Wednesday, January 2, 2013

Dr. Anshari Ritonga Tumbuh dengan Prinsip Kemandirian


Inspirasi – Dr. Abdullah Anshari Ritonga, SE, SH, MH. Kini menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Pengawas Perpajakan. Lelaki kelahiran Sipirok, 30 September 1943 yang sudah hampir 50tahun lebih berkarir sebagai Pegawai Negeri Sipil/ Pejabat Negara ini begitu ramah dan  memiliki ketegasan dan kekuatan daya pikir serta wawasan yang luar biasa, beliau tak sungkan pula untuk membagi pengalaman dan motivasinya kepada tim Inspirasi di gedung Dirjen Perpajakan.

“Untuk menumbuhkan prinsip kemandirian, saya pernah menjadi penarik becak semasa pendidikan”, kenang Pak Anshari. Ada suatu peristiwa yang tidak dapat dilupakan oleh Pak Anshari, kisah tempo dulu yang berkesan saat menjadi penarik becak. Ketika sedang menarik becak ada dua orang gadis yang menyetop becak Pak Anshari di Jalan Sei Kera. Kedua wanita itu tidak tahu siapa yang mengayuh becak, karena Pak Anshari mengenakan topi terbuat dari rumbai-rumbai yang menutupi wajah si tukang becak. Ketika ditanya berapa sewanya, Pak Anshari hanya menjawab “Biasa!” agar tak diketahui suaranya. Kedua gadis yang menyewa itu adalah kawan sekuliah Pak Anshari. Mereka tentu tidak mengenal Anshari, karena tidak menduga bahwa pimpinan grup diskusi mereka, yang menjadi bintang kelas seangkatannya, yang mereka ketahui sudah bekerja di salah satu instansi, tidak terfikir menjadi tukang becak. Sampai ditempat tujuan Anshari mendapat bayar yang jauh lebih banyak dari tarif yang seharusnya.  

Anshari tetap ingin mandiri dan memilih untuk mencari penghasilan sendiri guna membiayai semua keperluan pendidikannya. “Menjadi tukang becak itu menguras tenaga sehingga mengganggu konsentrasi kuliah saya, karena tenaga terlalu banyak terkuras sehingga sangat capek sekali.” Ungkap Pak Anshari. Oleh karena itu, Anshari berupaya menggeluti usaha lain bersama dua orang saudaranya yakni sebagai penguasa warung Bengkok, akan tetapi ketiga bersaudara itu sama-sama mahasiswa yang tidak memiliki modal uang. Modal yang mereka miliki hanya kemauan, kepercayaan, kejujuran, dan ketekunan. Beberapa orang yang mengenal ketiga pemuda ini ada yang bersedia membantu menitipkan barang dagangan di warung bengkok ini. Setelah menyetor hasil penjualan itu kepada pemilik barang, sisa keuntungan menjadi milik ketiga bersaudara itu. Warung bengkok sangat ramai pembeli. “Yang mau saya katakan adalah, tidak setuju atas prinsip yang mengatakan kalau tidak ada modal, maka oran tidak bisa berbuat apa-apa. Ketiadaan modal tidak boleh menjadi penghalang untuk berusaha. Inilah yang selalu saya kritik. Yang penting ada kemauan maka disitu ada jalan,” kenang Pak Anshari.

Menyelesaikan pendidikan tingkat dasar di Sipirok, kemudian Sarjana Ekonomi Inti (Econometric) dari Universitas HKBP Nomensen Medan, Sarjana Hukum di Universitas Ibnu Chaldun (UIC), Doktor Ilmu Hukum di Universitas Padjadjaran Bandung serta beberapa jabatan yang pernah dirangkap serta menjabat sebagai komisariat dibeberapa BUMN menguatkan karakter pribadi Anshari Ritonga. “Tidak semua kekayaan yang dikuasai Negara dimiliki Negara. Tidak semua kekayaan milik Negara dimanfaatkan Negara, dan tidak semua kekayaan yang dimanfaatkan Negara milik Negara. Karena kekayaan, utang-piutang dan kerugian BUMN bukan sebagai kekayaan, utang-piutang dan kerugian Kuangan Negara.” Dalil Pak Anshari.

"Tidak perlu anak itu belajar keluar negeri, cukup saja di dalam negeri dengan moral dan akhlak yang baik yang ditumbuhkan dan dikuatkan untuk membentuk kepribadiannya yang baik. Jadi jika alasan pergi keluar negeri agar tingkat pengetahuan dan keilmuannya bertambah tapi tidak diseimbangkan dengan penyempurnaan akhlak sehingga semakin bobrok maka tidak dapat dikatakan sukses orang tersebut, "jelas Pak Anshari. Dengan pemikiran konfensionalnya tersebut, Pak Anshari menambahkan tak perlu memberontak pada sistem yang salah dan tak beraturan langkah dan tujuannya. Keadilan berdasarkan hukum yang sebaiknya berlaku adalah penegakan hukum dengan mengesampingkan hukum karena penegakan hukum memberikan kepastian hukum bagi semua pihak dan keadilan untuk semua golongan. Dan yang terakhir yakni Siapa yang mengenal dirinya, adalah dia yang mampu mengenal TuhanNya. (DZ)

Comments System

Disqus Shortname