga kecil ku.
Aku sangat bersyukur
mempunyai ayah yang bekerja keras banting tulang demi mensejahtrakan
anak-anaknya untuk menyongsong masa depan yang gemilang,walau siang malam ke anginan ayah
masih bersemangat untuk bekerja keras sesosok ayah sangat berarti bagi aku dan adik
terutama ibu ku tercinta.
Pagi yang cerah,,aku
dan ayah bersama-sama membersihkan halaman depan sedangkan ibu memasak di dapur
.ayah sangat bersemangat menjalani hari-hari nya susah senang aku pun bisa merasakan tapi ayah
tidak selalu memperlihatkan itu.canda gurau lah yang bisa mengganti semua lelah
dalam hidupku karna ayah.
Hari-hari yang
indah dan menyenangkan ketika keluarga kecil ku bercanda gurau,senyuman
ayah,ibu dan adik aku lah yang memberikan semua keindahan dan ketengan
hati.ayah tidak pernah membandingkan aku dengan adik ku baik kekurangan atau
pun kelebihan dari diri aku.akan tetapi sekarang aku sudah besar dan harus bias
memberikan
contoh yang baik kepada adikku, adik adalah seseorang yang memberikan suasana
menjadi heboh, seakan hari-hari ada teman untuk bias bercanda,walaupun sedang jenuh
jika ada adik biasa mnenangkan suatu kejenuhan.ayah sangat memanjakan adik,aku
yang paling imut dan cantik,rasa senang dalam hati ini dengan sikap ayah yang
penyayang,semua terpancarkan dengan
tingkah laku yang ayah berikan kepada aku dan adik aku.waktu acara mauled nabi
ketika adik berceramah di seklah agama dia terlihat tegang aku bertanya ”de kenapa sudah hapal
tidak apa yang harus di sampaikan nanti ketika ceramah? Adik jawab “lihatlah nanti di panggung
akan seperti apa penyampaian ade”
dengan semangatnya, jawabku “ok kalau gitu, semangat ya
ade” .beberapa waktu kemudian ceramah adik ku sampai mau selesai akan tetapi dia sudah bingung
pertanda bahwa dia lupa harus bagaimana, adik langsung mengakhiri
berceramahan nya dengan wassalam. “Prok.. prok.. prok..” tepukan tangan dari penonton.
tak lama
kemudian adik turun dari panggung. Aku berkata “ade
kaka bangga dengan keberanian mu de” dia menjawab“kaka tadi kan ade sudah salah kenapa kaka bilang seperti itu” aku jawab “karna ade
itu hebat walau sebenarnya tadi tidak hafal tapi tetep ade berusaha untuk menjadi yang
terbaik dan tidak mengecewakan kaka” adik menjawab “makasih kaka”dengan
senyuman manis yang begitu polosnya, kedua
orang tua kami tersenyum kepada adikku “benar kata kakakmu kamu hebat, sama
seperti kakakmu” sambil merangkul bahunya .
Seiring
berjalannya waktu hari berganti,tiba-tiba ayah menelepon adik untuk menanyakan
ketika adik berceramah di sekolah agamanya. Telepon genggam
bordering,tring….tring…tring.lalu adik pun mengangkat telponnya dari ayah
“assalamualaikum gimana sukses tidak ceramahannya” adik “map ayah ade tidak
bias memberikan yang terbaik” ayah “tidak masalah anak ku sayang itu juga ade
udah hebat “makasih ayah” adik pun merasa lega dan terlihat lebih giat lagi
belajar untuk lebih baik lagi.
Dulu pun aku
selalu banyak kegagalan tapi aku selalu inget perkataan ayah”belajarlah dari
kegagalan itu akan membantu membangunkan diri kita untuk lebih baik dan tetap
berusaha” aku menjawab “apakah aku bias yah?” jawab ayah “pasti bias jika ada
tekad dan niat dalam hati pasti semuanya bias itu kunci pertama akan tetapi
kita tetap yakin dan [ercaya kepada allah swt”.
Aku bersyukur
kepada Allah SWT yang telah memberikan ayah yang begitu pengertian,memahami
semuanya.karna ayah dan ibu lah semua yang memberikan keindahan rumah dalam
kesederhanaan.amarah dan keluhan yang aku rasakan hanya ayah dan ibu yg bias
mengendalikan.karna aku bias berpikir
untuk lebih dewasa.
SELESAI